Bab 5 - Misi Menyebalkan

6.2K 508 78
                                    


Pagi itu, Damar sudah berada di ruang tamu, hendak keluar, ketika mendengar suara klakson mobil Dhika. Saat Damar keluar, benar saja, mobil Dhika sudah berhenti di depan rumahnya.

Bukannya segera pergi ke mobil Dhika, Damar justru berbelok ke garasi dan mengeluarkan sepeda. Dhika menaikkan alis heran ketika melihat Damar keluar dengan sepedanya.

"Satu sekolah bakal heboh kalau mereka liat Damar berangkat bareng sama adiknya Kak Dhika itu," Damar beralasan sembari menaiki sepeda. "Dia murid populer di sekolah, sementara Damar cuma murid cupu."

Dhika belum sempat membalas ketika pintu belakang terbuka dan Anna keluar dari mobil.

"Ide bagus," Anna berkata seraya menghampiri Damar.

"Apa?" Damar menatap Anna bingung.

Anna lantas mengedik ke arah sepeda Damar.

"Anna berangkat sekolah bareng cowok ini," Anna berkata pada Dhika.

Mengejutkan Damar, gadis itu lantas mengambil tempat di bagian depan sepeda dan duduk menyamping.

Damar sudah akan protes ketika Anna mendekatkan wajah padanya dan berbisik,

"Coba aja turunin aku di sini. Aku bakal nyium kamu di sini, di depan mereka. Di sekolah pas kita dihukum bareng itu, kamu belum jadi nyium aku, kan? Jadi, di kesempatan ini ..."

"Kak Dhika pergi aja," Damar berbicara, menyela kalimat Anna. "Cewek ini bakal berangkat bareng Damar."

Dhika mengerutkan kening, tapi toh tersenyum juga akhirnya.

"Ya udah, Kak Dhika berangkat duluan ya, Mar. Kamu ati-ati naik sepedanya," pesan Dhika sebelum melajukan mobil.

Sepeninggal Dhika, Damar menatap Anna tajam. Gadis itu berdehem pelan, sebelum bergerak, hendak turun. Reflek, Damar menahannya.

"Ini kamu mau ngapain?" tanya Anna tajam saat menatapnya.

"Aku yang harusnya tanya. Kamu mau ngapain? Mau bolos lagi?" tuduh Damar.

Anna mendengus kasar. "Bukannya tadi kamu sendiri yang bilang kalau satu sekolah bakal heboh pas liat kita berangkat bareng?"

Damar tak menjawab dan mulai mengayuh sepedanya. Anna memekik kaget seraya segera berpegangan. Damar bisa merasakan tatapan kesal gadis itu, tapi diabaikannya.

"Mau jadi sok pahlawan lagi?" sinis Anna.

Damar tak mau repot-repot menanggapi.

"Aku sih, nggak masalah, kalau nanti satu sekolah heboh liat kita berangkat bareng kayak gini. Tapi kamu ..."

"Siapa bilang aku bakal barengin kamu sampai sekolah?" Damar menyela.

"Trus? Kamu mau nurunin aku di tengah jalan?" Anna terdengar kesal.

"Nggak di tengah. Di pinggir jalan yang biasa dilewati angkot yang lewat sekolah," balas Damar santai.

Anna mendengus kasar. "Kamu nyuruh aku naik angkot?"

"Kenapa? Kamu lebih suka dianter Kak Dhika?" Damar balik bertanya.

"Apa kamu tau, masalah apa yang kamu bawa buat dirimu sendiri dengan ngelawan aku kayak gini?" Suara Anna penuh peringatan.

Damar mendesah berat. "Mungkin lebih dari siapa pun, aku tahu, berapa banyak masalah yang bisa kamu bawa buat aku."

"Kalau kamu udah tau ..."

"Makanya," Damar menyela kalimat Anna, "kenapa kamu tadi nggak mau berangkat dianter Kak Dhika dan bantuin aku lepas dari satu masalah?"

Anna tak segera membalas. Damar menunduk dan dilihatnya Anna sudah menatap ke depan.

Miss Trouble vs Mr Genius (End)Where stories live. Discover now