"Banyak bicara, tidak sepertimu selama ini," dia berbisik dengan suara rendah, "kau benar-benar mengecewakan, ah, sayang sekali. Padahal kau bisa lebih berguna, tapi kau bodoh. Naif sekali, kau tidak akan pernah bisa membunuhku Haruno—ah, tidak, adik..."

Sakura menatap tajam sosok yang paling ia benci, tangannya bergetar oleh amarah dan ketidakberdayaan. Dinginnya besi tajam ia rasakan menekan kulit lehernya, tepat di atas nadi.

Gelombang ketakutan seketika kembali menghantuinya, seakan menyapu habis keinginan membunuh yang sebelumnya ia miliki. Sasori kembali membuatnya dalam bayang-bayang, dan bahkan ketika dia sudah sejauh ini, dia tidak bisa menang. Irisnya bergulir ke arah Sasuke, lelaki itu membeku tidak bergerak. Pandangannya jatuh ke arah ujung samurai yang menempel di kulit lehernya.

Kai berjalan mendekat ke arah Uchiha yang menatapnya dengan ekspresi keras. Dia terkekeh, bocah liar itu tidak bisa melakukan apa pun dengan pistol ditodong ke arah keningnya.

"Kai, helikopternya masih lama?" Sasori semakin menarik tubuh gadis itu mendekat. Sakura tersedak ketika dia merasakan samurai itu menusuk kulit lehernya.

"Tiga puluh detik," Kai menatap ke arah Sasori, tepatnya ke arah leher Sakura yang kini mengeluarkan darah. Wajahnya berubah kaku, "jauhkan samurainya dari sana, kau sudah berjanji untuk tidak melukai dia. Gadis itu sudah jadi milikku, Sasori."

Lelaki itu bergeming, dia mengangkat alisnya, mengamati raut Kai yang serius. Ah, apa lelaki idiot ini benar-benar jatuh hati pada adiknya? Sungguh lucu. Tetapi dia tetap memberi sedikit jarak antara samurai itu dengan leher sang hawa. Kai yang melihatnya segera memalingkan wajah ke arah Sasuke, merebut handgun pria itu, lalu menekan betisnya agar dia jatuh berlutut pada lantai.

"Kenapa lembek, sih," Kai mendengus, dia benar- benar kecewa tidak mendapatkan perlawanan apa pun dari Uchiha Sasuke.

Suara helikopter terdengar mendekat. Sasori mencengkram gadis itu dan menyeretnya ke arah jendela besar yang menghubungkan ruangan dengan balkon.

"Philip sudah datang."

Sakura mencoba memberontak walau sia-sia. Sasori mencengkramnya kuat, mengancamnya dengan pisau panjang yang tetap berjaga di depan wajah.

"Kau memang bodoh, tapi aku masih membutuhkanmu," Sasori menunduk, berbisik di telinganya, "setelah kau berguna, akan kubiarkan kau mati dengan tenang."

Napasnya tercekat. Helikopter hitam itu terbang rendah, menghantarkan angin kencang disekeliling mereka. Sakura menggigit bibirnya, dia menolehkan kepala, menatap ke arah Sasuke yang bersimpuh di lantai dengan kedua tangan di atas kepala.

"Kai, bereskan dia," Sasori melirik Uchiha Sasuke dengan seringai mengembang, "Fugaku pasti senang bertemu salah satu anaknya."

"Tidak!" Suaranya tercekik di leher. Sakura meronta. Sasuke tidak boleh mati di tangan iblis ini, dia tidak boleh mati. "Kenapa kau diam saja, brengsek?!" Sakura bisa merasakan genggaman Sasori menguat kala dia tetap meronta lepas. Dia bahkan tidak menghiraukan rasa sakit di lehernya.

Teriakan Sakura membuat Sasuke mendongak. Pria yang sedari tadi bersikap pasif dan bersimpuh kalah mengangkat wajahnya, memberikan satu seringai lebar yang membuatnya seketika bertanya-tanya.

Tepat ketika helikopter itu semakin mendekat, sebuah rudal meluncur dari balik pepohonan. Menghantam sisi helikopter, membuatnya terbakar dan berputar tidak beraturan, sebelum jatuh meledak membentur tanah. Menghancurkan rencana Sasori sekejap mata.

"Sial! Apa-apaan ini?!" Sasori menyeka serpihan debu dari wajahnya dan mengerang ketika merasakan dirinya menghantam meja dengan keras.

Ledakan itu mengempaskan mereka berdua. Sakura terdorong lepas dari pria itu, terbatuk di posisi tengkurap, berjuang mengambil napas.

Sweet RevengeWhere stories live. Discover now