PMB 21 : Pungguk, Dan Rasa Percaya

30.1K 3.3K 167
                                    

Mulmed : Raffa dan Nathan. (Saya gatau nama modelnya, asal comot aja).
**

"Beras pulang."

    Rasty melangkah memasuki ruang tamu dan mengembuskan napas gusar karena tidak mendapati satu anggota keluarganya pun di sana. Dengan lesu ia beranjak ke ruang keluarga dan langsung melotot begitu mendapati Randy yang sedang menyudutkan Lala ke sofa. Mengetahui kedua orang itu tidak menyadari kehadirannya, membuat Rasty berdeham. Lala terpekik kaget, sedangkan Randy menoleh dengan pandangan tak suka. Setelah melambaikan tangan tanda pengusiran, Randy kembali menyudutkan Lala yang megap-megap memukuli bahunya.

"Kamu ini ya Keran!" geram Rasty naik darah. Dengan kejam ia menghajar pundak Randy dan berseru, "Lepasin Lala nggak hah?! Nggak bisa napas dia!"

"Ganggu aja." Tegur Randy pada saudara kembarnya, sedangkan Lala yang sudah terlalu malu karena kedapatan sedang bermesraan dengan saudara temannya, memilih untuk menenggelamkan wajah dalam dada pria itu.

"Ck!" ucap Rasty sambil menghempaskan diri ke sofa, "Nggak jadi putus?"

"Bisa lebih sopan lagi nanyanya?" tanya Randy sambil mengerutkan kening.

Rasty cemberut ketika meralat pertanyaannya, "Ku pikir kemarin kalian bertengkar?"

"Udah baikan," jawab Randy sementara tangannya tanpa sadar memainkan rambut Lala yang masih terlalu shock untuk bisa menghadapi sepasang kembar sinting ini. "Kenapa muka kamu kusut?"

Rasty menghela napas sedih ketika berkata, "Tadi aku ketemu dengan Kak Alia, ngobrol soal Miss Universitas."

"Terus?"

"Dia cerita soal insiden pemilihan Miss Universitas tahun lalu."

Sepertinya Randy tidak terkejut mendengar hal itu dan justru bertanya lagi, "Terus kamu kepikiran?"

"Menurut kamu, aku bisa nggak kepikiran?"

"Terus kamu jadi ragu untuk ikut pemilihan?"

Rasty mengembuskan napas dan menggeleng, "Entahlah. Aku bingung."

"Kamu aja bingung, apalagi aku." Komentar Randy malas-malasan.

"Kok Keran ngomong kayak gitu sih?" kini Rasty memasang ekspresi tersinggung.

"Kamu nggak punya pendirian Rasty," ucap Randy dengan nada lelah, "Aku nggak tahu siapa Alia Alia ini, tapi dia cuma memberitahu kamu konsekuensi apa yang akan kamu hadapi kalau kamu mengikuti pemilihan Universitas. Dan hanya karena itu, kamu bingung? Gimana kalau ternyata dia sedang menguji kesungguhan hati kamu?"

"Menguji kesungguhanku?" tanya Rasty bingung.

"Coba ku tebak. Pasti si Kabel yang nyuruh kamu nemuin Alia kan?"

"Kak Alia. Dia senior kita," tegur Rasty karena sikap Randy yang tak sopan, "Iya. Terus memangnya kenapa?"

"Kalau si Kabel menyarankan kamu untuk ketemu dengan Kak Alia, itu artinya sedikit banyak Kak Alia ini punya koneksi dengan mahasiswa-mahasiswa yang memiliki kepentingan di Fakultas kalian. Benar?"

"Iya." Kini Rasty mengangguk bingung.

"Dengar Rasty, orang-orang kayak Kak Alia ini, nggak akan mau memberi dukungan pada orang yang plin-plan. Kenapa? Karena sekali dia memberi dukungan terhadap kamu, itu artinya dia akan melibatkan seluruh koneksinya. Dan bayangkan apa jadinya, kalau ternyata orang yang didukungnya ternyata cuma bocah plin plan yang mudah goyah pendiriannya?"

"Aku... diuji?" tanya Rasty kebingungan.

    Randy berdecak muram, sedangkan Rasty termenung. Ia mencoba memikirkan kembali ucapan Alia kepadanya, dan menyadari kalau ucapan Randy ada benarnya. Mendadak gadis itu mengerang, memeluk kepalanya sendiri yang terasa pening karena dijejali terlalu banyak informasi. Pada akhirnya Rasty hanya bisa bersandar pada sofa dengan tubuh lunglai dan lelah.

Pungguk Yang Merindukan Bulan - Slow UpdateOnde as histórias ganham vida. Descobre agora