Ah ralat

Bukan sempat, namun memang masih hingga saat ini.

Devan menghela nafas pelan, lalu melangkah keluar kamar. Ia menuruni tangga sambil melamun.

Ternyata Devo masih menyukai gadis itu. Gadis yang bahkan hingga saat ini hanya bisa ia tatap melalui potretnya di social media.

Betapa beruntungnya seorang Aldevo Wijaya. Ia dapat melihat pujaan hatinya secara langsung, dan melancarkan aksi pendekatan secara langsung. Bukannya melalui social media.

Devan mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Kejadian yang menyebabkan ia harus terisolasi dari dunia luar.

'Seandainya aja kejadian itu gak terjadi. Gue.. Gak akan kayak gini. Gue pasti bisa kayak anak-anak normal di luar sana.' Batinnya.

Kemudian ia langsung menggelengkan kepalanya.

"Gak baik berandai-andai," gumamnya pelan. Lalu ia mengambil remote televisi dan menyetel ke channel kesukaannya.

__________

Adam memainkan ponselnya tanpa menghiraukan tatapan terang-terangan gadis yang bersliweran di taman kota yang ia lewati setiap pulang sekolah ini. Ia membuka forum Kaskus dan mengetik untuk membuat thread baru.

Ia keasyikan mengetik, hingga tak memperhatikan langkahnya. Ia menabrak seorang wanita yang memakai sepatu high heels dengan blazer kantoran. Wanita itu terjatuh, dan semua map yang berada di tangannya ikut terjatuh bersamaan dengan kertas-kertas berhamburan.

Adam langsung mengalihkan pandangannya dari ponselnya, lalu tanpa memandang wanita itu, ia memunguti kertas-kertas yang berhamburan.

"Maaf, Mbak. Ini salah saya. Harusnya saya lihat-lihat kalau jalan. Maaf ya, Mbak." Adam meminta maaf sambil memunguti kertas yang berceceran. Ia tak menyadari bahwa wanita itu berdiri mematung saat melihatnya. Adam berdiri tegak sambil menepuk-nepuk kertas yang agak kotor, ia tersenyum lalu menyerahkan kertas itu ke wanita tersebut.

"Ini, Mbak kertasnya. Maaf ya, saya gak liat tadi..," ujar Adam.

Wanita itu hanya diam, hingga Adam mengerutkan dahinya. "Mbak?"

Wanita itu tergagap, kemudian mengambil kertas di tangan Adam. "Terima kasih."

Setelah mengucapkan dua kata itu, wanita itu langsung berlalu pergi. Adam hanya melongo bingung, kemudian mengedikkan bahu dan memutuskan untuk melanjutkan berjalan pulang.

Di pihak lain, Vita merasa jantungnya berdegup 10 kali lebih keras. Ia tak siap harus bertemu dengan Adam. Lelaki itu.. masih memberikan getaran aneh di hatinya.

Vita sedikit was-was Adam akan mengenalinya tadi. Ia ingin pergi, namun entah mengapa kakinya tak mau menurut dan jadilah ia hanya terpaku diam melihat Adam memunguti kertas-kertasnya yang berceceran tadi.

Syukurlah mantannya itu tak mengenalinya. Ia sangat bersyukur. Sangat sangat bersyukur.

Vita menarik nafas panjang, kemudian melangkah menuju rumahnya yang terletak tak jauh dari taman kota ini.

__________

Nafla melihat-lihat hasil foto yang ia ambil secara diam-diam tadi malam. Semalam ia mengintip dari jendela kamarnya dan melihat Kinar dan Ivan sedang suap-suapan kue, kemudian akhirnya mereka saling mengoleskan krim kue ke wajah masing-masing.

Nafla tersenyum sendiri melihat hasil foto yang ia ambil. Entah mengapa ia merasa senang melihat Abangnya itu dapat tersenyum lepas seperti di gambar yang ia ambil. Sudah lama Abangnya tidak segembira itu. Terakhir ia melihat Ivan tersenyum seperti itu, 5 tahun yang lalu.

Nafla cepat-cepat menyembunyikan kameranya ke bawah kasur ketika ia mendengar bunyi pintu terbuka. Ia melihat Kinar menampakkan kepalanya di pintu.

"Kak? Aku ganggu gak?" tanya Kinar.

Nafla menggeleng, "Nggak. Kenapa?"

Kinar nampak menimbang-nimbang ragu, kemudian ia menatap Nafla. "Aku..boleh masuk, Kak? Aku mau nanya sesuatu..," ujarnya pelan.

Nafla menautkan alis bingung, namun ia tetap mengangguk.

Kinar menghela nafas, lalu melangkah masuk ke dalam kamar Nafla. Ia menutup pintunya perlahan, lalu duduk di tepi kasur.

Sejenak mereka diliputi keheningan. Kinar yang masih ragu ingin menanyakan apa yang ia ingin tanyakan, juga Nafla yang penasaran akan pertanyaan Kinar.

Kinar duduk menghadap Nafla, kemudian ia menatap Nafla dengan tatapan sendu.

"Kak.. Tolong jawab jujur.."

Kinar menghela nafasnya sebelum melanjutkan, "Mama aku di mana, Kak?"

Nafas Nafla tercekat ketika mendengar pertanyaan Kinar.
Ia harus menjawab apa? Ia ingin menjawab yang sebenarnya, namun ia tak punya hak.

Nafla terasa menghela nafas, "Kakak gak tau, Kinar. Kamu tanya Papa aja, ya?"

Samar, Ivan yang diam-diam mendengarkan dari depan pintu kamar Nafla mendengar helaan nafas kecewa Kinar. Sebaliknya, Ivan menghela nafas lega. Setidaknya Kinara tak harus mengetahui kebenaran itu dari orang lain.

Ivan langsung berjalan cepat menuju kamarnya di lantai atas. Ia akan memikirkan saat yang tepat untuk mengatakan yang sebenarnya pada Kinara.

__________

Yash

Masih adakah yang menunggu cerita ini update?

Gak ada?

Okesip.

Update yak!! Maaf banget kalau gaje ya Lord. Aku lagi US makanya ini aja curi-curi waktu main hape wkwk.

Btw adakah yang shock begitu tau Adam mantannya Vita? Vita sukanya sama brondong ye kan:v wkwk

Maap dah kalo gaje yak._.

Yaudin lha

Ditunggu krisar dan vommentnya^^ karena kedua hal itu penyemangatku wkwk^^

30 Maret 2017

Daddy(?) [ON HOLD]Where stories live. Discover now