7

1.4K 204 6
                                    

Tentang kau dan semesta [7]

(namakamu) hampir saja ingin kabur saat mendengar deru motor Iqbaal yang sudah mendekat kearah kosannya. Sambil mengenakkan dress berwarna merah maroon, (namakamu) tidak berhenti menggerutu.

Ada penyesalan yang hinggap ketika menerima penawaran Iqbaal, hanya karena iming-iming di bayari kos satu bulan, ia rela menjadi pacar pura-pura Iqbaal.

"Assalamualaikum."

Dari dalam ia masih dapat mendengar Iqbaal mengetuk pintu beberapa kali, sambil mengucap salam. (namakamu) menggigit bibir bawahnya kesal, apakah ia harus membatalkan ini semua?

Kaki (namakamu) sejak tadi tidak berhenti mondar-mandir di ruang tengah, sesekali matanya melirik kearah pintu yang masih tertutup rapat. Seolah waspada akan bahaya yang akan mendatanginnya.

Setelah menghembuskan napas beratnya, (namakamu) memilih untuk berjalan menuju pintu, untuk sekedar membukakan pintu.

Cklek

Pintu terbuka, menampilkan seorang cowok yang sudah mengenakan kemeja putih beserta celana jeans hitam. Raut wajahnya terlihat tidak bersahabat, mengingat (namakamu) yang baru membukakan pintu setelah ia menunggu lima menit lamanya.

"Lama banget sih lo!" ketus Iqbaal ketika (namakamu) membukakan pintu, ketika pandangannya bertemu pada penampilan (namakamu),  ia sedikit terkesima dengan pemandangan di depannya. 

Melihat (namakamu) yang mengenakan dress merah maroon selutut, juga rambut hitamnya yang ia biarkan tergerai, cewek itu tidak memakai banyak make up, hanya sedikit polesan pada bagian pipi dan juga liptint berwarna pink dibibirnya.

"Baal, kayaknya gue gak bisa deh." (namakamu) menggaruk tengkuknya pelan, tiba-tiba saja ia merasa ragu dengan apa yang akan ia lakukan malam ini.  Takut jika Bunda Iqbaal malah tidak suka kehadiran (namakamu).

Kening Iqbaal berkerut mendapat jawaban yang sama sekali tidak pernah terlintas di pikiran Iqbaal sejak tadi, "Kenapa?" Iqbaal bertanya.

"Gak tau, gue ngerasa gak enak aja sama Bunda lo."

"Jangan alay deh (nam), timbang jadi pacar boongan doang bukan mau gue ajak nikah." ucap Iqbaal santai, tanpa beban. Cowok itu terlihat menggulung lengan kemejanya, ternyata mememakai lengan panjang membuat Iqbaal gerah.

(namakamu) tidak habis pikir dengan Iqbaal, bagaimana bisa cowok itu membohongi bundanya. Walaupun sebenarnya ide ini (namakamu) duluan yang mengajukan, tapi seharusnya Iqbaal menolak.

"Gue gak bisa," masih dengan suara sama, (namakamu) kembali menolak, "lo cari cewek laen aja kali ya, yang aktingnya lebih bagus dari gue."

"Gak."

"Please, gue gak siap ketemu sama Bunda lo."

"Bunda gue gak gigit (nam), jadi lo tenang aja."

"Gimana kalo Bunda lo gak suka sama gue?"

"Bunda itu suka sama semua cewek, asal sopan." jelas Iqbaal santai.

"Kalo misalkan Bunda lo kaget karena make up gue yang menor ini gimana? atau malah Bunda lo eneg ngeliat muka gue? aduh Baal, gue bener-bener gak bisa."

Iqbaal memegang kedua pundak (namakamu) lembut, "Yang perlu lo lakuin cuma satu, ikut gue ketemu Bunda, udah gitu doang."

Melihat sorot mata Iqbaal yang seolah meyakinkan (namakamu), cewek itu menggeleng pelan, "Gue gak bisa." ucap (namakamu) dengan suara pelan, bahkan terkesan berbisik.

Hal itu menguras kesabaran Iqbaal, cowok itu menatap (namakamu) tajam, seolah tengah mengintimidasi (namakamu) yang berdiri ragu di depannya.

"Lo.bisa." hanya dua kata, namun memiliki efek besar bagi (namakamu), hampir saja ia memekik tidak percaya.

semesta | IdrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang