Bab 10

26.8K 2.3K 358
                                    

*Cerita ini sudah dibukukan/versi cetak mengalami perubahan*



Leguhan napas dibuat Taehyung, matanya kembali pada deretan botol-botol minuman keras. Kemudian Taehyung bergumam dengan santai ketika memilih jenis minuman apa yang dia inginkan. Meski sedikit kesal karena sahabatnya justru menyudutkan dirinya dengan berbagai pertanyaan yang tak masuk akal.

"Kau menyukainya?" pertanyaan itu kembali terdengar. Yang diberi pertanyaan masih dengan posisinya. Masih tak terlalu menanggapi dengan serius.

"Apa aku gila?" elak Taehyung.

Hanbin lantas meletakkan gelas minuman dari tangannya ke hadapan Taehyung. Memandang ke arah lelaki sedingin es itu dengan senyumannya.

"Kau memang gila. Dia tidak tahu apa-apa. Perjodohan itu, dia juga tersakiti bukan? tak seharusnya kau bersikap dingin padanya. Bagaimana jika dia terkena tekanan mental? Dan semakin memperparah kesehatannya. Jangan terlalu mengabaikan wanita manis seperti Ye Eun, Tae."

"Apa pembahasan kita sekarang tentang dia? Kau menyukainya?" Taehyung kesal.

"Ya... maybe. Tapi sayangnya aku punya Ha Yi. Dia terlalu sempurna untuk diduakan. Jadi simpan saja Ye Eun-mu itu. Sebelum adikmu berubah pikiran dan merebutnya. Lalu kau tak mendapatkan siapapun dan apapun."

Masih mencoba memperingati disela pekerjaannya. Hanbin tersenyum senang melihat pelanggan setianya ini terdiam seribu bahasa. Lewat manik Hanbin, dia bisa melihat dengan jelas apa yang tengah dipikirkan Taehyung. Ucapannya tadi. Meski dengan diselingi meneguk cocktail yang Hanbin tuangkan tadi.

Taehyung berhenti sejenak, memandang cairan di dalam gelas kecil itu dengan malas. Lalu menatap Hanbin setelah banyak berpikir.

"Apa aku terlihat menyukainya?"

Hanbin terpaksa membuat garis lurus di bibirnya. Masih menatap Taehyung yang tampak kacau dengan perasaan bingungnya sendiri.

"Belum."

"Maksudmu?"

"Kau belum menyukainya. Tapi... yang kutahu. Kau itu mudah sekali jatuh cinta. Meski kau tipikal pemilih."

Hanbin berkata seperti telah lama mengenal Taehyung, bahkan kala kerutan di dahi Taehyung membuatnya berspekulasi bahwa Taehyung belum mengerti apa maksudnya atau berpura-pura tak mengerti.

"Apa yang kau bicarakan."

"Kenapa? Apa Yoon Hee belum sepenuhnya kau lupakan? Kau dingin karena traumamu pada perempuan. Kau takut ditinggalkan. Sebabnya kau dingin, berusaha untuk tidak menciptakan perasaan pada siapapun agar kau tak merasakan sakitnya ditinggalkan. Benarkan?"

Taehyung tertawa hampa, meneguk sekali lagi sampai habis minumannya tadi. Lalu kembali menatap Hanbin. Ucapan sahabatnya itu tak sepenuhnya salah. Tapi ada banyak alasan lain kenapa Taehyung berubah menjadi sangat dingin seperti ini.

"Yoon Hee. Kau sudah menemuinya?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan, aku sudah menemuinya dan dia meminta maaf. Masalah selesai, dan sekarang kita kembali pada masalahmu."

Hanbin tersenyum, setidaknya tebakannya benar. "Aku juga berpikir tentang fakta yang sebenarnya."

Lelaki yang sama-sama bermarga Kim itu saling tatap, mencoba menebak apa reaksi keduanya setelah sebuah kebenaran terucap.

"Kim Taehyung. Baek Yoon Hee. Kim Mingyu. Lee Ha Yi. Kim Hanbin. Tidakkah kau melupakan nama-nama itu? Sudah berapa lama kau lupa?"

Air muka Taehyung berubah, kerutan memudar, tak ada ekpresi seperti biasanya. Bahkan kini terlihat jauh lebih memprihatinkan. Nama-nama itu... adalah masa lalunya.

My Cold Husband [KTH Ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang