Bab 16 - Worried to Death

Começar do início
                                    

Sebelum Anna sempat protes, Dhika sudah menghentikan mobil di depan rumah Damar. Namun, belum sempat Dhika turun, Damar sudah keluar dengan sepedanya. Dhika membuka kaca mobil dan berkata,

"Mar, mau bareng sekalian aja? Anna minta dianter Kak Dhika hari ini."

Anna hampir saja berteriak protes karenanya, tapi menahan diri.

"Damar naik sepeda aja." Anna mendengar suara Damar. "Anna beneran minta dianter? Kenapa?"

Anna menarik keluar headset dari tas dan memasangnya di telinga, menunjukkan jika ia tak ingin diajak bicara. Meski sebenarnya, ia tak menyalakan lagu apa pun dan malah mendengarkan percakapan Damar dengan Dhika.

"Nggak tau, tadi minta dianter Kakak, gitu. Tapi nanti pulangnya sebelum Kak Dhika datang, kamu temenin dia, ya?" pinta Dhika.

Anna melirik hanya untuk melihat Damar mengangguk.

Setelahnya, Dhika pamit lebih dulu pada Damar dan kembali melajukan mobil. Anna diam-diam mendesah lega. Ia menoleh ke belakang dan melihat Damar masih menatap ke mobil Dhika.

Anna merengut.

Dasar menyebalkan.

***

Damar tahu ada yang tidak beres dengan Anna. Jelas gadis ini menghindarinya. Saat jam istirahat pertama, mereka bertemu di kantin dan Anna jelas melihatnya, tapi gadis itu pura-pura tak mengenalnya. Dia bersikap begitu dingin dan melewatinya begitu saja.

Pun ketika mereka berpapasan di koridor atau di halaman, Anna sama sekali tak menatapnya. Ketika jam istirahat kedua, mereka kembali berpapasan di koridor. Kali ini, Damar menangkap lengan Anna, menahannya.

"Kamu kenapa?" tuntut Damar.

Anna tak membalas dan malah berusaha menarik lepas tangannya dari pegangan Damar. Gemas, Damar menarik Anna ke hadapannya. Ia memegangi kedua lengan gadis itu.

"Kamu kenapa, Ann? Kenapa kamu ngehindarin aku?" kesal Damar.

Anna akhirnya menatap Damar. "Aku bosen sama kamu. Dan aku males liat kamu lagi."

Damar berusaha untuk tidak terkejut, tapi gagal. Pegangannya di lengan Anna seketika terlepas. Kenapa Anna mendadak seperti ini?

Namun, Damar bahkan tak bisa menanyakan itu. Ketika melewatinya, Anna menabrak bahunya kasar. Damar berbalik untuk menatap punggung gadis itu menjauh. Ada apa dengannya?

Sepanjang sisa pelajaran, Damar tak bisa berhenti memikirkan kata-kata Anna. Ia bahkan menyerah menyelesaikan tugas yang diberikan gurunya. Biasanya, dia paling tidak suka menunda mengerjakan tugas hingga berakhir menjadi PR. Namun, kali ini ia tak peduli. Ia benar-benar penasaran, kenapa Anna tiba-tiba bersikap seperti tadi padanya?

Apa karena kemarin Damar membuatnya jatuh? Kemarin sikunya juga sampai terluka. Apa dia semarah itu?

Tak dapat menahan rasa penasarannya, begitu bel pulang berbunyi, Damar menjadi murid pertama yang keluar kelas lebih dulu untuk pergi ke kelas Anna. Namun, ia tak menemukan Anna di kelasnya. Ia bertanya pada salah seorang teman sekelas Anna, dan diberitahu jika Anna baru saja keluar.

Bergegas Damar berlari ke arah lobi untuk mengejar Anna. Namun, sampai di gerbang pun, Damar tak menemukan Anna. Pun tak ada mobil Dhika. Teringat Leni, Damar segera menghubungi ponsel Anna. Apa Leni mencegat gadis itu?

Damar mendesis kesal ketika Anna tak mengangkat ponselnya. Damar kembali menelepon, tapi ponsel gadis itu mati. Damar mengerang frustasi.

Tidak. Mungkin Dhika sudah menjemputnya. Damar berusaha menenangkan diri dan menelepon Dhika.

Miss Trouble vs Mr Genius (End)Onde histórias criam vida. Descubra agora