36

330K 24.4K 1.6K
                                    

Chinta, gadis itu baru saja keluar dari ruang guru dengan membawa lembaran kertas di tangannya. Tidak seperti biasa wajahnya sangat muram seperti sedang banyak pikiran.

Chinta terus berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya. Tapi terpaksa berhenti karena menyadari Darka sedang berjalan ke arahnya. Mungkin, Darka akan pergi ke ruang guru.

"Hai Bawel," sapa Darka, yang sudah berada di samping Chinta.

Chinta berbalik menghadap Darka. "Hai." Ucap Chinta tidak bersemangat.

Mood gadis itu sedang buruk sekarang. Matanya sangat sayu, seperti orang yang tidak bersemangat.

"Dari mana?" tanya Darka. melirik sekilas kertas di genggamanan Chinta.

"Ruang guru?" tebak Darka.

Chinta mengangguk.

"Apa tuh? Coba gue liat." Darka ingin merebut kertas Chinta, tapi sayang tangannya ditepis Chinta.

"Cuma tugas dari Bu Bety kok." Sela Chinta. Karena Darka menatap curiga kepadanya.

"Lo mau ke ruang guru? Ngapain?" tanya Chinta.

"Buat masalah lagi ya?" Tebak Chinta.

"Buruk banget sih pikirannya," Darka mengusap lembut rambut Chinta. "Gue dipanggil Pak Hendri, biasa masalah OSIS."

Chinta mengangguk.

"Lo kenapa sih?" tanya Darka yang baru menyadari wajah Chinta sangat muram. Tidak seperti biasanya.

Chinta menggeleng. Darka makin penasaran, tapi mencoba mengabaikannya, dia tidak ingin memaksa Chinta untuk mengatakan apa masalahnya.

"Pose temui gue di kantin ya!" suruh Darka.

"Ngapain?"

"Makanlah, gue masih waras! Jadi enggak mungkin gue ajak lo baca buku bareng di kantin." Darka mencoba membuat Chinta tersenyum. Tapi sia-sia karena itu tidak berefek apapun.

"Gue enggak laper," elak Chinta.

Darka menaikkan alisnya.

"Yaudah temeni gue aja."

"Gue nggak mau."

"Apaan! Lo pikir gue mau tau!" emosi Darka terpancing.

Chinta tidak memperdulikan Darka, dia malah berjalan menjauh.

Darka menghela napas kasar, mencoba sedikit tenang. Lalu mengejar Chinta.

Darka menarik lengan Chinta. Membuat mereka saling bertatapan. "Lo kenapa sih?"

"Lagi PMS, gue ngeri tau nggak." Seru Darka. chinta tidak menjawab, dia hanya menatap Darka. membuat Darka melepaskan genggamannya.

"Lagi ada masalah?" tanya Darka lembut.

Lagi Chinta tidak menjawab pertanyaan Darka. Darka berdecak frustasi, dengan tangan yang bertopang pada pinggangnya.

Mereka saling terdiam beberapa saat, selanjutnya mata Chinta memerah, dia menangis sekarang. Membuat Darka semakin bingung.

"Loh kok malah nangis sih?"

Tangisan Chinta semakin menjadi-jadi.

"Lo marah sama gue? Karena gue paksa ke kantin?"

Chinta menggeleng.

"Bu Bety ngasih lo tugas terlalu banyak?"

Lagi. Chinta menggeleng.

"Terus apa?"

"Orang lain? Siapa? Biar gue hajar tu anak."

Chinta malah semakin menangis.

DARKA (Update kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang