Setelah percakapan berakhir, aku bergegas pergi ke toko kue. Berhubung lokasi toko kue masih berada dalam kompleks perumahan ini, aku pergi berjalan kaki. Sekalian, olahraga sore.

Blok M nomor 134. Mataku silih berganti memandang ke arah kanan dan juga kiri, mencari bangunan bernomor 134. Kiranya, aku sudah berjalan sekitar sepuluh menit dari rumahku yang berada di blok L.

129

130

131

132

134

Ya! Akhirnya aku menemukan toko kue yang dimaksud ibu. Mungkin lebih tepat jika menyebutnya rumah kue? Ah, apapun itu lupakan saja. Jujur, perhatianku terpusat pada sebuah papan tulis kapur yang bertuliskan "Setiap tanggal 30 Februari, kami menyediakan disikon 100% a.k.a GRATIS".

Lucu juga, pikirku. Aku berjalan lalu memencet bel, tapi tidak ada respon sama sekali. Aku memencet bel lagi, tapi masih tidak ada jawaban.

Aku masih memencet bel berulang kali, tapi masih saja tidak ada respon yang diberikan. Aku  memeriksa catatan yang diberikan ibu, disini jelas tertulis Toko Kue Funky, kompleks BE.TP blok M 134.

Another word, aku gak salah alamat, dan tentunya ibu tidak mungkin memberikan alamat palsu kepadaku. Aku mencoba sekali lagi, memencet bel sembari berucap "permisi" dengan suara yang dikeraskan.

"Iyaa tunggu bentar"

Akhirnya, aku mendapat respon. Sepertinya suara laki-laki. Tak lama setelah itu, pintunya dibuka, dan untuk kesekian kalinya, takdir selalu saja memberi kejutan dengan caranya sendiri.

"Lo Zila? Lo ngapain disini?"

Dengan ekspresi yang tidak kalah terkejut denganku, Faliq membulatkan matanya dengan sempurna. Mungkin, jika saat ini adalah enam atau tujuh tahun yang lalu, aku sudah kesulitan mengontrol detak jantungku dan mencoba untuk pergi dari sini seketika. Kalian semua ingat, kan kepada Faliq?

Well. Sekarang aku percaya bahwa dunia itu memang sempit dan memang ada masa, dimana melihatmu, aku sudah tidak kagum lagi. Faliq.

Masih dengan tahapan yang tidak percaya, aku menjelaskan maksudku. "Mau ambil pesanan ibu, kamu sendiri?" tanyaku kembali. Terdengar bodoh, ya?

"Ini rumah tante gue."

Aku hanya mengangguk pelan, dan membulatkan bibirku membentuk huruf O.

"Tunggu. Sejak kapan lo ada disini?" tanya Faliq.

"Beberapa menit yang lalu." jawabku lepas begitu saja.

"Nggak gitu," kata Faliq menjeda ucapannya. "Maksud gue, ke kota ini."

"Ah, itu. Tiga tahun lalu."

"Lama banget. Lo kuliah disini?"

"Iya." jawabku singkat, tidak ada niat untuk bertanya kembali, karena aku memang tidak penasaran dengannya.

"Gila. Jauh banget ya lo mainnya."

Aku hanya tersenyum kikuk. Kemudian, Faliq masuk. Beberapa saat kemudian, dia keluar dengan membawa box kue dengan atasan transparan, sehingga aku bisa melihat kue di dalam sana, penuh dengan batang cokelat, dan krim cokelat yang melimpah. Tidak ada ucapan, atau bahkan nama sama sekali.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 17, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Azhrilla [Very Slow Update]Where stories live. Discover now