Bab 2 - Janji yang Terlanjur Terucap

7.7K 545 27
                                    


Gadis itu lebih dari sekedar masalah. Psycho, jelas. Gara-gara kejadian saat jam pelajaran kedua tadi, Damar kini menjadi pusat perhatian murid-murid seangkatannya. Ia bisa merasakan tatapan murid-murid kelas dua belas mengikutinya saat ia melewati koridor menuju kantin.

Bahkan di kantin pun, ia bisa melihat murid-murid kelas dua belas saling berbisik saat ia lewat. Setelah membeli minuman kaleng, Damar memutuskan untuk kembali ke kelas. Namun, di depan kantin, langkahnya terhalang serombongan murid-murid kelas sebelas.

Anna dan gengnya.

Damar sudah akan pergi begitu saja ketika Anna merebut minuman kaleng di tangannya, lalu gadis itu menggeser badan menutup jalannya. Damar menatap Anna tajam. Apa lagi yang gadis ini inginkan?

Sungguh, jika bukan karena Dhika, saat ini Damar pasti sudah balas mempermalukan Anna.

"Kamu mau apa lagi?" tanya Damar dingin. Ia menatap tepat ke mata Anna.

"Ngeliat kamu," balas Anna enteng. "Sejak terakhir kita ketemu, udah satu setengah jam. Siapa tau kamu kangen."

Damar mendengus takjub. Gadis ini pasti sudah gila. Lebih dari apa pun, Damar tak ingin melihatnya lagi.

"Oke," ucap Anna tiba-tiba. "Karena kita udah ketemu, dan kamu udah cukup liat aku, kamu bisa pergi."

Damar mengerutkan kening, bingung sekaligus curiga, ketika Anna memindahkan kembali kaleng minumnya, lalu menepi memberi jalan. Meski begitu, Damar tak bertanya dan melangkah pergi sebelum gadis itu berubah pikiran.

Barulah ketika tiba di kelas dan membuka minuman kalengnya, Damar mendapat jawaban. Cipratan soda dari minuman kalengnya mengotori putih kemeja seragam Damar. Mengumpat kesal, Damar bangkit dari duduknya dan membuang kaleng minuman itu.

Harusnya Damar tahu, jika Anna memberikan sesuatu padanya, itu pastilah masalah. Tidak ada yang lain. Damar akan mengingat-ingat itu.

***

Dari kantin, Anna sengaja mampir ke kelas Damar hanya untuk memastikan seragam laki-laki itu kotor terkena noda cola. Ia bahkan masuk ke kelas Damar dan menghampiri tempat Damar duduk sembari membaca buku entah apa.

"Ketemu lagi, Alien Jenius," ucap Anna dengan nada meledek.

"Kamu udah liat sendiri seragamku kotor, jadi sekarang, kamu bisa pergi aja, nggak?" usir Damar bahkan tanpa menatap Anna. Pandangan laki-laki itu masih tertuju pada buku ... pelajaran?

Apa dia tidak bosan melihat buku pelajaran? Anna saja biasanya sampai mual jika melihat buku pelajaran terlalu lama. Namun, kali ini, untuk pertama kalinya, ia merasa tertarik dengan buku pelajaran.

Begitu buku di mejanya berpindah ke tangan Anna, barulah Damar menatap Anna. Tidak ada tatapan kesal atau jengkel di sana. Hanya datar dan dingin. Seperti biasa. Sama sekali tidak seru. Namun, Anna tidak akan berhenti.

"Ada yang bilang, buat anak-anak jenius, belajar itu menyenangkan. Kayaknya kamu juga gitu, ya?" sebut Anna.

Damar bahkan dulunya lulusan SMP akselerasi, di mana tiga tahun SMP ditempuhnya dalam dua tahun. Pun begitu masuk SMA, dia tak pernah absen meraih juara umum di angkatannya. Benar-benar tidak adil.

Damar tak menjawab, tapi ia mengulurkan tangan.

"Mau ngajak salaman? Atau, minta nomer HP?" cibir Anna, disambut tawa meledek teman-temannya.

"Kembaliin bukuku," ucap Damar datar, dingin.

Anna mengangkat alis, lalu mengangkat buku di tangannya tinggi-tinggi.

Miss Trouble vs Mr Genius (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang