[Faliq]

70 6 1
                                    

Takdir memang seperti itu. Memberi kejutan, dengan caranya sendiri. Mengontrol permainan yang akhirnya sangat sulit diprediksikan.

♡♡♡

"Selamat Ulang Tahun Zhilla"

"Happy Birthday ya Google-berjalan"

"Adakah Mekdi? Hahaha"

Ucapan selamat itu datang dari teman-teman sekampus dan se-prodiku. Jika dulu aku sangat sulit untuk bergaul, sekarang tidak lagi. Aku rasa punya banyak teman memiliki banyak pengaruh positif walau kadang tidak selamanya begitu.

Aku berteman dengan banyak orang, tapi tidak ada yang sangat dekat seperti aku dan Dev dulu. Ah! Aku jadi mengingatnya lagi bahkan di situasi seperti ini.

"Terimakasih." jawabku. "Nanti malam ibu mau buat syukuran kecil-kecilan. Datang ya, saya tunggu. Semuanya wajib datang." ajakku kemudian.

Tanpa sadar gaya bahasaku mulai berubah seiring waktu. Tidak ada lagi sapaan 'lo-gue' seperti di waktu itu.

Saat ini aku berada di dalam kelas bersama mereka semua yang tadi memberi ucapan selamat. Masih ada sedikit waktu sebelum dosen pembimbing datang dan memulai aksinya.

"Nanti bawa kado kah?" tanya Nia dengan polosnya. Gadis manis berhijab dengan kacamata minus yang selalu dipakainya.

"Ya iyalah. Masa kau numpang makan saja." celetuk Dita. Dia adalah temanku yang paling blak-blakan.

"Iya ih Nia! Maunya SMP terus. Hahahah." Dea menambahi. Fyi SMP itu singkatan dari Sudah Makan Pulang. Mungkin sebagian besar dari kalian sudah tahu dengan istilah-istilah seperti ini atau semacamnya.

"Tidak usah repot-repot. Datang bawa diri saja, kadonya cukup doa yang baik-baik." tuturku. Toh, memang benar yang keperlukan saat ini hanyalah doa.

"Maunya doa yang bagaimana ini? Doa biar mudah rejekinya, sehat selalu atau biar cepat datang jodohnya?" tanya Dea. Mungkin lebih tepatnya dia sedang menggodaku.

"Semuanya. Sebut semuanya ya. saya ingin semuanya." jawabku tanpa pikir panjang.

"Aamiin." kata Nia dengan mengusap kedua tangan pada wajahnya.

"Itu jodohnya datang mi gang. Panjang umur."

Aku menoleh mengikuti arah tangan Dita. Mataku berhenti dan menangkap keberadaan laki-laki yang selama tiga tahun ini menjadi bagian dari cerita hidpuku. Siapa lagi jika bukan Pak Bambang? Dosen pembimbing yang terkenal killer tapi sebenarnya tidak begitu.

Detik selanjutnya kami semua tertawa sebelum Pak Bambang masuk dan memulai aksinya.

♡♡♡

"Ibu yakin nomor rumahnya udah bener?"

Ibu mengangguk untuk yang kesekian kalinya. "Iya anak ibu yang paling cantik." jawab ibu gemas.

"Ya, kan terakhir kali ibu ngasih alamat yang salah."

"Iyaaaa, udah bener. Ibu yakin."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 17, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Azhrilla [Very Slow Update]Where stories live. Discover now