Bab 4

19.4K 2.2K 303
                                    

*Cerita ini sudah di bukukan/versi cetak mengalami perubahan*



Dan di sinilah mereka sekarang. Ye Eun baru saja mengemasi barang-barangnya, begitupun dengan Taehyung yang juga membantunya. Namun tak banyak yang terjadi, Taehyung tetap diam sementara Ye Eun seringkali mencuri lirikan dari anak matanya. Berpikir banyak.

Tak berselang lama, suara ketukan pintu membuat Taehyung mendekat ke arah pintu dan membukanya.

"Tuan, aku membawakan secangkir kopi untuk Tuan."

"Ah, terima kasih."

Ye Eun melihat bagaimana binar mata itu terpancar, Raya bahkan tak sedikitpun melihat ke arahnya. Dia asik dengan Taehyung sebagai objek pandangan.

Lalu bisakah hati itu untuk tetap tenang? Sungguh, Ye Eun tidak tahu jenis perasaan apa itu. Memang tak baik berprasangka buruk terlebih dahulu. Akan tetapi, Ye Eun tidak bisa mengontrol rasa ingin tahunya, kenapa Raya memberikan tatapan seperti itu pada Taehyung. Jika tidak menaruh hati, kenapa harus seperti itu?

Ye Eun sempat berpikir, kenapa tidak Bibi Young yang menjaganya saja. Yang sudah lebih jelas lamanya bekerja dengan keluarga Kim. Kenapa harus pegawai baru? Tapi semua pertanyaan itu hanya mampu Ye Eun pendam. Tak berani terlalu banyak menuntut. Karena Ye Eun sadar posisinya, Ye Eun sadar keadaannya.

"Tuan, apa masih ada yang belum di bereskan? Barangkali aku bisa membantu."

Taehyung berbalik memandang Ye Eun, berpikir mungkin Ye Eun akan membutuhkan bantuan Raya untuk mengemasi barang-barangnya. Lagi pula, Raya mungkin bisa meletakkan beberapa barang di tempat yang bisa dijangkau Ye Eun.

"Kau bantu Nonamu, aku sebentar lagi akan pergi ke kantor."

Lalu Ye Eun menemukan corak tak suka dari wajah itu yang datang tiba-tiba. Bagaimanapun, siapa yang suka membantu Ye Eun dengan tulus? Tidak ada. Mungkin ada tapi keberadaannya tak banyak.

"Baiklah," sahut Raya pelan. Melihat ke arah Ye Eun, tapi sesaat kemudian membuang muka.

"Baiklah. Kau bantu dia. Aku harus segera mengemasi berkas-berkasku."

Raya mengangguk, Taehyung masuk ke dalam dan Ye Eun hanya mampu menelan salivanya.

Ye Eun masih duduk di kursi rodanya, menatap pakaian-pakaian miliknya yang terlipat di dalam koper. Ada beberapa pula yang dilipat di atas ranjang. Beberapa barang-barangnya pun masih banyak yang belum di tata. Kali ini memang harus dirinya merelakan tangan lain membantunya.

"Ye Eun aku pergi."

Entah itu sebuah kalimat manis atau tidak, tapi Ye Eun mendapatkan sentuhan tepat di pundaknya. Benar, Taehyung memang seorang aktor yang hebat.

"Eum, berhati-hatilah."

Menyempatkan untuk tersenyum, tapi yang diberi tak pelak membalas. Barang sekilas. Lalu dunia tiba-tiba menjadi gelap saat Taehyung melangkah jauh dari kamarnya membawa beberapa barang yang mungkin diperlukan di kantor.

Belum usai Ye Eun mengakhiri pandang, sesuatu ditangkap telinga Ye Eun. Helaan napas dan sebuah kata sanjungan tapi bernada cemoohan.

"Nona beruntung menikah dengan Tuan."

"Apa maksudmu?"

"Tidak, aku hanya iri melihat Nona."

"Apa yang kau irikan dengan wanita yang selalu duduk di kursi roda?" Sebenarnya niat dari ucapan itu hanya ingin membuat Ye Eun menyadari keadaan dirinya sendiri. Karena bisa saja ucapan Raya yang kini tengah menata pakaian-pakaiannya di dalam lemari membuat Ye Eun lupa siapa dirinya. Akan tetapi, baru usai Ye Eun merendahkan diri, justru Raya tampak setuju dengan kalimat itu, dengan kata lain merendahkan dengan cara Raya menatap tubuh Ye Eun.

My Cold Husband [KTH Ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang