PMB 23 : Pungguk, Dan Hasil Taruhan

26K 3.4K 116
                                    


Nathan sudah muncul dalam ingatan Alana sejauh ia berhasil mengingat kenangan masa kecilnya. Malah Noel sering berkomentar, kalau Alana lebih lengket pada Nathan dibandingkan kepada dirinya. Selain karena jarak usia mereka lebih dekat, tidak seperti Noel yang sering mengelabui Alana agar tak bisa mengikutinya, Nathan selalu membiarkan Alana mengikutinya ke sana kemari seperti anak ayam. Ditambah mereka menuntut ilmu di sekolah dan mendapatkan tambahan kelas belajar di bimbingan belajar yang sama, jadilah keduanya seperti sepasang kembar yang terpaut usia dua tahun.

Untuk Alana, Nathan bukan hanya seorang teman. Pria itu sahabat, saudara, dan orangtuanya. Adalah Nathan yang tersengat matahari karena mengajarinya mengendarai sepeda. Adalah Nathan yang menggigil kedinginan karena mengajarinya berenang. Bahkan kepada Nathan pula Alana menangis ketakutan karena mendapati bercak-bercak merah di rok sekolahnya, tamu bulanan pertama. Bagi Alana, Nathan adalah pahlawan pribadinya.

Rasanya Alana masih bisa mengingat hangatnya tangan Nathan yang menggenggam tangannya ketika mereka menunggu jemputan sementara hujan mengalir dengan begitu derasnya. Genggaman tersebut kuat dan mantap, seakan menjanjikan kalau jemputan mereka akan segera datang. Membuat Alana lupa pada ketakutannya dan justru asyik mengulurkan tangannya yang lain untuk menampung tetesan air hasil tangisan langit.

Setelah memiliki Ibu tiri, Alana mendapati perubahan dalam diri Nathan. Pria itu jadi lebih getir, pemurung dan sering berdiam diri. Kalau Alana menanyakan alasannya, biasanya Nathan hanya menjawab kalau ia merindukan Ibunya. Alana yang masih kecil, tidak paham harus berbuat apa untuk menanggapi keluhan itu. Biasanya ia hanya mengajak Nathan bermain, dan pria itu selalu menurutinya, lalu mereka kembali gembira. Kalau Nathan sudah kembali tertawa, maka bagi Alana kecil masalah sudah selesai sampai di sana.

Kemudian hari itu tiba. Hari di mana ketika Raffael yang bertubuh kurus menginjakkan kakinya di rumah keluarga Hadiwidjaja dengan tujuan untuk menetap selamanya. Alana yang saat itu mulai beranjak remaja, langsung bisa menemukan kemiripan di antara Nathan dan Raffa. Bukan kemiripan fisik seperti rahang keras atau dagu tegas yang keduanya miliki, melainkan sinar mata angkuh yang dingin itu. Hanya saja, Raffa terlihat lebih liar sekaligus kikuk, sedangkan Nathan terlihat tenang dengan topeng dinginnya.

Itulah kali pertama Alana mengerti alasan kenapa Nathan sering bersusah hati dan merindukan Ibunya. Alasan kenapa Nathan tidak pernah bersedia memanggil Ibu tirinya dengan sebutan Mama. Alasan kenapa Nathan sempat mendiamkan Ayahnya. Raffael adalah muara dari semua luka yang mengubah Nathan menjadi sosok getir.

Meskipun begitu, Alana tidak pernah melihat Nathan memperlakukan Raffa dengan kasar. Alih-alih marah dan menunjukkan kebencian, Nathan justru lebih memilih cuek dan menganggap Raffa tidak ada. Bahkan setelah Raffa pindah ke sekolah mereka, yang secara otomatis membuat Raffa ikut bergabung dalam jemputan mereka, Nathan masih menganggapnya kasat mata. Sepanjang perjalanan dari rumah, sekolah ataupun tempat les, biasanya Nathan hanya mengobrol dengan Alana. Sedangkan Raffa memilih duduk diam di samping supir, sambil memainkan robot-robotan berukuran kecil yang selalu dibawanya ke mana-mana.

Alana tidak mengerti pertikaian apa yang sebenarnya terjadi di antara kedua orang itu, dan tidak ada yang pernah menjelaskan apapun kepadanya. Karena itu ia memilih untuk tidak ikut campur dan bersikap seperti biasanya. Tidak memihak Nathan, tidak pula berpihak pada Raffa. Dan karena ia dan Raffa duduk di tingkat sekolah yang sama, biasanya ia dan Raffa lebih dulu sampai di mobil jemputan, sementara Nathan masih berkutat di kelasnya. Kalau seperti itu, biasanya Alana akan menyapa Raffael dan mengajak pria itu mengobrol.

Menurut Alana, Raffael pribadi yang menyenangkan meskipun pria itu sering tidak membalas tatapannya saat sedang bicara. Pria itu memiliki selera humor recehan hingga selalu tertawa pada candaan apapun yang Alana lemparkan padanya, dan selalu memiliki hal-hal lucu untuk diceritakan pada Alana. Kadang keduanya juga mengobrol tentang pelajaran, sampai Nathan bergabung dengan mereka. Tidak pernah sekalipun keduanya melanjutkan obrolan bila Nathan sudah berada di dalam mobil, seakan hal itu terlarang untuk dilakukan, meskipun pada kenyataannya Nathan tidak pernah meminta Alana untuk menjauhi Raffa.

Pungguk Yang Merindukan Bulan - Slow UpdateWhere stories live. Discover now