05 - Hari Libur

Start bij het begin
                                    

"Wah..." mulut Seungwan tidak bisa menutup lagi sejak melangkahkan kaki ke dalam studio musik Yoongi. Ia juga terkejut dengan koleksi CD lagu Yoongi yang sangat banyak. Semua jenis CD musik ada di dalam koleksi Yoongi.

"Gua suka buat lagu sih, sekedar hobi. Basket juga salah satu hobi gua," ujar Yoongi. Ia tiba-tiba tertawa melihat Seungwan yang belum juga menutup mulutnya. Tangannya mengarah ke dagu Seungwan lalu mendorongnya ke atas. "Tutup mulut, Wen."

Seungwan tertawa kecil. Ia tidak menyianyiakan kesempatan, tangannya langsung meraih beberapa CD dan mengamatinya dengan saksama. Ia juga histeris saat melihat grand piano dan memainkannya sedikit. Senyuman Seungwan tidak pernah sirna selama setengah jam lamanya.

CD player tiba-tiba memainkan lagu waltz yang dimainkan pianis hotel saat ulang tahun Kai. Entah mengapa suasana malam itu kembali menyelimuti Seungwan dan Yoongi yang berada di studio musik.

"Duduk Wen," Yoongi menunjuk kursi di hadapannya sekarang. "Gua mati-matian minta ayah bangun studio ini. Seumur hidup gua hanya pernah maksa ayah cuma sekali, ya buat bikin studio doang."

"Keren," kata Seungwan. "Lagu apa aja yang udah kamu buat?"

"Hmm... Gua suka hip-hop jadi gua buat lagu hip-hop,"

"Serius? Boleh aku dengar? Aku suka hip-hop juga! Kayaknya aku suka semua jenis lagu, deh. Hehehe," tangan Seungwan mengibas rambutnya ke belakang, membuat Yoongi terpesona.

"Jujur atau tantangan?" tanya Yoongi tiba-tiba.

"Hah?"

"Gua ajak lu main truth or dare. Pilih mana?" tanya Yoongi diikuti tawa Seungwan. Ia ingin sekali mengenal Seungwan lebih jauh. Karena ia tidak cukup sabar menunggu laporan dari Jackson yang sedang berusaha menggali informasi tentang bidadarinya.

"Aku pilih jujur," jawab Seungwan.

Tanya apa ya enaknya?

"Hmm... Kesan lu sama keluarga gua?" tanya Yoongi yang sebenarnya sejak awal tidak menyiapkan pertanyaan untuk Seungwan.

"Aku suka. Ayah kamu perhatian banget, ibu kamu benar-benar asyik. Kakak kamu juga, mereka semua menerimaku dengan ramah. Aku nyaman banget di rumah kamu," jelas Seungwan. "Sekarang giliran kamu, kan? Jujur atau tantangan?"

"Jujur," ujar Yoongi.

"Kenapa kamu pindah kelas?" pertanyaan Seungwan membuat Yoongi memutar otaknya.

"Gua pingin ketemu sama lu," kata Yoongi dengan nada bercanda, berharap Seungwan juga menanggapinya dengan santai. "Jujur atau tantangan?"

"Tantangan dong hehehe," kata Seungwan membuat Yoongi gemas.

"Boleh liat LINE punya lu?" tanya Yoongi setelah mengumpulkan keberanian dan dengan santai Seungwan memberikan ponselnya pada Yoongi. Dilihatnya jumlah kontak di LINE Seungwan. Hanya 89 orang. Chat-nya sangat banyak tapi jemari Yoongi membuka chatroom Seungwan bersama Mark.

"Menyedihkan, ya?" ujar Seungwan membuat jemari Yoongi segera menekan tombol keluar. "Nggak apa-apa, kok. Mark memang sudah tidak pernah menghubungiku. Terakhir kali ia menghubungiku di hari yang sama dengan kamu pindah kelas. Aku telepon juga selalu saja masuk voicemail, tidak pernah diangkat."

Yoongi mengangguk dan mengembalikan ponsel Seungwan. Ada sedikit rasa penyesalan tapi di sisi lain ia suka dengan cara Seungwan bercerita dengan jujur, apa adanya, tanpa dibuat-buat.

"Ini kenapa aku kesannya ambil jujur dan tangangan sekaligus? Hehehe," Seungwan kembali ceria. "Sekarang giliran Suga. Jujur atau tantangan?"

"Tantangan," jawab Suga sewajar mungkin seperti biasa. Ia sudah siap jika ponselnya diminta Seungwan dan gadis itu membongkar isi percakapan di LINE.

True Angel ✔️Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu