"Ha?" refleks Chinta. Menatap mamanya lalu kembali menatap Darka.

Mengetahui reaksi Chinta yang begitu gelagapan. Darka mengambil ancang-ancang untuk menjawab.

"Enggak kok ma." Jawab Chinta cepat sebelum Darka menjawab.

Darka tersenyum samar mendapati jawaban Chinta. Lagi mereka saling menatap.

"Yakin." Miranda memastikan. Chinta mengangguk pasti, sambil melihat Darka yang masih tersenyum mendengar jawabannya.

"Kalau gitu Darka pinjem Chintanya dulu ya tan. Enggak bakal lama juga," ucap Darka meminta izin kepada Miranda. Lalu beralih menatap Chinta yang sekarang menatap kesal ke arahnya. Dan dia sangat tahu kenapa.

Pinjem! Lo pikir gue barang. Batin Chinta kesal.



***



Chinta tidak habis pikir dengan jalan pikiran Darka. Laki-laki yang sedang berjalan di depannya sekarang sama sekali tidak membawa motor ataupun mobil, jadi ini yang dia sebut dengan mengajak jalan. Dan dia benar-benar berjalan sekarang. Bahkan sudah melewati kompleks perumahan mereka.

"Darka, lo enggak bawa motor atau mobil gitu!" tanya Chinta akhirnya.

"ngak." Sahut Darka singkat.

"Memang kita mau kemana sih, ini udah lewat kompleks tau." Keluh Chinta.

Darka menoleh melihatnya sebentar. Hanya melihat.

"Enggak bawa motor, enggak bawa mobil. Jalannya jauh banget, kaki gue pegel nih." Celoteh Chinta lagi.

Darka menoleh lagi melihatnya.

"Udah beralih jadi cewek matre sekarang?" Cibir Darka.

Chinta mengumpat kesal tidak terima Darka mengatainya.

"Apaan sih, kok jadi matre. Kaki gue itu Cuma pegel, jalan terus enggak ada kepastian." Sewot Chinta.

Darka menoleh lagi melihat Chinta.

"Lo jadi cewek bawel banget sih. Lama-lama gue kena serangan jantung denger ocehan lo terus." ucap Darka sensi.

Wajah Chinta berubah menjadi cemberut. "Abis gue capek!" Kesal Chinta seperti anak kecil.

"Gulingan aja tuh di jalan." Tunjuk Darka tenang. "Biar digelinding sama truk sekalian."

"Dasar cowok aneh." Cibir Chinta lagi.

"Aneh-aneh gini lo suka." Sahut Darka cepat.

Chinta terdiam tidak tahu ingin membalas apa. 

Darka yang aneh atau Chinta yang aneh? Darka selalu bilang Chinta bawel dan tidak suka mendengar ocehan Chinta. Tapi tetap saja Darka selalu membalas setiap ocehan Chinta.

"Kok diem?" tanya Darka tanpa rasa bersalah.

"Males berdebat sama lo. Enggak bakal menang juga." Sahut Chinta malas sambil terus berjalan. Meninggalkan Darka yang tersenyum samar.

"Bagus sadar." Darka mensejajarkan langkahnya.

"Kenapa lo bohong?" Darka memulai pembicaraan lagi.

"Apa?" Chinta menatap Darka bingung.

"Di rumah lo tadi." Sahut Darka malas.

"Oooh yang itu!" Chinta memutar bola matanya. Mencari jawaban. "Karena gue belum yakin."

Kali ini Darka yang bingung.

"Memang kita pacaran, gue sendiri enggak yakin lo pacar gue." Jelas Chinta. Melangkah menjauh dari Darka.

Darka tersenyum miring mendengar tuturan Chinta.

"Lo ada niatan minta putus lagi dari gue." Ucap Darka melihat Chinta masih di tempatnya.

Chinta menoleh, sekarang mereka saling bertatapan.

"Dari awal memang itu yang gue mau."

Darka tersenyum samar. Menatap sebentar jalanan, untuk meredam emosinya yang setiap kali muncul. Jika mendengar Chinta menginginkan putus darinya.

"Eca lagi?" tanya Darka setenang mungkin.

Chinta menggeleng pelan. Tidak membenarkan ucapan Darka. Membuat Darka bingung, mencari jawaban apa yang dimaksud Chinta. Kalau bukan karena Eca, lalu karena apa?

"Bima?" sebut Darka tidak yakin. "Lo beneran suka sama Bima?" akhirnya kalimat ini muncul lagi dari mulut Darka.

Gantian Chinta yang tersenyum samar.

"Kok Bima sih." Sahut Chinta sambil tersenyum. "Gue jadi inget kejadian di sekolah tadi."

Chinta tersenyuman. Membuat Darka mengerti dan sekarang menjadi mengacuhkan tatapan Chinta.

Darka berjalan melewati Chinta dengan santainya seolah tidak mendengar apa pun. Tapi Chinta malah semakin terkekeh geli.

"Darka aneh! Tadi di sekolah marah-marah enggak jelas. Malamnya ngajak jalan. Dan bener-bener jalan kaki." Ledek Chinta dari belakang, sambil berjalan mengikuti langkah Darka.

Darka tidak menghiraukan ledekan Chinta.

"Darbil!" cibir Chinta lagi.

Kali ini Darka menoleh. Seperti ada tanda tanya di dahinya sekarang.

Seperti mengerti Chinta melanjutkan perkataannya.

"Darka labil." Chinta tersenyum lebar.

"Dasar alay." cibir Darka. Kembali melangkahkan kakinya lebih cepat meninggalkan Chinta.

"Biarin!" jawab Chinta tidak kalah ketus.

"Dasar bawel." Sergah Darka.

"Mulut-mulut gue, suka-suka gue dong." Sewot Chinta.

"Lo kok jalan mulu sih, pegel tau." Protes Chinta, karena Darka melangkah lebih cepat. Bahkan sudah lebih jauh darinya.

"Mau lomba maraton ya Mas." Cibir Chinta lagi.

Ok kali ini Chinta benar-benar bawel, Darka bahkan kewalahan menghadapi semua perkataan yang keluar dari mulut Chinta.

"Gue mau cari warung!" sahut Darka setengah berteriak.

Chinta malah mengerutkan keningnya bingung.

"Mau ngapain?" tanyanya.

"Jalan jauh-jauh Cuma mau cari warung doang, di depan rumah gue juga ada kali." Cibir Chinta kecil, bahkan sangat kecil. Agar Darka tidak mendengarnya.

"Mau beli plaster, biar gue plaster tuh mulut. Biar nggak bawel!" ketus Darka tidak melihat Chinta.

Chinta mempercepat langkahnya kesal dengan Darka.

"Dasar Darting!" sewot Chinta.

"Kalau lo ngoceh terus. Lo enggak bakal tau kita mau kemana!" ucap Darka keras dalam langkahnya.

"Gue jadi nyesel ngajak lo jalan." Ketus Darka lagi.

"Gue juga nyesel, capek tau jalan mulu." Sahut Chinta tidak mau kalah.





Sambungannya........

Ditunggu berapa jam lagi ya!!!

Sekarang masih ngetik....



Khairanihasan

07 Mei 2017

Update Kembali 18 Juni 2022

DARKA (Update kembali)Where stories live. Discover now