1

17.5K 1K 20
                                    

 We will not forget, until we forgive.

-SweetRevenge-

OoO

NAFAS pemuda tua itu terdengar berat dan menyedihkan. Wajah keriputnya pucat pasi dan matanya membelak lebar, menatap sang malaikat kematian yang akan menjemputnya dengan sangat cepat dan menyakitkan

Tangan gemuk itu diikat dengan tali tambang di belakang tubuhnya, hingga dia tidak bisa bergerak lagi. Tubuh rentanya sudah menerima banyak siksaan fisik  hingga kini jatuh mencium lantai, dengan bau darah orang berbeda sebelum dirinya.

"Apa yang kukatakan soal kesetiaan?" Pemuda di hadapannya kini sedang memainkan pisau tajam dengan tangannya, menatap ke arah pemuda itu dingin tanpa belas kasih,  "Lima puluh tahun kau hidup dan apa kau tidak juga mengerti, pak tua?"

 "Uchiha-sama, saya-"

"Bunuh dia." Desisan pemuda bermata hitam kelam itu bagaikan pecut pada tubuh si pria. Dia menangis dan itu adalah yang terakhir kalinya. Sebuah Samurai yang tajam mengkilat menebas kepala itu hingga terpisah dari tubuhnya. Membiarkan badannya terpaku tanpa kepala dan nyawa dengan darah merah amis mengalir membasahi lantai.

"Nah-nah, cerewet.. Kubuat dengan cepat, supaya kau tidak perlu kesakitan lagi. Simpan terima kasihmu jika kita bertemu di neraka, Onode." Bawahan setia Uchiha Sasuke itu tampak menyeringai. Menunjukkan gigi hiunya yang tajam dan putih, sebuah senyuman yang tidak wajar.

"Bereskan ini Karin! Dan di mana Kakashi?" Suara dingin Sasuke yang memerintah mengalihkan perhatian mereka dari mayat pengkhianat yang tidak setia pada atasannya.

"Ha'i  Sasuke-sama!" Seorang wanita berkacamata merah memberi tanda pada dua pemuda di belakangnya agar mengangkut mayat itu dan membakarnya, bersama abu mayat-mayat yang lain. 

"Perlu saya panggilkan Kakashi, Uchiha-sama?" Tawar pemuda berambut orange yang sedari tadi menaruh atensi pada Sasuke.

"Tidak perlu, aku disini!"

Mereka kini memandang ke arah ambang pintu gudang eksekusi itu. Seorang pria dengan masker hitam berdiri dengan amplop yang dilambaikan ke atas. Sasuke menatapnya datar. Dia membuang kain yang ia gunakan untuk membersihkan tangannya sembarang arah dan berjalan menuju Kakashi.

"Kita bicarakan di ruanganku," titahnya dingin.

Kakashi mengangguk paham dan mengekor Sasuke di belakang. Dua pemuda yang disegani itu melangkah keluar dari bangunan yang sudah menjadi saksi bisu ratusan manusia terbunuh disana.

-SweetRevenge-


"Gadis ini?" Sasuke menatap tidak suka wajah tersenyum  dalam foto yang diserahkan asisten pribadinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gadis ini?" Sasuke menatap tidak suka wajah tersenyum  dalam foto yang diserahkan asisten pribadinya. Dia benci senyuman itu, senyuman dari seseorang yang bermarga sama dengan bajingan yang menghancurkan keluarganya.

"Bisa dibilang begitu. Namanya Haruno Sakura," Ulang Kakashi dengan sabar, "kita belum tahu apa gadis ini bisa menjadi umpan pancing yang baik. Bisa saja dia tidak peduli dengan apapun selain legitimasi kekuasaannya."

"Aku tidak peduli, bawa gadis ini. Urusan dia bisa menjadi umpan atau tidak, kita urus nanti. Dia pasti tahu sesuatu," Sasuke meletakkan foto itu, setelah meremas ujungnya keras hingga berkerut, "tidak ada cacat atau kesalahan apapun."

Kakashi menatap jengah atasannya yang terhormat dan dingin itu. Dia bahkan belum menjawab dan Sasuke sudah menggerakkan tangan, mengusirnya keluar. Apa boleh buat? Dia akan kerahkan tim terbaiknya.

-SweetRevenge-

"Aku tidak tahu apapun, tenanglah." Sosok wanita dengan stiletto merah membungkuk sopan pada pemuda datar yang duduk di kursi kebesaran dengan wajah angkuh. Wanita itu mengulas senyum dingin, lalu melangkah menjauhi meja atasan-nya itu.

"Aku tau, kau tetaplah berakting seperti itu," pemuda itu menyeringai, "kau dan tunanganmu cukup sejalan, aku memang tidak pernah salah."

Langkah kaki gadis itu berhenti setelah beberapa langkah lagi mencapai gagang pintu. Wajah nya menoleh kecil kebelakang dan menyorot kebencian mendalam. "Semua yang kau lakukan itu salah. Bahkan bernafas dan hidupmu pun adalah sebuah kesalahan."

Setelah berucap pedas, dia berjalan lagi dan keluar dari ruangan mencekam dan kaku itu.

"tch, dasar jalang. Kurasa aku tidak bisa mempercayainya  lagi, dia bisa merusak semuanya," Pemuda  itu meraih ponselnya dan menghubungi seseorang yang menjadi kaki tangannya.

"Ha'i, ada yang bisa saya bantu master?"

"Aku mau kau mengawasi gerak-gerik seseorang, akan kuberitahu lewat pesan. Aku tidak ingin siapapun menyentuhnya, paham?"

"Baik! Pegang ucapan saya, master."

Pemuda itu menyeringai tanpa ekspresi dan mengeluarkan kekehan kecil penuh arti dari bibir sadisnya. Sejauh ini, semua berjalan sesuai kehendaknya.

OoO

Sweet RevengeWhere stories live. Discover now