HIS TEMPTRESS | P R O L O G

Mulai dari awal
                                    

"Your ass!" Maximillian mengernyitkan dahinya, ia sadar kalau Ewan baru saja berusaha memancing emosinya dan hanya Ewan yang selalu berhasil membuatnya bersuara.

"Thank God, i nearly assume that you can't open your mouth again, Mr. Beard."Aram menegak kembali cairan whiskey-nya langsung dari botol yang disiapkan Ewan padanya. "Kenapa kalian para lelaki sangat suka mempertahankan jambang di sekitar wajah kalian?"

"Easy, baby boy. You have it too by the way, and don't forget you're man too." Ewan merasa sedikit tersinggung karena Aram menyinggung penampilannya. "Damn, hampir setahun kita tidak bertemu dan tidak ada yang berubah dari lidah tajam-mu itu. Lakukan sesuatu dengan itu, Gabe!" Ewan menatap kearah Gabe dengan tiba-tiba, berharap Gabe dapat melakukan sesuatu terhadap Aram.

"Skip me." Gabriel menyeka tetesan Whiskey yang mengalir keluar dari sudut bibirnya. Barusan ia melakukan hal yang sama dengan Aram, menegak Whiskey langsung dari botolnya. Sebenarnya Gabe sedang tidak dalam mood yang bagus untuk meladeni ucapan bodoh Ewan, ia sedang lelah karena akhir-akhir ini terlalu banyak paparazzi yang mengikutinya.

Terlebih lagi ia harus mati-matian menjaga sikap, bagaimanapun Gabe harus mempertahankan image pangeran-nya di mata publik kalau tidak ingin namanya menjadi headline dalam majalah dan mengganggu karir bisnisnya. Dan lagi, orang jaman sekarang terlalu percaya dengan media, tidak peduli berita yang disampaikan tersebut benar atau tidak.

Maximillian menyisir rambut dark blonde-nya dengan jemari tangannya yang kokoh, hingga ke belakang tengkuk, lalu berhenti di sana dan mulai membuat gerakan memutar pada lehernya yang terasa pegal. Ia menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa dan berkata dengan nada lelah, "Kau hanya perlu menolak tawaran perjodohan itu secara tegas seperti yang biasa kau lakukan, Aram."

"Atau mungkin kau bisa membayar wanita lain untuk berpura-pura menjadi kekasihmu," sahut Gabe,"Aku bisa membantumu. Ada beberapa wanita yang kukenal dan kujamin mereka tidak akan merepotkanmu. Kau tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun, biar aku yang mengurus semuanya begitu kau setuju."

"Fuck you, Gabe. Kau pikir aku tidak tahu apa yang ada di otak gila-mu itu? Lebih baik kau memastikan kembali apakah mereka benar-benar wanita tulen atau tidak sebelum mengenalkannya kepadaku." Aram mendesis kesal, ia mengingat salah satu kenangan terburuk ketika Gabe menjadikannya sebagai bahan lelucon bersama Ewan.

Sampai sekarang Aram tidak mengerti, bagaimana bisa kedua temannya itu mengenal wanita jadi-jadian seperti itu. Dan menjadikannya sebagai bahan lelucon-Terkutuk!

Maximillian hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah ketiga sahabatnya sejak masa kuliah itu, selama lebih dari dua belas tahun mengenal mereka, scene seperti ini sudah menjadi makanan sehari-hari mereka.

"Mungkin ini memang saatnya kau menikah, Aram." Ewan menggerakkan alisnya dengan jahil. Ia tidak bisa lagi menghentikan niat-nya untuk tidak mengganggu Aram walaupun Max sudah memperingatkannya untuk tidak mengganggu Aram hari ini.

Tiga pasang mata berputar memandang kearahnya, melemparkan tatapan ngeri yang seolah berkata bahwa Ewan sudah kehilangan akal sehatnya.

"What?" Ewan berpura-pura memasang ekspresi datar seakan ia tidak mengucapkan kata-kata tabu di antara mereka.

Gabe adalah orang pertama yang menjawab , disusul oleh Aram di saat hampir bersamaan sehingga membuat Ewan tidak dapat menangkap ucapan mereka sementara Maximillian hanya mendesah napas heran. Kata-kata seperti 'tidak akan', 'impossible', 'over my dead body', bahkan makian yang ditujukan kepadanya mendominasi percakapan mereka saat ini.

"Aku tidak akan menikah, Ewan!" seru Aram. "Not now and not ever!"

"Chill, Dude..." Ewan bersiul. "Aku hanya berpikir bahwa di antara kita berempat, kau-lah yang sepertinya akan melepaskan status lajangmu segera. Dilihat dari betapa semangatnya ibumu menjodohkanmu."

His TemptressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang