PMB 24 : Pungguk, Berakhir Dengan Patah Hati

24.3K 3.5K 268
                                    

Nathan mengetuk pintu kamar rawat inap Alana namun tidak mendapat jawaban. Akhirnya pria itu mendorong pintu tersebut, dan mendapati Alana yang sedang tertidur pulas.

Dengan langkah teredam Nathan mendekati pinggir ranjang untuk memperhatikan perban yang menutupi pelipis gadis itu. Semalam Noel mengatakan kalau keadaan Alana akan baik-baik saja, meskipun gadis itu harus menerima jahitan akibat luka pada pelipisnya. Nathan yang tidak percaya meminta agar Noel melakukan pemeriksaan ulang secara menyeluruh, untuk memastikan Alana tidak mengalami cidera di bagian dalam kepalanya. Noel memberi Nathan tatapan seakan pria itu sudah gila, namun akhirnya menurut karena Raffa mendesaknya dengan permintaan yang sama.

Nathan mundur satu langkah ketika menyadari gerakan halus dari Alana. Gadis itu mengulet untuk meregangkan tubuh, kemudian mengucek mata dengan jemari.

"Raff? Haus."

Nathan meraih gelas di nakas, kemudian mengangsurkannya pada gadis itu, "Duduk yang benar."

Alana yang terkejut karena mendengar suara Nathan, langsung bangkit duduk sebelum kemudian mengeluh sambil memegangi kepalanya. Nathan meletakkan buket yang dibawanya, kemudian duduk di pinggir ranjang dan membantu gadis itu menyingkirkan rambutnya ke balik bahu.

"Pelan-pelan Alana."

"Raffa di mana?" tanya Alana masih memejamkan mata, berusaha mengendalikan pusing yang mendera karena gerakannya yang tiba-tiba.

"Nggak tahu," jawab Nathan apa adanya, "Aku baru datang dan dari tadi kamu sendirian." Lanjutnya sambil menyodorkan gelas yang tadi diminta Alana.

Ragu-ragu Alana menerima gelas tersebut, menghabiskan isinya sampai setengah, kemudian mengembalikannya pada Nathan yang dengan sigap menyimpannya kembali ke nakas. Keduanya terdiam sampai akhirnya Nathan berinisiatif untuk menyerahkan buket yang tadi dibawanya ke pangkuan Alana.

"Cokelat?" tanya Alana keheranan melihat isi buketnya.

Bukannya berisi bunga seperti kebanyakan buket lainnya, Nathan justru memberi Alana buket berisi cokelat. Bukan hanya cokelat batang, beberapa keju dan cokelat pasta juga diselipkan di sana, membentuk bulatan seperti bunga.

Nathan mengangkat bahu dengan ekspresi tak yakin ketika berujar, "Kamu pernah bilang kalau kamu lebih suka makanan daripada bunga. Itu kenapa buketnya ku isi dengan cokelat."

"Oh, iya." Jawab Alana sambil menatap buket cokelatnya yang indah.

"Aku minta maaf," sadar kalau Alana tidak akan memulai percakapan, Nathan kembali angkat bicara, "Mendorong Raffa sampai jatuh menimpa kamu, aku minta maaf."

"Dimaafkan." Lirih Alana setelah diam sejenak.

"Maaf karena ngebentak-bentak kamu," lanjut Nathan, "Raffa benar, aku nggak berhak untuk memperlakukan kamu kayak kemarin."

"Okay." Jawab Alana lagi.

"Alana aku..,"

"Aku mau Raffa," potong Alana tiba-tiba, "Bisa tolong panggilkan dia?"

"Alana..,"

"Aku mau Raffa!"

Pintu terbuka dengan sosok Raffa yang muncul sambil membawa plastik. Pria itu langsung mengangkat alis begitu melihat kehadiran Nathan, namun memilih untuk tidak berkomentar dan mendekati ranjang untuk meletakkan bawaannya. Gerakannya terhenti karena Alana menangkap lengan kemejanya, tanda untuk meminta perhatian.

"Kenapa?" tanya Raffa sambil melirik buket di pangkuan gadis itu.

"Aku nggak bisa istirahat kalau ada banyak orang di sini."

Pungguk Yang Merindukan Bulan - Slow UpdateWhere stories live. Discover now