Bab 18 - Because of You

Start from the beginning
                                    

Damar mendesah berat. "Kenapa kamu nggak pernah cerita tentang ini?"

Anna menatapnya. "Buat apa? Ini malah bikin aku keliatan konyol. Iri cuma karena kakak yang udah ninggalin aku? Kangen sama kakak yang udah ngebuang aku?"

"Kak Dhika juga sayang sama kamu," tukas Damar.

"Kamu nggak liat, dia selalu marah sama aku? Karena aku nggak kayak kamu, karena aku selalu buat masalah, karena aku ..."

"Itu nggak ngubah kenyataan kalau kamu adiknya Kak Dhika. Kamu mungkin nggak tau, tapi waktu Kak Dhika pergi sama ibumu, Kak Dhika juga ngalamin waktu yang berat. Dia pergi dari rumah waktu SMA. Trus, waktu dia pertama ngerintis usaha game-nya, sahabatnya meninggal dan bikin dia trauma. Dia down banget waktu itu.

"Yang Kak Dhika tau, kamu baik-baik aja sama ayah kalian. Dia toh nggak dalam posisi muncul di depanmu. Karena dia tau, kamu pasti benci sama dia. Dan karena dia takut, kamu bakal malu sama dia. Tapi kamu bilang apa dulu ke Kak Dhika? Kamu nggak mau temen-temenmu tau tentang dia? Kamu nggak tau kan, betapa itu nyakitin Kak Dhika?"

Anna tergugu. Saat Anna mengatakan itu, saat itu, Dhika malah tersenyum. Anna bahkan tak tahu ....

"Kak Dhika juga yang dulu bilang ke aku, kalau waktu kamu masih kecil, kamu tuh anak yang baik, manis. Tapi kamu nggak pernah tau sedikit pun betapa Kak Dhika merhatiin kamu, betapa Kak Dhika sayang sama kamu." Damar menghela napas berat.

"Alasan kenapa aku dulu mau jagain kamu karena Kak Dhika, karena aku tau betapa berartinya kamu buat Kak Dhika. Bukan karena Kak Dhika nggak percaya sama kamu, tapi Kak Dhika khawatir banget sama kamu. Nggak peduli berapa kali pun kamu ngecewain Kak Dhika, itu nggak sebanding dengan kalau sampai kamu terluka. Sesayang itulah Kak Dhika sama kamu."

Anna mengernyit. Ia memalingkan wajah ketika matanya terasa panas.

Ternyata, tak hanya dirinya, tak hanya Damar dan kakaknya, tapi Dhika juga sama bodohnya. Kenapa ada begitu banyak orang-orang bodoh di sini?

Menyebalkan.

"Sekarang kamu ngerti kan, gimana perasaan Kak Dhika sebenernya?" tanya Damar kalem.

Anna merasakan Damar merangkul bahunya. Reflek, Anna menepis tangan Damar.

"Ini, kamu ngapain?!" sambarnya.

Damar tampak terkejut. "Aku ... ngehibur kamu. Apa maksudmu, aku ngapain?"

"Kamu bahkan nggak suka sama aku. Jangan deket-deket sama aku!" Anna membentaknya.

"Anna, aku ..."

"Kata-katamu ke Kak Lyra tadi itu nyakitin aku, tau!" ungkap Anna. "Makanya, kalau kamu nggak suka sama aku, mending kamu ngejauh dari aku, daripada kamu terus-terusan nyakitin aku."

Damar mendengus tak percaya. "Kamu beneran suka sama aku?"

Anna semakin kesal mendengar pertanyaan itu. "Jangan ngelarang perasaanku juga! Ini hakku! Terserah aku dong, mau suka atau benci sama kamu! Emangnya kenapa kalau aku suka sama kamu?! Aku toh nggak minta kamu ngebales perasaanku!"

"Nggak minta aku ngebales perasaanmu, tapi kamu sampai semarah ini karena aku bilang aku nggak suka sama kamu?" Damar tersenyum geli.

"Nggak usah ngeledek, deh! Dasar cowok dingin nggak punya perasaan!" Anna berdiri dan berbalik, tapi ia belum sempat melangkah ketika tangan Damar menahannya.

"Aku nggak bisa ngejauh dari kamu. Aku juga suka sama kamu, soalnya."

"Kamu tuh, emang ..." Anna menghentikan kalimat marahnya ketika mencerna kata-kata Damar tadi. "Apa katamu tadi?"

Miss Trouble vs Mr Genius (End)Where stories live. Discover now