10 - King and Queen

Start from the beginning
                                    

Kinar tergelak, "Lebay amat sih, Dam. Yaudah pulang sono, ntar jam tujuh kan kita harus ke Prom. Kamu kan harus siap-siap dulu, Dam. Ini udah jam lima," ujarnya.

Adam tertawa lalu mengacak rambut Kinar, "Yaudah aku pulang dulu, ya. Jangan galau-galauan lagi," ujarnya.

Kinar mengangguk, "Hati-hati ya,"

Adam mengacungkan jempolnya, lalu memasuki mobilnya. Kinar melambai, dan terus memperhatikan mobil cowok itu sampai akhirnya mobil itu ke luar dari gerbang rumahnya.

Kinar membalikkan badan, lalu memasuki rumahnya. Ia berjalan ke lantai dua, tempat kamarnya berada.

"Nar,"

Kinar langsung menatap Ivan yang berdiri di ambang pintu kamarnya sendiri yang terletak tepat di sebelah kamar Kinar.

Kinar menaikkan sebelah alisnya, "Iya?"

"Yang tadi...," Ivan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Yang tadi kamu liat itu, sebenernya nggak yang kayak kamu fikirin," lanjutnya.

Kinar mengedikkan bahunya, "Lalu yang sebenarnya itu gimana?" tanyanya.

Ivan terdiam. Dia ingin menjawab jujur, namun itu berarti ia akan menguak semuanya di depan Kinar. Dan ia belum siap untuk itu.

Ivan baru saja akan membuka mulut ketika ia mendengar suara jeritan Nafla.

"FUCK!!! GET OUT FROM MY ROOM!!"

Kinar dan Ivan langsung berjalan menuruni tangga dengan cepat ketika mendengar suara Nafla.

Ivan menggedor pintu kamar Nafla, "Naf? Nafla? Lo kenapa?"

"Kak Nafla? Kak Nafla kenapa?" Kinar ikut bertanya dengan nada khawatir.

Ivan langsung membuka pintu kamar Nafla ketika ia mendengar lagi suara jeritan adiknya.

"Ada apa, Naf? Lo kenapa? Ada penyusup?" Ivan langsung memberondong Nafla yang berdiri di atas meja dengan pertanyaan.

"Kak Nafla kenapa? Ada pencuri? Perampok? Setan? Demit?" Kinar  menatap Nafla yang berada di atas meja.

Nafla menggeleng, "Bukan. Tapi itu... WEH AWAS DIA TERBANG WEH!!!" Nafla menjerit histeris sambil menunjuk seekor kecoa yang berukuran agak besar.

Ivan langsung ikut melompat ke atas meja dan berdiri di belakang Nafla. Ia dan Nafla memang punya phobia yang sama -- kecoa.

Kinar melihat kecoa yang ditunjuk Nafla terbang ke arah mereka, dan itu membuat Nafla maupun Ivan tambah histeris. Dengan santainya, kecoa yang terbang itu diambilnya dan dibuang ke luar jendela.

Ivan dan Nafla menghela nafas lega, kemudian bersamaan turun dari meja.

"Makasih ya, Nar. Kalo gak ada elo, itu kecoa mungkin udah nemplok di muka gua," ujar Nafla berterimakasih.

"Ah elah gitu doang, Kak. Santai aja sama aku mah," kemudian Kinar melirik Ivan, "Papa cemen amat sih. Kecoa aja ditakutin," ujarnya.

"Ehh Papa gak takut kecoa, ya. Cuma geli doang," elak Ivan.

Kinar memutar bola matanya, "Sama aja kali, Pa."

Ivan terkekeh, lalu ia melirik tangan Kinar, "Eh kamu cuci tangan dulu sana. Tangan kamu kotor tuh abis megang kecoa," suruhnya.

Kinar melihat tangannya, lalu mengangguk setuju, "Yaudah deh. Kinar cuci tangan dulu," kemudian Kinar berlalu ke luar dari kamar Nafla.

Tinggallah Nafla dan Ivan berdua di kamar itu. Nafla melirik Ivan yang tampak lelah.

Daddy(?) [ON HOLD]Where stories live. Discover now