Bab 6 - Gadis yang Terlalu Mengesalkan

Start from the beginning
                                    

Ini bahkan belum sampai sepuluh jam dan Anna kembali membuat ulah. Seolah dia hidup hanya untuk membuat Damar kesal. Jika memang ingin protes, seharusnya dia protes pada kakaknya. Kenapa dia harus melempar banyak masalah pada Damar?

Damar meraih ponsel dari meja belajar dan sudah akan menghubungi Dhika, tapi gerakan tangannya terhenti sebelum ia menekan tombol panggil. Dhika sudah cukup sedih dan kecewa dengan sikap Anna. Sepertinya tak perlu juga Damar menambah alasan untuk menambah kekecewaan Dhika. Lagipula, saat ini Dhika pasti masih di pesawat.

Baiklah, Damar tadi hanya terlalu marah untuk berpikir jernih. Selama beberapa tahun terakhir, ini pertama kalinya seseorang berhasil memancing kemarahan Damar separah ini. Tidak hanya berbakat membuat masalah, gadis itu juga begitu ahli membuat Damar kesal. Sekarang, apa yang akan Damar lakukan dengannya?

***

Anna mengerutkan kening ketika tak sampai lima menit, Damar sudah kembali ke bawah. Cepat sekali ia mengakhiri marahnya. Namun, dugaan Anna salah. Alasan Damar kembali ke sampingnya bukan karena ia telah selesai, tapi justru untuk membalas Anna.

"Abis pulang kerja nanti, kakak-kakaknya Kak Dera bakal ke sini buat ngecek kamu," Damar berkata seraya mengangkat ponselnya. "Barusan aku ngasih laporan ke mereka kalau kamu lagi belajar."

"Emang ya, orang yang keliatannya pendiam itu ternyata bisa bikin masalah yang lebih mengerikan," desis Anna.

Damar mengangguk. "Udah tau gitu, kenapa kamu malah ngasih aku kesempatan buat bikin masalah kayak gini buat kamu?"

Anna mendengus kasar. Lihat saja besok, apa dia masih bisa berkata seperti itu. Anna tidak akan tinggal diam dan membiarkan Damar bertingkah seenaknya. Baiklah, di rumah dia memegang kartu As Anna, tapi di sekolah, dia hanya bisa hidup jika Anna mengizinkannya.

"Jadi, kamu mau belajar pelajaran apa dulu, nih?" tanya Damar santai. "Atau, kamu lebih suka kalau Kak Raka liat kamu mainin HP alih-alih belajar? Kak Angga kadang kalau ngomong suka seenaknya juga, lho. Belum lagi kalau nanti kamu sampai diceramahi Kak Dimas. Kak Dimas kalau udah ceramah menyentuh jiwa banget, soalnya. Jadi, gimana?"

Anna menggertakkan gigi, tapi akhirnya menepikan ponsel dan mengambil sebuah buku yang berada di tumpukan atas.

"Fisika? Oke," Damar berkata. "Ada tugas buat besok juga kan, ini?"

Tugas? Anna bahkan tak ingat kapan terakhir kali ia mengerjakan atau mengumpulkan tugas.

***

Tak perlu menunggu mereka tiba di sekolah untuk Anna melaksanakan aksi balas dendamnya. Damar tidak akan menyalahkan Anna, mengingat sepanjang sore, hingga jam makan malam, ketiga kakak Dera menunggui Anna belajar, memaksa gadis itu menghadapi tumpukan buku-buku yang tidak diinginkannya.

"Naik sepedamu sendiri," usir Damar ketika Anna sudah mengambil tempat di depannya.

"Aku males naik sepeda sendiri," balas Anna, membuat Damar mendengus kasar. "Dan kalau kamu nggak buruan berangkat, kita bakal telat."

Kalimat terakhir Anna sukses membuat Damar mengalah. Meski kesal, ia terpaksa mengayuh sepeda, dengan Anna ada di depannya. Namun, dengan posisi seperti ini, Damar kembali teringat pengakuan Anna minggu lalu.

"Kak Dhika nggak pernah bener-bener ninggalin kamu," Damar berbicara.

Diperhatikannya tangan Anna yang berpegangan di stang, mengerat.

"Kamu pasti udah baca cerita pertamanya Kak Dera, kan? Cerita itu, tentang Kak Dhika sama kamu. Kak Dhika ..."

"Sekali lagi kamu nyebut kakakku, aku nggak tau apa yang bakal aku lakuin sama kamu di sekolah," sela Anna tajam.

Miss Trouble vs Mr Genius (End)Where stories live. Discover now