Sampai didepan pintu perpustakaan aku langsung melepas sepatuku, disini memang kawasan anti alas kaki. Lalu aku segera masuk kedalam dan tidak lupa untuk menutup pintunya kembali, ruangan yang lumayan besar dengan beberapa AC dan fasilitas-fasilitas lainnya.

Aku berjalan kearah yang bertuliskan "Kawasan Ensiklopedia" ada banyak sekali buku ensiklopedia di perpustakaan ini, aku terus mencari buku Ensiklopedia Biologi. Alhasil nihil, aku tidak menemukan buku tersebut, yang ada malah seputar sejarah pembentukan bumi, bulan, dan bintang. Karena mumpung diperpustakaan aku langsung menjelajahi bagian perpustakaan ini yang bertuliskan "Horror", ya... aku sangat menyukai horror.

Akhirnya aku memilih buku yang berjudulkan Light out, saat aku berjalan untuk menuju meja konfirmasi meminjam buku, tiba-tiba ada yang menabrakku. Setelah 2 tahun akhirnya aku mengingat kejadian tabrakan tersebut yang membuatku membenci seseorang yang ku tabrak dan lagi-lagi dia, Althan.

"Lo bego banget sih," ucapku geram.

"Ya maaf," ucapnya lalu melanjutkan jalannya, dan oh ternyata dia jalan ke arah bagiam perpustakaan yang bertuliskan "Horror" juga.

Segera saja aku menghampirinya untuk meminta maaf, aku berjalan sedikit cepat.

"Al, tunggu!" Ucapku agak pelan dan untung saja dia mendengar ucapanku.

"Ya."

"Gue mau minta maaf."

"Maaf buat apa?"

"Gue seharusnya gak negative thinking dulu sama lo."

"Gue maafin."

"Kok Althan jawabnya singkat banget sih," batinku.

"Makasih Al, lo udah maafin gue," ucapku kemudian aku langsung ke meja konfirmasi buat minjam buku horror ini.

Aku sudah berada dikelas untuk mengikuti jam pelajaran kedua yaitu fisika, aku lebih menyukai fisika dibanding biologi, karena aku lebih suka menghitung dibanding teori.

Kringg... (Bel istirahat berbunyi).

"Mir, ayo latihan diaula!" Suruh Syilvia dari balik pintu kelasku, ya dia tidak sekelas denganku.

"Iya, tungguin gue syil!" Ucapku, sambil memasukkan beberapa buku kedalam tasku.

Setelah itu aku menghampiri Syilvia yang berada didepan kelasku sedari tadi, kami berjalan sambil bercakap-cakap.

"Sorry ya, lo jadi nunggu lama."

"Iya, gak papa kok."

"By the way, temen duet lu udah ada tuh."

"Siapa?"

"Ada deh."

Sesampainya diaula sekolah, aku kaget karena disitu aa Althan.

"Kenapa ada dia?" Tanyaku berbisik pada Syilvia.

"He's your duet friend," ucapnya.

"Gak... gak mungkin."

"Udah cepet latihan."

Suasana diaula cukup ramai dengan anak-anak yang menyalurkan bakatnya ada yang menari, membaca puisi, dance (nari modern), dan bernyanyi, yaitu aku dan Althan.

POPULAR BOY [ High School ]Where stories live. Discover now