PMB 34 : Pungguk Merindukan Bulan

Начните с самого начала
                                    

"Itu gosip! Cuma gosip!" Rasty bahkan tak tahu kenapa ia harus menekankan penjelasannya sedemikian rupa, "Aku nggak pacaran dengan dia kok."

"Tapi ditembak pas lagi kelas ya?"

"Nggak tahu ah. Bete."

          Raffa tersenyum saja menanggapi rajukan pria itu. Keduanya tak melanjutkan obrolan karena seorang pelayan datang mengantarkan makanan sekaligus tagihan. Setelah Raffa membayar makanan mereka dan pelayan berlalu, barulah pria itu kembali bersuara, "Yakin nggak mau pesan makanan lain?"

Rasty melirik mangkuk kuah sup yang mengepulkan uap panas dan mengangguk, "Yakin kok."

"Oke," Raffa menyahuti sambil menggenggam sendok di kedua tangannya, "Aku cuma mau memastikan, karena sup tulang di Fakultas kita yang paling enak."

          Rasty tahu! Sewaktu masih kuliah, Randy sering bertandang ke kantin FE hanya untuk menikmati sup tulang. Selain rasanya yang enak, harganya juga cukup bersahabat untuk kantung Mahasiswa yang sering jebol sebelum waktunya. Tidak heran kalau pecinta sup seperti Randy rela bertandang ke kantin Fakultas lain, meskipun kantin di Fakultasnya sendiri cukup memadai.

"Malam Minggu ada rencana?"

Pertanyaan Raffa membuat Rasty mengalihkan pandangan dari mangkuk pria itu dan menjawab, "Bang Sabda ngajak keluar. Katanya quality time sebelum dia pulang ke Kalimantan."

"Quality time?" Tanya Raffa tertarik, "Biasanya ngapain aja?"

Rasty berpikir sejenak dan mengangkat bahu, "Belanja, nonton dan makan."

"Berdua?"

"Bertiga," Rasty memutar bola mata karena pertanyaan itu, "Bang Sabda itu bukan penderita sister complex, melainkan twinnie complex. Dia bisa kalang kabut kalau salah satu adik kembarnya menghilang dari acara quality time."

Raffa jadi terkekeh karena ucapan itu, "Keluarga kamu seru ya."

"Lumayan," Cengir Rasty sambil melirik mangkuk pria itu untuk kesekian kalinya.

"Mau Ras?"

"Hah?"

"Kita bisa sharing kalau kamu terlalu kenyang untuk menghabiskan satu porsi sendirian," Raffa mengatakan itu dengan senyum geli.

"Nggak kok!" Rasty gengsi.

"Yakin?"

"Ya.. Yakin!" Gadis itu kemudian langsung mengalihkan percakapan, "Kenapa Kak Raffa tanya-tanya soal malam Minggu?"

"Tadinya mau ngajak kamu keluar, tapi karena kamu ada acara, mungkin lain kali aja," Raffa mengatakan itu sambil mengerat daging dengan menggunakan sendok garpunya, "Aaaah?"

"Apanya yang aaah?"

"Buka mulut."

"Nggak mau!"

"Nanti anak kita ngiler, Ras."

"Siapa juga yang lagi hamil?"

"Berarti kamu yang hampir ngiler."

"Ngg... nggak kok!"

"Oh, mau main pesawat-pesawatan?" Raffa memasang ekspresi jahil, "Pesawat meluncur dari ketinggian 2000 kaki dan sekarang tengah menuju..."

          Tawa cekikikan di sekitar mereka membuat Rasty tak tahan lagi. Dengan menahan malu ia menangkap tangan Raffa dan menelan daging di ujung sendok pria itu, kemudian menggeram, "Awas nanti di mobil!"

          Raffa tertawa saja mendengar ancaman itu. Siapa suruh Rasty terlalu banyak menyimpan rasa gengsi?

*

Pungguk Yang Merindukan Bulan - Slow UpdateМесто, где живут истории. Откройте их для себя