Bab 5

19.8K 2.2K 152
                                    

*Cerita ini sudah dbukukan/versi cetak mengalami perubahan*


Ye Eun, duduk setelah berjalan pelan menuju kamarnya. Mengenggam erat plaster yang telah membalut jari itu. Ia masih menunduk, dan sesekali menahan agar air matanya tak jatuh percuma.

Padahal, tadi ia sangat ingin mengatakan sesuatu. Tapi nyalinya seakan hilang begitu saja saat Taehyung berada di dekatnya. Keberanian untuk membuka mulut bahkan tak dapat ditemui Ye Eun. Mata itu terlalu berbahaya untuk dirinya.

Ceklek.

Kepalanya menoleh pelan. Gerakan tangan dari ganggang pintu menjadi fokus retina Ye Eun. Kemudian mata tajam yang menghias wajah Taehyung terlihat begitu tajam namun indah.

Lelaki itu masih berdiri di ambang pintu sana, menatapnya pula.

"Ada apa?"

"Kau tak apa?"

Sejujurnya Tahyung bingung ingin mengatakan apa untuk memulainya, dia melihat Ye Eun yang masih saja terlihat pucat pasi sepanjang hari. Lalu mata merahnya. Tahu betul jika itu adalah hasil perbuatannya.

"Ada apa?" tanya Ye Eun pada Taehyung yang tak seperti biasanya menanyakan keadaan dirinya.

"Besok, siapkan waktumu. Aku akan mengajakmu ke suatu tempat. Alamatnya akan ku kirim melalui pesan."

Ceklek.

Taehyung menutup pintu tiba-tiba, membiarkan napas Ye Eun tercekat sendiri di kamarnya. Sangat tercekat hingga ia tak tahu bagaimana caranya menemukan kesadaran.

Apa yang ia impikan semalam, hingga Taehyung berkata seperti itu? Apa yang telinganya tak salah mendengar? Atau matanya salah mengenali Taehyung tadi?

Akan tetapi, senyuman lantas terukir sendu dari bilah bibir Ye Eun, merasakan pipinya mulai menghangat. Ia kembali bernapas setelah perlahan kesadaran hadir membawa debaran dada. Lalu senyum tadi semakin terlihat manis. Meski masih bingung tentang maksud ucapan suaminya.

Satu notifikasi lantas semakin membuat Ye Eun semakin berbunga-bunga. Sebuah alamat yang sebenarnya sudah ia kenali.

"Apa dia ingat ulang tahunku?" tanya Ye Eun pada diri sendiri tanpa mengalihkan pandangannya. Kemudian perlahan dengan amat hati-hati, Ye Eun berdiri menggapai meja nakasnya, menuju lemari tempatnya menyimpan banyak baju-baju bagus tapi aku dimanfaatkannya.

"Aku harus terlihat cantik."

Betapa bodohnya manusia yang dibutakan oleh cinta.

Kim Taehyung, berjalan tergesa dari lobi utama kantornya dengan berkas-berkas dalam tangan. Mengabaikan beberapa karyawan yang menyapanya. Kemudian masuk ke dalam ruangannya.

Sesuatu membuatnya terlihat sangat sibuk saat ini. Bahkan Taehyung tak menyadari jika Ayahnya tengah duduk di kursinya. Menatap Taehyung dengan beberapa berkas pula yang diletakkan di atas meja.

Ayah."

"Eum."

"Kenapa Ayah ke sini?"

"Tampaknya kau sangat sibuk sampai kau tak bisa mengangkat telepon dariku, Tae?" kata Tuan Kim masih dengan ekspresi seriusnya.

Taehyung mendekat dan meletakkan kertas-kertas tadi ke atas meja. Merapikan beberapa di antaranya. Kemudian menatap beliau.

"Maafkan aku, Ayah."

"Aku tidak butuh kata maafmu. Aku hanya ingin mengatakan jika sore nanti kau harus ikut Ayah bertemu dengan Tuan Yoon. Dia ingin membahas proyek besar dengan penginapan kita. Jadi sore ini juga kita harus terbang ke Jeju."

My Cold Husband [KTH Ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang