Jawaban Icha

510 53 41
                                    

Suasana ujian di sekolah benar-benar terasa. Beberapa anak yang biasanya hanya main saat jam pelajaran kini datang cepat untuk belajar di perpustakaan sekolah. Banyak anak yang membuka buku, membaca dan menghapalkan rumus.

Sebenarnya hal itu juga terjadi pada Icha, hari ini Farzan menjemputnya jam sebelas padahal ujian akan dimulai jam satu siang. Mereka berniat belajar dulu sebelum ujian di perpustakaan. Tapi hal itu hanya dilakukan Icha karena belum beberapa menit mereka duduk, Farzan sudah terlelap di sebelahnya.

Icha mengamati wajah polos Farzan saat tertidur, kesan anak bandel dan kasar sama sekali tak terlihat di wajah tampannya itu.

Mungkin jika Farzan selalu mengenakan dasi dan memakai seragam dengan rapi sesuai peraturan sekolah, ia bisa mengalahkan kepopuleran Alwan yang terkenal dengan kerapian dan kewibawaannya.

Sayangnya mereka berdua dijebak oleh takdir yang membuat mereka tak bisa berteman apalagi dipaksa untuk menjadi keluarga. Urusan orang dewasa membuat mereka menyakiti diri sendiri, padahal ingin diperhatikan tapi caranya selalu salah. Kalista tak bisa memahami Farzan, sama halnya dengan Randy yang selalu salah di mata Alwan.

Icha jadi teringat lagi saat Farzan meneleponnya kemarin sore.

"Besok gue jemput, ya?" Farzan langsung to the point.

"iya. Oh, iya, kemarin siapa yang manggil lo di kafe?"

Farzan terkesiap dengan pertanyaan Icha yang tidak terpikir di benaknya. Tentu saja Icha pasti bertanya hal itu.

"Kakak gue." jawab Farzan pelan, nada tak enak langsung dirasakan oleh Icha.

"Ooh, iya. Pantesan mirip."

"Hemm...."

Tiba-tiba suara anak laki-laki terdengar lumayan keras, "Mas Adnan, tolong dong, gue lupa handuknya!" Tidak ada jawaban, mungkin Adnan sedang tidak ada di rumah.

"Woi, Farzan! Ambilin handuk! Gue tau lo di kamar!" suara itu membuat Icha mengerutkan kening, dirinya bertanya-tanya kenapa suara tadi sangat mirip dengan Alwan.

Farzan mendengus kesal, "repotin banget ni anjing." Cowok itu mencari-cari handuk di atas tempat tidur, "nggak ada!" nadanya langsung meninggi, dia tidak menemukan apa yang dicari Alwan disana.

"Cari pake mata goblok." Balas Alwan membuat Farzan berdecak, ia membungkuk dan mengambil handuk yang tergeletak di atas lantai, ia menghampiri Alwan di kamar mandi dan melemparnya, "yang bener cari pake tangan, nyet. Gimana ngambilnya kalau pake mata."

Alwan menangkap handuknya, "udah sono! Ngapain masih di situ? Mau liat punya gue, hah?"

"Mikirin apa? Kok serius banget?" Icha menggeleng-geleng dan memfokuskan matanya melihat Farzan yang ternyata sudah bangun dari tidur. "Gak, bukan apa-apa."

"Mikirin gue, ya?" godanya lagi sambil tersenyum manis, Icha rekleks melotot, "nggak kok!"

"Biasa aja dong. Gue cuma bercanda kali." Ucapnya sambil merenggangkan otot-otot tubuhnya yang sempat kaku karena tertidur dengan posisi bungkuk.

"Pasti Alwan, ya?" tanyanya disambung helaan napas berat, matanya melihat jauh ke arah depan. "Jadi jawaban lo apa?" tanyanya lagi, berusaha setenang mungkin agar Icha bisa nyaman ngobrol kali ini.

"Alwan nembak lo kan?"

"Kok tahu?" Icha terkejut, darimana Farzan tahu kalau Alwan menembaknya?

"Gue belum jawab dia."

"Jangan lama-lama. Nanti lo bisa gue curi." Icha langsung menautkan kedua alisnya.

"Lo mau jawab apa? Boleh kasih tau gue?" Farzan menoleh ke arah Icha, ia tersenyum miring melihat air muka Icha yang cemas dan berubah takut. "Jadi benar ya kalau lo takut sama gue. Padahal gue gak pernah ngapa-ngapain lo," nadanya semakin menurun dan lembut dengan sendirinya.

Stupid Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang