HIS TEMPTRESS | P R O L O G

Mulai dari awal
                                    

"WHAT?!" Aram mengeluarkan teriakkan yang memekakkan telinga. Aram jelas tidak dapat menerima ucapan Ewan. "Sudah kukatakan bahwa aku tidak akan menikah. Sekalipun aku menikah, bisa kupastikan bahwa aku akan menjadi yang terakhir di antara kita berempat."

Keyakinan dalam ucapan Aram berhasil membuat alis Maximillian terangkat, Gabriel terkekeh sedangkan Ewan tersenyum miring meremehkan.

"Hadapi saja takdirmu Aram, siapa suruh kau bersikap sebagai anak baik dihadapan Ibumu," Ewan menggambar salib di dadanya dengan jemarinya, dan ia melanjutkan, "Semoga Tuhan memberkati perjodohanmu Aram."

"Ewan, kau-"

"Ah, jangan lupa untuk mengundangku ke acara pernikahanmu nanti. Dan jangan lupa untuk menambahkan daftar makanan kesukaanku dan juga coklat. Anyway, sample Truffle yang aku ambil dari lemari es mu lima hari yang lalu lumayan juga, itu bisa kau tambahkan dalam menu coklat kesukaanku."

Aram menatap kearah Ewan dengan pandangan mematikan, namun bukan Ewan namanya kalau merasa terintimidasi semudah itu, "Apa? Memangnya ada yang salah dengan kata-kataku? Lagipula Aram tidak mungkin menolak perjodohan itu. Bagaimana menurutmu Max?"

"No comment." Max menjawab tak acuh.

Ewan menatap kearah Gabe, "Gabe? Kau biasanya bisa mengeluarkan kata-kata yang masuk akal."

"Kau tahu apa yang hendak kukatakan, Ewan. Jangan memancing."

"Baiklah, jadi kesimpulannya kau pasti akan menikah Aram, jadi hentikan saja perkataan bodoh seperti kau akan menikah paling akhir setelah kami," ledek Ewan dan malah membuat nafas Aram menggebu-gebu karena kesal. Lihat saja bahkan sekarang tidak ada satupun teman-nya yang setuju dengan ucapannya.

"Kalian tidak percaya?" Salahkan alkohol yang sudah ia tenggak, namun Aram tiba-tiba merasa tertantang untuk membuktikan yang sebaliknya kepada tiga orang di hadapannya ini. "Baiklah, bagaimana kalau kita bertaruh?"

Raut wajah Ewan, maupun Gabe segera berubah di detik yang sama saat Aram memutuskan untuk membuat pertaruhan. Mereka menyukai segala sesuatu tentang taruhan, tak terkecuali Maximillian. Hanya saja, berbeda dengan Ewan dan Gabe, Maximillian memiliki firasat buruk dengan apapun yang akan diucapkan Aram setelah ini. Tidak ada satupun dari teman-temannya yang waras jika sudah berada di bawah pengaruh alkohol.

Aram menyunggingkan seringaian kepuasan begitu melihat reaksi teman-temannya yang menunggu dirinya melanjutkan kalimatnya. Mereka benar-benar terpancing kali ini. "Tidak ada satupun dari kita yang berpikir jika suatu hari nanti kita akan menikah..."

Gabriel memandang Aram, berbicara melalui tatapannya, menuntut agar Aram menyelesaikan kalimatnya tanpa bertele-tele.

"Tapi nasib bisa saja berubah. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, karena itu semua sudah ditakdirkan, hanya saja...manusia selalu memiliki pilihan." Aram menenggak sisa minuman di botolnya sampai habis. "Jadi, mari kita bertaruh, bagi siapapun yang menikah terlebih dahulu, akan memberikan barang antik termahal koleksi kita kepada pihak yang tidak menikah."

Bibir Gabriel terbuka bersiap memprotes sementara Maximillian menggelengkan kepala menunjukkan ketidaksetujuannya. Mereka masih cukup sadar untuk tidak menyetujui ajakan taruhan gila Aram.

Bukan karena aturannya, hanya saja, siapa salah satu dari mereka yang mau menjadikan koleksi antik mereka yang berharga sebagai barang taruhan? Dan mereka sangat yakin jika nanti Aram sudah terbebas dari pengaruh alkoholnya, dia akan sangat menyesali taruhan yang ia cetuskan itu.

Tapi sial, mulut Ewan yang selalu suka menggoda Aram justru berkata, "Hanya itu saja?"

Aram menaikkan sebelah alisnya, merasakan tingkat kesenangan yang hampir mencapai batas maksimal begitu mengetahui Ewan menyambut taruhannya dengan tangan terbuka. "Hanya itu saja, dan pemenangnya adalah yang bisa bertahan untuk tidak menikah sampai akhir." Aram terlihat berpikir sejenak. "Kurasa lima tahun itu cukup."

"Bagaimana jika kita semua kalah?"

Pertanyaan Ewan sukses membuat Maximillian hampir terlonjak dari kursinya. "KITA?" serunya, setengah frustrasi. Sementara Ewan sama sekali tidak merasa bersalah telah membuat seorang Maximillian yang selalu pandai mengatur emosinya mengeluarkan ucapan dengan nada suara satu oktaf lebih tinggi dari biasanya.

"Iya, kita. Tapi sayangnya kata-kata itu lebih merujuk ke kalian, bukan aku. Jadi, aku akan mengubah pertanyaannya bagaimana kalau kalian semua kalah?"

"Jangan pernah berharap orang itu adalah aku," sahut Aram, dengan penuh percaya diri.

Gabriel mengangkat alisnya dan menjawab dengan nada arogannya yang ketara, "Sorry to say, tapi aku tidak mungkin kalah."

"Kalau aku, tidak peduli kalau pun ternyata kalah. Aku punya banyak club dan kalian bisa mengambilnya, tapi tentu saja aku tidak mungkin kalah darimu Aram, kau pasti akan kalah." Ewan melemparkan ejekkan sekali lagi kearah Aram.

"Aku tidak akan kalah!"

"Katakan itu kalau kau sudah berhasil membatalkan perjodohanmu," ledek Ewan, mengacuhkan wajah Aram yang memerah karena kesal.

Aram menunjuk ke arah Ewan dengan kabut mata yang mulai berderak di kedua bola matanya,"semua orang yang disini boleh memilih salah satu hartanya yang paling berharga termasuk saham perusahaan. Tapi kau Ewan, harus melepaskan berlian berhargamu!"

"That's unfair!"

"Berlian KOOH-I-NOOR yang diberikan Duke of Cambridge adalah taruhanmu, Ewan."

"Aku tidak bilang mau ikut dalam pertaruhan konyol ini!" teriak Maximillian, menyuarakan pemikirannya. Memecah perdebatan antara Aram dan Ewan, dan berhasil mengalihkan perhatian Ewan.

Ewan pun menoleh dan berkata," Kau takut Maxie ku sayang? Kau berpikir kalau kau akan kalah makanya kau takut ikut dalam taruhan ini?"

"Shut up, Ewan!"

"Aku akan menutup mulutku kalau kau ikut dalam taruhan ini."

"Aku tidak takut dan aku tidak akan menikah!" seru Maximillian kesal, biasanya ia tidak akan mudah terpancing dan memang hanya Ewan saja yang bisa membuatnya mudah merasa marah. Sialnya, Ewan bukannya berhenti mengganggunya, temannya itu malah tersenyum kearahnya dengan gaya mengejek yang sangat menyebalkan.

"Kalau begitu kau ikut dalam taruhan ini?"

"FUCK YOU, EWAN! I'M IN!"

Gabriel bangkit dan mengernyit kearah Aram yang terkekeh senang, "kau akan menyesali taruhan bodoh ini Aram."

"Selama bisa membalas Ewan, aku tidak peduli, Gabe, dan aku tidak akan menyesalinya."

Ewan terkekeh dan tersenyum lebar, "kau akan menyesalinya ketika pengaruh alkohol tidak lagi mempengaruhi otak cerdasmu, My baby boy. Dan aku yakin akan menang dalam taruhan ini, jangan lupa persiapkan diri kalian untuk berpisah dengan barang antik kalian, karena aku tidak akan mengembalikannya walaupun kita bersahabat."

"Aku bersumpah kau adalah orang pertama yang akan kalah Ewan!"

Ewan bangkit dan mengibaskan tangannya sembarangan. "Ya, ya, ya...jujur, sepertinya kau lupa kalau aku bisa saja berlayar di atas yatch ku selama lima tahun hanya untuk menghindari wanita."

"Dan hidup selibat? Sepertinya kau lupa kalau hasratmu terhadap sex sama besarnya seperti, Gabe," ujar Aram, sarkastik.

"Dan Max. Jangan lupakan Max," sahut Ewan.

Maximilian berdesis "Jangan libatkan aku, Ewan, atau akan kulempar semua barang pribadimu dari rumahku."

"Okay, Maxie, berhentilah bersikap seperti wanita yang sedang PMS" Ewan memutar tubuhnya dan menatap ke arah semua teman-temannya. "Jadi, biar kita buat clear masalah ini. Kalau ada salah satu dari kita yang kalah dalam taruhan ini, kalian akan memberikan barang berharga milik kalian kepada pihak yang memenangkan taruhan? Oh, Tuhan aku benci mengatakan kita seakan-akan orang itu adalah aku."

Ewan memutar bola matanya dan melanjutkan ucapannya,"Pokoknya, siapa yang kalah akan memberikan barang berharga miliknya? Kita semua ikut? Karena hanya pengecut yang tidak ikut dan pastinya kalian-"

Gabriel, Aram dan Maximillian berteriak bersamaan "I'M IN!!"

VOMMENT for Bachelor??

30 Maret 2017

Repost 27 February 2020

His TemptressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang