Chinta mendengus kesal. "Dasar! Lo percis kayak Darka. Kalau gue suruh jadi cowok baik-baik pasti gitu jawabannya." ucap Chinta malas.

"Pantes bisa temenan akrab, pikirannya sama." Cibir Chinta. Lelaki yang ada di sampingnya hanya terkekeh kecil.

"Gue sadar satu hal," seru Bima menatap Chinta. Gadis itu kini menatap heran ke arahnya. "Apa?" tanya Chinta.

"Lo bawel ternyata, pantes gue..." Bima menghentikan perkataannya. Membuat Chinta menatap heran ke arahnya.

"Pantes apa?" tanya Chinta menatap lekat ke arah Bima. "Mau bilang suka, iya!" ceplos Chinta terus mendesak Bima agar membalas ucapannya.

"Apaan sih," sahut Bima mengalihkan pandangannya dari Chinta. Sekarang Bima mengerjakan soal di bukunya kembali.

Chinta terkekeh kecil melihat reaksi Bima yang seperti menghindari pertanyaannya.

"Ini baru cowok banci. " cibir Chinta membuat Bima menoleh.

"Apa sih," sahut Bima. "Jadi cewek enggak mau kalah banget." Lanjut Bima tangannya mengucek lembut rambut Chinta, membuat rambut gadis itu jadi berantakan. Seketika ketawa mereka berdua pecah saat Chinta mencoba merapikan rambutnya namun kembali dirusuhi tangan Bima.

Dilain sisi tampaknya Bima dan Chinta tidak mengetahui ada sepasang mata yang sedang memperhatikan mereka. Darka mengepal kuat jari tangannya tatapannya begitu menusuk, dia sangat marah. Dengan emosi yang masih menyelimutinya Darka langsung pergi dari tempatnya.

---

Diberitahukan untuk seluruh siswa XI IPA 1 dan XI IPA 3 untuk berkumpul di lapangan basket, jangan lupa untuk membawa semua peralatan belajar kalian terutama untuk pelajaran Fisika.

Suara dari mikropon terdengar ke seluruh penjuru sekolah. Lantas kedua kelas tersebut langsung berhamburan keluar kelas sambil membawa peralatan belajar mereka menuju lapangan basket.

Ternyata Bu Vina selaku guru piket sengaja mengabungkan kedua kelas tersebut di lapangan basket untuk belajar bersama. Karena hari ini Bu Bety berhalangan hadir di kelas IPA 1 sedangkan dia harus masuk di kelas IPA 3 dan setelah itu dia harus masuk lagi ke kelas IPA 1 untuk mengajar Fisika. Akhirnya dia mengambil keputusan untuk menggabungkan kedua kelas tersebut di lapangan basket. Agar kedua kelas dapat dipantau olehnya.

Semua siswa telah berkumpul di lapangan basket bahkan mereka semua telah duduk lesehan di lapangan, terkecuali Darka, Bima, Dani dan Vino yang sekarang sedang berjalan beririgan menuju lapangan.

Sedangkan Bu Vina sendiri belum terlihat kehadirannya di lapangan.

Vino langsung berdiri tegap di depan semua anak ketika dia dan ketiga temannya berada di lapangan. Seolah mereka berempat bak artis yang sedang ditunggu semua orang.

"Kenalin dong, dipaling ujung sana ada abang-abang ganteng tapi urutannya nomor 4 sekarang." Seru Vino seakan mengenali Darka dengan semua siswa. Lantas Darka hanya menunjukkan tatapan dinginnya. Suasana hatinya sedang tidak baik sekarang.

"Biasa aja mas mukanya, hari ini doang kok lo nomor 4 besok juga udah nomor 1 lagi." Oceh Vino lagi membuat semua siswa tertawa.

Chinta yang sedari tadi memperhatikan wajah Darka. Hanya ikut terkekeh kecil padahal sekarang dia sedang mencari tahu apa yang membuat wajah Darka terlihat sangat kesal sekarang. Karena jelas itu bukan karena omongan Vino tadi. Dan itu membuat Chinta semakin penasaran dengan apa yang terjadi pada Darka.

"Di sebelah Darka, ada mas-mas tapi bukan tukang mas, Cuma tukang bakso depan sekolah. Dani!" celoteh Vino lagi, seketika Dani mencibir. "Anjir." Membuat semua siswa kembali tertawa kali ini lebih keras.

DARKA (Update kembali)Where stories live. Discover now