Bab 8

20.1K 2.1K 167
                                    

*Cerita ini sudah dibukukan/versi ceetak mengalami perubahan*


Ye Eun rasa itu adalah kado termanis di dalam hidupnya. Ia tak menuntut barang apapun sebagai ucapan atas bertambahnya usia. Tapi Ye Eun akan menganggap jika kali ini Taehyung sedang memberikan kado terbaiknya. Sebuah ciuman. Meski ulangtahunnya sudah lewat.

Isapan kecil itu mulai membuat tubuh Ye Eun bergetar. Dadanya penuh sesak dengan perasaan yang membuatnya terbang begitu tinggi, sentuhan tangan lelaki itu pun selalu menariknya ke bawah, kembali pada tubuhnya meski keinginan untuk terbang sama tak mampu terbendung.

...

Baginya, dunia sudah terlalu kejam. Semakin hari semakin kejam dan tak berperasaan. Semakin lama semakin membuatnya muak akan apa yang sebenarnya dia hadapi.

Terus sakit, dan semua itu karena cinta. Mingyu muak mendengar nasihat-nasihat atau kata penyemangat yang menompang hidupnya. Lalu sekarang, Kim Mingyu akan berdiri dengan caranya.

Mata itu menunduk ketika lelaki di hadapannya sana melakukan hal menyakitkan bagi Mingyu. Kini, pemuda ini memilih tenggelam bersama lampu bar di dalam. Kembali duduk pada kursi yang sempat dia tinggalkan, juga pada cocktail yang sempat dia acuhkan.

Beberapa tegukan membuat kepalanya pusing, bahkan kehadiran Hanbin tak sepenuhnya di sadari Mingyu. Ha Yi sibuk di belakang Hanbin. Ingin juga mencari tahu apa yang sebenarnya membuat hubungan dua saudara itu amat buruk. Lebih tepatnya semakin lama semakin buruk.

"Masalah apalagi sekarang? Tak bosannya kukatakan, Min. Jangan ulangi kesalahanmu!"

Mingyu mengangkat wajahnya, memandang mata Hanbin. Lalu bernapas berat dengan mulutnya. Air di matanya semakin menggenang. Dan itu disaksikan dua orang di depannya.

Apapun masanya, baik di masa lalu dan sekarang. Kenapa ada begitu banyak orang yang menyalahkannya? Kenapa hanya dia yang bersalah?

"Aku melihatnya... aku melihatnya." Kata itu terdengar begitu lirih dan perih.

Hanbin mengerutkan kedua kening, memangdang sekilas ke arah Ha Yi, kemudian bertanda maksud pada Mingyu.

"Apa yang kau katakan? Siapa yang kau lihat?" pertanyaan itu mengundang jeda yang amat lama. Mingy uterus menatap Hanbin dengan mata merahnya. Meski berusaha memberitahu lewat mata itu, baik Hanbin ataupun Ha Yi, tetap tak mengerti.

"Yoon Hee... dia masih hidup."

Itu bukan kata yang ingin Hanbin ataupun Ha Yi dengar sebagai penjelasan. Sebuah kata yang membuat jantung mereka berhenti berdetak, berhenti untuk bekerja. Dan menyuruh otak mereka untuk tidak mempercayai ucapan yang seperti itu. Sekali lagi, Hanbin dan Ha Yi berpikir jika itu hanya bualan Mingyu.

"Kau gila?"

Mingyu menggeleng, "Awalnya aku pikir aku memang gila. Tapi aku memastikannya sendiri. Nama, dan wajahnya sama."

"Tidak mungkin." Ha Yi tak percaya, dia bahkan terlihat begitu lemas sekarang.

"Aku datang sendiri ke pemakamannya. Hanya aku dan Hanbin di antara kita yang datang waktu itu. Bagaimana bisa dia masih hidup!" berusaha menyangkal, tapi Mingyu yakin dengan apa yang dia ketahui. Dia tidak akan seyakin ini jika tidak memastikan. Tapi keyakinan itu juga tidak disepenuhnya ingin dipercayai Mingyu.

"Dia masih hidup dan...."

Hanbin berharap kata yang tak diteruskan oleh Mingyu itu akan membawa kabar baik dikemudian hari. Begitupula dengan Ha Yi yang masih tak percaya.

My Cold Husband [KTH Ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang