1 - Dia Papaku

2.3K 184 69
                                    

Happy Reading!!

__________

Aku melirik sebal ke segerombolan wanita di meja seberang sana. Jelas-jelas mereka tertarik sama Papaku. Dih. Males banget punya emak tiri kayak mereka. Liat aja tuh bedaknya setebel papan bangunan. Putihnya ngalahin bulu si Snowy, kelinciku. Lipstiknya juga tuh ih bikin ilfeel. Apaan coba.

Aku memutuskan untuk tidak menatap mereka lagi. Males. Ngapain juga. Dan Papa juga kenapa belum balik sihhh??? Mesan ayam aja lama banget. 

Aku menghentak-hentakkan kakiku dengan tak sabar di bawah meja, dan ujung kakiku tiba-tiba saja mengenai kaki meja di bawah.

"Aw! Ih dasar meja sialan!" umpatku sambil mengusap-usap ujung kakiku dibawah meja. 

Kulihat Papa sedang berjalan membawa nampan ayam dan nasi yang aku mau. Ia menatapku dengan tatapan bingung. Aku menatap Papa dengan tatapan kesal. Papa duduk di seberang kursiku.

"Kenapa sih, Nar? Muka ditekuk gitu?" tanya Papa sambil menaruh piring di depanku, lalu menaruh dua potong dada ayam dan nasi diatas piringku. Setelah itu ia menarih segelas Pepsi di sebelah piringku.

"Papa sih lama banget mesennya. Ngapain aja? Ngantri juga nggak, ih. Mana itu tante-tante genit nengok kesini terus. Papa kenapa harus ganteng sih?!" aku melontarkan segala uneg-uneg yang kutahan didalem hati sedari tadi.

Papa tersenyum, "Emang gak ngantri, Sayang. Tapi kamu tau sendiri deh..."

"Tau apa? Kalo Papa ganteng? Terus banyak yang minta nomor hape Papa? ID Line? Pin BB? Makanya jangan ganteng-ganteng jadi orang, Pa. Biasa aja. Jangan suka caper juga," ketusku. 

Papa terkekeh, lalu mengusap pipi kananku dengan tangan kirinya. "Bukan itu. Kamu kan tau sendiri kalau dada ayam itu susah didapetin disini. Tadi nunggu ngegoreng dulu sebentar..," ujar Papa lembut. 

Aku merasakan pipiku memanas. Hei ada apa sih sama aku hari ini?! Ini Papaku lhoo bukan siapa-siapa. Bisa-bisanya aku blushing.

Ah efek jones ini.

Aku menunduk, lalu membuka pembungkus nasi yang ada di piring. Kami mulai makan tanpa suara. Hingga bau parfum yang menyengat memenuhi inderaku. Aku mendongak, menatap seorang wanita dengan blazer kantoran yang tak kukenal.

Sialan.

Dia cantik banget.

"Vita? Ngapain kamu disini?" tiba-tiba aku mendengar suara Papa. 

Ohh ternyata namanya Vita.

"Eum.. Jadi gini, Pak. Saya mau memberitahukan pada Bapak kalau Guenajaya Corporation bersedia bekerjasama dengan perusahaan kita. Tetapi Direktur Utamanya ingin mengadakan pertemuan dulu dengan Bapak. Sore ini. Bapak bisa?"

Sialan pangkat dua.

Suaranya lembut banget. Sorot matanya juga. Senyumnya manis banget.

Papa terdiam sejenak, lalu Papa menatapku. 

"Nggak deh Vit. Saya mau jalan-jalan sama Kinara. Mau hunting buku,"ujar Papa membuat aku tersenyum.

Vita tampak terkejut dengan jawaban Papa. Sorot kekecewaan nampak dari matanya. Namun dalam sekali kedipan ia langsung merubah ekspresinya. Aku jadi ragu tadi ia bener-bener nunjukin wajah kecewa. 

"Baiklah kalau begitu, Pak. Maaf saya mengganggu waktu bapak dengan..." Vita menatapku sambil mengerutkan kening. 

"Pacar saya." Papa menjawab cepat, dengan jawaban yang membuatku menganga dengan sukses. Baru saja aku mau menjawab kalau ia Papaku. 

Daddy(?) [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang