6

10.6K 846 19
                                    

Your death is the reason why im here


.

"Apa ini?!" Tenten mengerang ketika peluru menggores lengannya. Lee dengan cepat menariknya berlindung di balik tembok, menjaga mereka berdua dari serangan lain.

 "Kau berdarah," Lee memegang bahu perempuan itu dan menatap cemas rekan kerjanya. Sosok bertopeng hitam itu menemukan mereka, berjalan mendekat dengan sejata menodong kepala mereka.

"Serahkan itu," ujarnya menatap file putih yang dipegang Tenten. Tenten menekan bibirnya, dia merasa tidak asing dengan suara ini. Sosok itu kemudian menembakkan peluru yang benar-benar mengincar Tenten. 

Lee mendorong gadis itu hingga dia menabrak dinding, tetapi masih bisa berdiri tegak. Siapapun di balik topeng itu tidak bisa disepelekan. Lee memegangnya erat, kemudian berbisik rendah pada gadis itu, "lari ke van," ujarnya cepat.

Tenten terlempar kebelakang ketika Lee mendorongnya, dia sontak berlari secepat mungkin, membawa berkas itu seperti membawa nyawanya. Lee melakukan tendangan tinggi, mengincar kepala, tetapi lawannya cukup gesit menunduk dan menghindari benturan.

"Siapa kau," Lee berucap geram. Dia mengeluarkan glock dari ikat pinggangnya dan keduanya kini saling menodong senjata api. Sosok itu tidak menjawab, menatap datar dan tidak bersuara. 

Lee berputar sekali lagi dan kini senjata yang ia genggam berhasil menghantam sisi wajah si penyerang. Dia berpikir bisa terlepas dari sosok itu, namun tiba-tiba, penyerangnya melontarkan peluru yang tipis hampir mengenai kepalanya. 

Serangan jarak dekat adalah spesialisasinya, tetapi tembakan tiba-tiba yang mengincar kepalanya membuatnya memundurkan badan dan membuat jarak. Keputusan yang salah karena sosok itu langsung menendang punggungnya kemudian menembak salah satu kakinya.

"ARGH!" Lee berteriak ketika rasa panas menjalar di kaki kanannya. Tidak berhenti di situ, dia kemudian merasakan pukulan kuat di belakang kepalanya, membuat semua sontak menggelap.

"Sekarang dia sudah lari jauh," sosok itu menggeram kesal dan berlari menyusul Tenten. Meninggalkan Lee yang terbaring di lantai, tidak sadarkan diri.

-

"Naruto, kau melihatnya, kan?!" Tenten tersenggal, berlari mendekap file itu. Dia menoleh ke belakang, tidak menemukan tanda-tanda ada yang mengikutinya.

"Lee tum-sszt-bang," suara Naruto membuat jantungnya bertalu. "Mercuri, Uranium, Lee tumbang di lantai tiga, tidak ada anjing penjaga. Ada satu or -  yan- menyusup dan mengacaukan misi malam ini, sepertinya dia mencari file yang sek - ang berada di tangan Tenten."

Tampaknya radio miliknya terbentur ketika sosok itu menyerangnya dan Lee, tetapi Tenten samar bisa menangkap maksud perkataan Naruto yang terbata-bata. Dia memperlambat langkahnya, bersandar di tembok sebentar dan mengambil nafas. Apa Lee masih hidup? Jangan katakan dia mati, memikirkannya membuat kakinya gemetar.

"Tenten kau ha - rus be - ari ke van, aku tidak bisa mene mu - kan sosok itu, ta- m- paknya dia mengenal baik rumah ini dan mengi-sst-ngat titik buta kamera pengawas, yang jelas dia me- sst-gejarmu."

"Semuanya, fokus kita ad - ah menghentikan dia. Konsentrasi misi sek-rang ada - ssy- h lantai tiga," Sasuke memerintah dan terhubung pada mereka semua.

Mereka sudah sejauh ini, malam ini tidak boleh berakhir sia-sia.

-

Shuzumi terengah tetapi masih mengikuti langkah Gaara yang berlari lebih cepat darinya. Dia bersyukur banyak mengikuti pelatihan fisik, jika tidak ia pasti sudah tertinggal jauh di belakang. Mereka adalah yang paling cepat tiba di lantai tiga. Gaara bahkan tidak memperlambat langkahnya untuk menemukan Tenten.

Sweet RevengeWhere stories live. Discover now