Kertas XXV

2.5K 192 32
                                    

Sekarang, adalah hari dimana turnamen Aldi berlangsung dramatis. Sejak doa bersama di mulai, ia tak melihat orang yang ditunggu-tunggu datang. Tentu saja hal tersebut membuat semangat Aldi turun, drastis sekali hingga point tim lawan unggul lima. Ya, Aldi sadar kalau Pak Rendra akan benar-benar kecewa. Syukurnya, Dion membawa perubahan yang signifikan meski angka saling kejar-mengejar. Intinya, Aldi tak bermanfaat sama sekali. Padahal ini adalah pertandingan terakhirnya. Ya, Aldi memutuskan mundur sesuai dengan keinginan Dion.

Seri. Ini adalah detik-detik penentuan kubu siapa yang akan membawa pulang gelar juara. Berulang kali Adit, Nando serta Fian menatap Aldi penuh harap agar tentunya lebih fokus dan memberikan yang terbaik. Tapi Aldi tetap sama: matanya tak henti-henti melirik tribun, hingga pada akhirnya bola kembali diperebutkan. Tim lawan hampir saja mencetak point, namun berhasil digagalkan oleh Dion. Hingga bola kini berhasil dibawa untuk menyerang balik ring lawan oleh Fian.

Hati Aldi melega, ia seperti tengah menemukan setitik air di tengah-tengah padang pasir. Ya, Rachel sudah datang. Dan kini menatap padanya dengan tersenyum. Hendak Aldi balas, namun pekikan, "AL!!!" Membuat ia menoleh ke kanan dan refleks menangkap bola lalu menggiringnya sebentar hingga terdengar suara,

CRINGGG...

Suara riuh tepuk tangan serta nyanyian kemenangan terdengar dari suporter Harapan Bangsa. Baik Adit, Nando serta Fian berlari menghampiri Aldi untuk kemudian merangkulnya penuh rasa bangga. Jelas air wajah mereka sarat akan kebahagiaan, sebab telah berhasil membawa pulang piala.

Aldi melepaskan diri dari kawan-kawannya lalu memeluk Pak Rendra yang kini tampak jauh lebih bersahabat. Setelah itu, Aldi bergerak menuju pinggir tribun karna di sana Rachel tengah menunggunya. Tanpa berkata, Aldi segera membawa gadis itu dalam dekapan. Rachel yang welcome, ikut merasakan kebahagiaan Aldi dengan cara balas memeluknya erat. Tak peduli lagi bagaimana kondisi cowok itu. "Selamat, ya, Kak!"

Aldi melepas pelukan mereka kemudian tersenyum. Perbincangan seru pun tak dapat dielak lagi. Rachel berusaha menyimak meski kepalanya sekarang sedang kambuh. "Makasih, Chel, sudah mau datang."

"Sama-sama."

"Al!" Itu teriakan dari Nando. "Ke sini dulu, foto bareng nih!"

Dengan itu, Aldi mengangguk. "Aku ke sana dulu, ya," pamitnya kemudian mengacak rambut Rachel dengan sayang. Rachel yang tadinya mau mengangguk seketika terdiam tatkala Aldi mencium keningnya, begitu cepat dan tanpa aba-aba. Ia pun cuma bisa termangu sementara Aldi sudah lari ke lapangan. Mungkin Kak Aldi terlalu gembira, pikirnya. Lalu selang beberapa menit, satu notifikasi pesan ia terima.

Angel: Nggak usah cari atau nunggu gue, gue udah pulang duluan. Ada urusan mendadak, bos. Hati-hati baliknya, oke👍

Rachel menghela napas, ia berjalan meninggalkan venue. Bermaksud mencari ketenangan supaya kepalanya tak makin pening. Tapi alam mempertemukannya dengan Audrey, dengan cara gadis tersebut menabrak bahu Rachel. Secara sengaja. Untungnya ia tak sampai terjatuh. "Eh, ternyata lo, pengkhianat," sapanya membuat hati Rachel sakit. "Apa kabar? Masih sama Kakak gue nggak? Atau.. udah pindah ke mantan gue itu? Eh, apa jangan-jangan lo mainin dua-duanya?"

Rachel menahan napas. Cuma dengan kata-kata Audrey barusan ia merasa sesak, bagai diremas ribuan tangan tak kasat mata.

"Kenapa diem? Ngerasa bersalah? Kenapa nggak dari dulu?!" Lanjut Audrey sambil terkekeh jahat. "Akhir-akhir ini gue sering mikir. Kenapa, ya, Kak Karev bisa jatuh cinta sama cewek yang selalu merasa kurang kayak lo?! Bukannya buat dia bahagia, yang ada malah bikin sakit hati tahu nggak?!"

Rachel (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang