Bab 13 - Dear, Heart

5.7K 471 64
                                    

Begitu hanya tinggal Damar dan Anna berdua, barulah Anna membungkuk untuk memakai sepatunya. Ketika ia kembali menegakkan tubuh, Damar menyodorkan kemeja seragamnya. Anna menatap kemeja seragam Damar, lalu ke kaos biru yang dikenakan Damar.

"Kancing seragammu hilang. Sementara kamu pake ini. Besok kamu harus beli seragam baru di koperasi sekolah. Seragam yang ini buang aja," ucap Damar.

Anna menunduk dan baru menyadari jika kancing teratas kemejanya sudah tidak ada. Maka ia pun menerima kemeja Damar dan mengenakannya, mengancingkannya sampai ke atas.

"Apa nanti kamu bakal bilang tentang ini ke kakakku?" tanya Anna tanpa menatap Damar.

Ketika Damar tak menjawab, Anna mendongak untuk menatapnya.

"Bilang aja kita jatuh dari sepeda." Damar berbalik dan berjalan ke arah sepedanya yang tergeletak di pinggir jalan.

Anna masih mematung di tempat, sampai Damar kembali berbicara padanya,

"Kamu mau di situ sampai kapan? Nggak pulang?"

Anna menghampiri Damar, lalu duduk menyamping di depannya. Namun, laki-laki itu tiba-tiba menyuruhnya turun.

Anna menatap Damar kesal, tapi toh turun juga. "Tadi bukannya kamu yang ngajakin pulang?" protesnya.

Damar tak menjawab, tapi tangannya terangkat ke rambut Anna. Ketika tangan Damar menyisir rambutnya, Anna berusaha untuk tidak terlalu terkejut. Ia sudah akan menarik kepalanya, tapi Damar menahan tengkuknya.

"Kita nggak bakal ke salon, jadi biarin aku ngerapiin rambutmu," Damar berkata.

Anna pun terpaksa menuruti laki-laki itu. Begitu Damar selesai, ia tidak mengatakan apa pun. Hanya menarik tangannya menjauh. Kenapa tidak sekalian saja dia pergi meninggalkan Anna di sini sendiri?

Sepanjang perjalanan, Damar masih tak mengatakan apa pun. Mendadak merasa canggung, Anna mengucapkan hal pertama yang ada di kepalanya,

"Kamu nggak harus ikut-ikutan tadi."

"Kamu udah denger sendiri, aku ngelakuin ini karena Kak Dhika," balas Damar dingin.

"Kamu marah?" Anna merasa terusik karena pikiran itu.

"Kamu tuh ... apa nggak bisa, sehari aja nggak bikin masalah?" Damar terdengar gusar.

"Bukan aku yang mulai. Si kucing kampung yang nantangin aku," Anna membela diri.

"Itu juga kan, karena dulu kamu yang gangguin dia," balas Damar.

Anna mendecak pelan, kesal. Yang dikatakan Damar memang benar.

"Kamu ngebelain dia?" tuduh Anna.

"Buat apa?" dengus Damar. "Emangnya dia siapaku?"

"Trus, kamu ngebelain aku?" Anna penasaran.

"Sebagian."

Anna mengerutkan kening. "Kenapa sebagian?"

"Karena kamu juga salah di sini," tandas Damar. "Aku bahkan harusnya nggak ngebelain kamu karena emang kamu yang mulai masalah ini."

"Kalau gitu, harusnya tadi kamu nggak usah ikut campur," desis Anna kesal. "Gara-gara kamu, mungkin besok aku bakal dicegat sama mereka."

"Kalau gitu, mulai besok aku nggak bakal ninggalin kamu sendirian."

Kata-kata Damar itu mengejutkan Anna, sekaligus membuatnya merasa ... senang?

Tidak, tidak. Anna pasti sudah gila.

Miss Trouble vs Mr Genius (End)Where stories live. Discover now