Duapuluhtiga : Seuntaian Memori

3K 155 0
                                    

Brian mengeringkan rambutnya menggunakan handuk yang di berikan Clara. Brian tersenyum mengingat betapa perhatiannya Clara kepadanya. Geer.

Baru saja ia keluar dari kamar Yuki, Clara datang menghampiri nya dengan membawa Mug berwarna cokelat itu.

"Udah beres?" Tanya Clara. Brian langsung saja mengangguk.

"Gue pengen cerita sama lo. Biar lo gak salah paham kenapa gue malem-malem kesini." Ungkap Brian dan Clara menganguk.

Kepalanya lalu berpikir dan akhirnya ia mengajak Brian ke dalam kamarnya. Brian agak canggung sebenarnya masuk ke dalam kamar perempuan.

"Kita ngobrolnya di balkon aja." Ucap Clara lalu menggeser pintu balkon. Lalu angin malam yang diiringi hujan itu menyambut mereka.

Clara meletakkan Mug itu di atas meja kecil. Lalu mengambil dua selimut. "Nih pake, biar gak kedinginan." Clara menyodorkan selimutnya.

Lalu mereka duduk di sofa panjang yang empuk. Biasanya Clara menggunakan itu untuk bersantai, tapi kadang-kadang suka di ayunan.

"Jadi?"

Brian menolehkan kepalanya ke Clara yang sedang menatap Brian penuh tanda tanya. Brian menghela nafas panjang, ia harus memberitahu Clara tentang semua rahasianya.

×××

12 November 2007

Brian yang saat itu menginjak kelas 4 sekolah dasar menutup telinga nya dengan keras. Air mata menitik begitu saja melintasi pipinya. Adiknya yang 4 tahun lebih muda darinya sedang meringkuk di balik sofa.

"Kenapa Mas kamu giniin aku? Emang salah aku apa?" Teriak Ira dengan isakannya.

"Mas sudah tidak butuh kamu lagi! Salah kamu terlalu banyak!" Teriak Irfan a.k.a Ayah Brian dan Angga.

"Jadi selama ini kamu anggap keluarga ini apa? Kamu tega ninggalin keluarga kecil kita demi perempuan itu!?" Teriak Ira lalu duduk di sofa. Dan menutup wajahnya.

Rahang Irfan mengeras, "Kamu Jahat Mas!!!"

PLAK!

Irfan menampar Ira dengan emosi yang menggebu-gebu, Ira hanya menatap suami nya itu tidak percaya.

"Saya sudah tidak butuh kamu lagi! Kita cerai!" Ucapnya tegas lalu melirik kedua anaknya dengan tatapan bersalah.

Irfan pergi dari rumah tanpa memikirkan keluarganya lagi.

×××

Clara mengeratkan selimutnya. Karena angin malam sangat membuatnya kedinginan. Sekarang hujan tidak deras, hanya gerimis kecil.

Clara mengangguk paham mendengar uneg-uneg yang sedari tadi ingin Brian ucapkan pada Clara hingga dirinya merasa lebih lega.

"Tadi ayah gue datang. Dia datang membawa sebuah kado besar dengan wajah rindunya." Ucap Brian menatap lurus kedepan.

"Mama yang tau itu cuma diam, karena memang benar kalo cinta itu gak bisa di paksakan. Makanya Mama diam karena mama juga kangen sama ayah.

Waktu itu gue baru aja pulang dari Cafe karena gue mumet banyak masalah. Pas gue di rumah, masalah malah nambah lagi. Ayah datang sambil memeluk Angga dan mengucapkan bahwa dia rindu. Mama cuma diem duduk di sofa.

Gue langsung masuk aja ke rumah tanpa permisi dan nyelonong ngelewatin Ayah, Mama sama Angga. Ayah gue manggil pas gue udah ada di depan tangga. Gue cuma mengelirik tanpa ngucapin apa-apa.

Tapi Ayah malah ngehampiri gue dan meluk gue. Gue yang merasa nggak nyaman langsung mendorong Ayah. Gue natap Ayah datar doang tanpa mau berbicara.

"Apakabar kamu nak?" Gue masang tampang gak perduli. "Anda tidak perlu tahu kabar saya seperti apa. Yang jelas saya bahagia dengan Mama dan adik saya." Gue langsung liat Ayah yang wajahnya natap gue gak percaya. "Saya permisi." Dan saat itu gue menjalankan motor gue walau gue tau hujan lagi deras.

Gue bingung, gak tau harus ke rumah siapa. Tapi gue keinget sama lo. Jadi gue kesini. Maaf."

Clara langsung mengangguk dan tersenyum, "Nggak apa-apa. Lo yang sabar ya." Ucap Clara karena bingung mau ngomong apalagi.

Brian langsung memeluk Clara dan menyimpan kepalanya di pundak Clara, isakan Brian terdengar di telinga Clara. Clara juga kaget kalo Brian bakalan meluk gini.

Kenapa enggak bilang dulu kalo mau meluk. Gue kan jadi gak karuan.

"Ra, maaf gue mau pinjem pundak lo bentar aja boleh kan?"

Lirih Brian masih dengan isakan kecilnya. Clara hanya mengangguk lambat.

Brian melepaskan pelukannya setelah cukup di rasa untuk menyalurkan masalahnya.

"Ini udah malem. Lo harus tidur Ian, nanti lo sakit." Ucap Clara lalu mengajak Brian ke dalam dan menyuruh Brian tidur di bawah.

"Di lantai?" Tanya Brian.

Clara lalu mengambil kasur kecilnya dan meletakannya di lantai, "Lo tidur di bawah aja ya. Tenang ada kasurnya juga noh." Ucap Clara.

Lalu memberikan satu bantal nya dan satu guling nya pada Brian. "Lo tidur aja, jangan banyak mikir entar rumus fisika lo lupain lagi." Ucap Clara yang sudah memeluk gulingnya dan membungkus tubuhnya dengan selimut.

Wajahnya menghadap bawah melihat Brian yang sudah memejamkan matanya. Clara lalu ikut memejamkan matanya.

"Good night Ra, mimpi indah."

Samar-samar Clara tersenyum.

×××

Clara bangun dari tidurnya, jam nya sudah menunjukan pukul 08:12 tapi Clara hanya tersenyum lebar mengingat sekarang adalah hari libur. Ralat hari minggu.

Clara lalu turun dari kasurnya.

"AWW!?" Sontak mata Clara melebar dan melihat kebawah. Ternyata Clara menginjak lengan Brian yang sedang tertidur.

Clara menepuk dahinya pelan. Kenapa ia melupakan Brian yang menginap?

"Clara lo udah bangun?" Teriak Yuki sambil mengetuk pintu kamar Clara, Clara langsung saja melewati Brian yang sedang meringis.

Clara membuka pintunya dan melihat Kakaknya itu sudah rapi, "Lo udah bangun kan? Gue mau pergi dulu sama Bella." Ucap Yuki.

Clara memutar bola matanya malas, kenapa Yuki playboy banget jadi orang? "Dasar playboy." Ejek Clara.

"Daripada lo jomblo. Eh btw lo gak ngapa-ngapain kan sama Brian?" Tanya Yuki. Clara langsung memelototkan matanya tajam.

"Enak aja! Ya enggaklah, yaudah sana hussh!" Usir Clara. Yuki hanya tersenyum jail melihat kelakuan adiknya.

"Cie yang pengen berduaan," ucap Yuki lalu berlari menuruni tangga.

"BANG YUKI!!!"

Clara mengatur nafasnya, ini baru pagi kenapa sudah di buat kesal? Clara menutup pintu kamarnya dengan keras.

"Aduh Brian, maafin gue ya. Lo nggak apa-apa kan? Ada yang luka?" Ucap Clara menghampiri Brian yang sedang duduk di kasurnya.

"Nggak Ra, lebay amat lo ah!" Ucap Brian, Clara memberenggut kesal lalu merapikan tempat tidur Brian dan tempat tidur dirinya.

"Lo mau sarapan apa?" Tanya Clara yang sedang merapikan selimutnya.

"Apa aja. Mending kita ke alun-alun kota. Disana banyak yang jualan sarapan." Ajak Brian diiringi cengirannya.

///

Note : gatau kenapa gue bete ini chapter pendek amat,-

Return In Feelings✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang