Bab 18 - Because of You

6.4K 486 84
                                    

Usai makan malam, sementara yang lain masih mengobrol di ruang makan, Anna keluar ke teras, duduk di undakan dan menatap langit yang malam itu penuh taburan bintang.

Ia tersentak pelan ketika mendapati Damar duduk di sebelahnya dan bertanya,

"Kita berantem lagi karena apa, sih?"

Anna menoleh pada laki-laki itu dengan kesal.

"Tuh, kamu beneran marah kan, sama aku?" dengus Damar. "Karena apa? Minggu lalu kita udah baikan. Meski aku sibuk banget sama tugas sekolahku, aku juga masih bantuin kamu ngerjain tugasmu. Jadi, apa lagi yang bikin kamu marah ke aku sekarang?"

Anna melengos kasar.

"Ya udah lah, kalau kamu emang nggak mau ngomong sekarang. Nanti kalau kamu udah mau ngomong, kamu bisa panggil aku." Damar berdiri.

Tak ayal, Anna semakin dongkol dibuatnya. Semudah ini Damar akan menyerah?

"Apa kamu sebenci itu sama aku?" Anna tak tahan lagi.

Damar urung beranjak dan kembali duduk.

"Apa maksudmu?" Damar menatap Anna lekat.

Anna menarik napas dalam. "Tadi, pas kita di bandara, kamu bilang ke Kak Lyra kalau kamu nggak suka sama aku. Harus banget ya, gitu ngomongnya?"

"Ah ... itu ..." gumam Damar.

Anna melirik Damar kesal.

"Emangnya kamu mau diledekin terus sama Kak Lyra tentang masalah itu? Yang ada kita bakal makin canggung lagi satu sama lain ntar. Makanya aku ngomong kayak gitu. Kamu juga kan, nggak suka sama aku," sebut Damar.

"Aku suka sama kamu, tau!" kesal Anna.

Anna memejamkan mata, antara menyesal, tapi juga lega. Ia bisa merasakan tatapan Damar. Anna menarik napas dalam dan memutar tubuh menghadap Damar.

"Kamu ... ngomong apa barusan?" Damar tampak luar biasa kaget.

Anna mendengus kasar. Apa semengejutkan itu?

"Kenapa? Aku nggak boleh suka sama kamu?" sengit Anna.

"Tapi kamu kan, dari dulu benci banget sama aku. Bahkan sejak pertama. Aku nggak pernah bikin masalah sama kamu, tapi kamu suka gangguin aku. Bahkan sejak pernikahan Kak Dera sama Kak Dhika, kamu makin parah nge-bully aku, kan?" urai Damar.

Anna mengernyit. "Itu ... karena dulu aku iri sama kamu."

Damar mengerutkan kening. "Iri? Sama aku?"

Anna mendesah berat. "Sebelum aku ketemu Kakak di pesta pernikahannya sama Kak Dera, aku sempat liat Kakak beberapa kali nganterin atau jemput kamu di sekolah. Tapi dia bahkan nggak sekali pun liat aku."

Ini pertama kalinya Anna mengakui tentang ini. Tentang perasaannya yang sebenarnya.

"Tapi abis itu, Kakak juga minta kamu jagain aku. Segitu nggak percayanya Kakak sama aku. Ayah juga gitu. Nggak pernah percaya sama aku." Anna mendengus, menertawakan diri sendiri.

"Kamu tau hal yang paling aku takutin di dunia tuh apa?" tanya Anna lemah.

Damar menatapnya lekat, menunggu.

"Ditinggalin, dibuang, diabaiin," ungkap Anna.

Damar menarik napas. "Kamu ..."

Anna mendengus pelan. "Lucu, ya?" Anna mendongak menatap langit. "Aku bahkan masih inget hari pas Ibu sama Kakak ninggalin aku. Waktu itu aku masih kecil banget. Tapi aku inget hari itu dengan jelas. Ya, aku marah sama Ibu, aku marah sama Kakak. Tapi ... aku juga kangen mereka. Bahkan saat ini."

Miss Trouble vs Mr Genius (End)Where stories live. Discover now