PMB 34 : Pungguk Merindukan Bulan

28.9K 3.5K 303
                                    

       


"Hai."

          Rasty mengutuk dirinya sendiri yang salah tingkah karena diberi sapaan sekaligus senyuman. Sambil menyelipkan rambut ke balik telinga, gadis itu membalas senyuman Raffa dan melambai kikuk, "Udah lama ya nunggunya?"

"Belum terlalu lama. Lagipula ada beberapa adik tingkat yang nyamperin dan nanya-nanya soal kerja, jadi nggak berasa nunggunya."

Rasty mengangguk, "Pulang sekarang?"

"Nggak mau makan dulu?"

          Rasty tidak ingin jadi pusat perhatian, tapi tatapan berharap itu membuatnya tidak tega untuk menolak. Kalau sudah begini ia jadi menyalahkan diri sendiri karena tak sanggup menolak tawaran Raffa untuk menjemputnya pulang dari kampus. Bukannya Rasty tak pernah menolak, tapi Raffa pantang menyerah. Setelah beberapa kali menolak dengan berbagai alasan masuk akal sampai alasan tak bisa dinalar, akhirnya hari ini Rasty menyerah dan membiarkan pria itu menjemputnya.

"Boleh."

          Beiringan keduanya menuju kantin Fakultas Ekonomi yang tak kunjung sepi meski gelap sudah mulai menyapa. Rasty bukannya tak sadar kalau beberapa pasang mata tertuju pada mereka, tapi karena Raffa terlihat cuek dan justru sibuk memesan makanan untuk mereka, jadilah gadis itu ikut-ikutan memasang ekspresi cuek meskipun itu sangat sulit untuk dilakukan.

"Yakin cuma mau pesan roti bakar?" Pertanyaan Raffa menyadarkan Rasty dari ekspresi sok seriusnya, "Nggak mau makan yang lebih berat?"

"Nggak, roti bakar aja."

          Raffa tak melanjutkan pertanyaannya dan mengajak Rasty menuju kursi kosong yang terletak di tengah-tengah kantin. Dengan cepat Rasty menahan tangan pria itu dan berbisik, "Nggak mau duduk di situ."

"Kenapa?"

Ekspresi Rasty terlihat tak nyaman ketika memberitahu, "Terlalu di tengah, jadi pusat perhatian. Duduk di pinggir aja."

Raffa memutar pandangan dan menunjuk kursi-kursi panjang yang terletak di bagian sudut kantin, "Yang di pinggir ruangan kan kursi panjang semua. Nggak papa kalau nanti ada mahasiswa lain yang gabung?"

Rasty sempat ragu, namun akhirnya mengangguk, "Nggak papa."

"Ya udah, ayo."

          Rasty mulai mempertanyakan kecerdasan Raffa karena pria itu menggenggam tangannya selagi berjalan. Untuk apa mereka mengambil tempat tersudut kalau Raffa justru menambah panas suasana dengan tingkahnya saat ini? Rasty bahkan sudah tidak sanggup melepaskan tangannya dari genggaman pria itu dan memilih untuk menunduk sampai Raffa menghentikan langkah di tempat tujuan mereka.

"Kak Raffa nyebelin!"

Rasty langsung tahu kalau Raffa sengaja menggandeng tangannya begitu pria itu tertawa, "Udah setahun jadi Miss Universitas, Ras. Masa makan di tengah kantin aja nggak berani?"

"Aku kan jadi Miss Universitas untuk menunjukkan prestasiku, bukan untuk jadi bahan gosip."

Raffa memikirkan kalimat itu dan berkomentar, "Selama aku kuliah di sini, kamu memang Miss Universitas yang paling sepi dari skandal percintaan."

"Memang," Rasty langsung mengangkat dagunya tinggi-tinggi, "Randy juga bilang gitu."

"Paling sepi loh Ras, bukan nggak ada sama sekali."

Rasty menjilat bibirnya dengan gugup ketika berkomentar, "Aku nggak ngerti Kakak lagi ngomong apa."

"Kamu nggak berpikir kalau gosip dengan asisten dosen itu nggak sampai ke telingaku kan?"

Pungguk Yang Merindukan Bulan - Slow UpdateTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon