"Al, aku minta maaf hiks...hiks..." ucapku sambil terisak.

Tiba-tiba dia membalikkan badannya lalu berjalan kearahku yang berada tepat dibelakangnya, lalu dia memelukku dengan erat. Aku tertunduk malu saat berada dalam peluknya, karena dia memelukku di lobby sekolah, semua orang yang lewat memusatkan  matanya pada kami.

1 detik.

2 detik.

3 detik.

4 detik.

5 detik.

Kringg... kring... kringg...

"Eum... Al, bisa kau lepas pelukanmu itu!" Suruhku pelan, lalu Althan segera melepaskan pelukannya.

"Althan itu cowok yang pelukable banget ya..." batinku.

"Ah... maaf Mir," ucapnya sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang mungkin tidak gatal.

"Iya gak papa, aku ke kelasku dulu ya," ucapku sambil membalikkan badan untuk pergi dari lobby kelasnya Althan untuj berjalan ke kelasku.

***

Dikelas, banyak siswi yang menatapku tidak suka. Aku tidak mengerti dengan mereka, tidak terkecuali Hani Laudya, dia teman sebangkuku. Kemudian kutepuk pundaknya lalu saat dia menengokkan wajahnya kearah ku, aku langsung bertanya padanya, "Han, mereka semua kenapa natap aku kayak gitu sih?, kan aku jadi takut."

"Apa kau tidak tau apa penyebabnya?" Ucapnya membalikkan pertanyaanku.

Dengan cepat, aku langsung menggeleng dan menaikkan kedua bahuku, lalu menjawab, "tidak tau."

"Mir, mereka tidak suka dengan kamu, karena kamu itu sekarang pacarnya Althan," jelasnya.

"Kenapa harus gak suka?" Tanyaku lagi.

"Karena mereka semua merasa cowok impian mereka direbut sama kamu," jelasnya lagi.

Saat aku ingin melanjutkan pertanyaankubpada Hani, tiba-tiba guru fisikaku datang, dia itu galak jika lagi marah. Anak-anak sering memanggilnya guru killer, "Pagi anak-anak."

"Pagi bapak,"ucap kami semua.

"Apakah kemarin bapak memberikan kalian tugas?" Tanya Pak Gio pada kami.

"Ada pak," jawabku lantang.

"Oke, sekarang kamu (sambil menunjuk kearahku), dan Hani (sambil menunjuk kearah Hani) membantu bapak untuk mengumpulkan tugas mereka kepada bapak!" Suruhnya.

"Siap kapten," seruku.

Satu persatu murid mulai dari pojok depan barisan sebelah kanan bukunya aku ambil dan dibantu oleh Hani. Aku sempat mendengar cibiran-cibiran halus dari mereka, ya... walaupun halus ucapannya tetapi jika sampai di hati seperti goresan benda kasar.

"Cih, si miskin gak tau malu."

"Dasar perebut cowok idaman."

"Cewek murahan."

"Cari muka aja terus."

Kata demi kata cibiran keluar dari mulut mereka, memangnya salah seorang Miranda sangat mencintai Althan. Walau terasa sesak dihati saat mendengar cibiran dari mereka, tetap saja seorang Miranda itu strong.

POPULAR BOY [ High School ]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ