Hanya Itu??

981 57 4
                                    

Sinar matahari menembus masuk kedalam kamar Reyna. Gadis itu masih berkelana dialam mimpi. Rasa lelah masih terasa disekujur tubuhnya. Namun hari ini Reyna sudah berjanji akan bertemu dengan para sahabatnya.

Reyna merenggangkan otot dan persendiannya sebelum melangkah masuk kedalam kamar mandi. Setelah selesai mandi Reyna bersiap dengan dres yang sangat mini, dres merah sebatas paha, yang dapat memperlihatkan kaki dan paha mulu itu.

Semuanya telah sempurna, Reyna megambil heels setinggi tujuh centi yang dapat membuktikan betapa jenjangnya betis itu. "Mom,Dad, Reyna berangkat dulu ya?" Pamit Reyna kepada ibu dan ayahnya yang sedang duduk dimeja makan.

"Kemana? Gak sarapan dulu?" tanya Ryan yang sedang menyesap kopi manisnya.

"Ketemu Tiara sama anak-anak, nanti aja di kafe". Jawab Reyna singkat. "Reynanya ngak usah diantar pak Jupri. Rey bawa mobil sendiri Dad." Kata Reyna dan langsung menyambar kunci mobil daddynya yang tergeletak dimeja makan.

"Pulang jam berapa?" teriak Ryan kepada Reyna yang telah berlari menuju garasi mobil.

"Belum tau, tapi secepatnya." Balas Reyna juga berteriak.

Setelah itu Reyna membawa mobilnya membelah jalan kota Jakarta yang sudah mulai agak lengang, karena para karyawan kantor yang telah masuk jam kerja. Mobil itu berhenti didepan sebuah kafe, kafe dimana yang pernah menjadi saksi bisu awal kebohongan itu terbongkar. Hanya saja sekarang perasaan Reyna agak berbeda, seperti akan terjadi sesuatu atau bertemu seseorang tapi entah siapa itu?

Reyna melangkah masuk kedalam, namun seorang gadis kecil kira-kira berusia dua tahun setengah menabraknya sehingga sang balita tersebut jatuh ditas lantai. Reyna dengan sigapnya langsung membantu sang balita untuk berdiri. "Maaf Aunty?" kata balita itu dengan logat khas anak-anak.

Reyna tersenyum sambil berkata"tidak masalah, siapa namamu? Dan dimana mamamu?" tanya Reyna dan membimbing balita tersebut masuk kedalam kafe.

"Violeta Amanda, tadi bunda pelgi ke toilet, bunda nyuluh Vio buat nunggu papa didalam. Tapi Vio takut cendili, jadi Vio cali bunda." Kata sang balita dengan cadelnya.

"Kalau begitu ayo ikut Aunty, kita cari bunda Vio sama-sama." Kata Reyna dAan membimbing sang balita agar tetap berada di sampingnya.

Tiara melembaikan tangan kearah Reyna, Reyna tersenyum dan mengajak Vio menemui sahabatnya. "anak siapa Rey?" tanya Panji, yang kini telah sah menjadi suami Tiara. Sungguh hubungan yang sangat indah dan lumayn lama.

"kagak tau, tadi ketemu didepan pintu, bantuin gue cari orang tuanya ya?" ucap Reyna kepada para sahabatnya.

Namun suara seorang wanita yang terdengar sangat khawatir, membuat Reyna menoleh. Wanita itu bersama seorang lelaki disampingnya memanggil nama sang balita. " Vio, kamu kemana aja bunda khawatir nyariin kamu" wanita itu telah memeluk sang putrid tampa melihat kearah Reyna yang sudah menyelamatkan putrinya.

Namun dilain sisi Reyna sudah menegang, melihat dua insan manusia yang sangat dibencinya berada dihadapannya. Bukan karena Reyna cemburu kepada mereka yang terlihat seperti keluarga bahagia, hanya saja entah mengapa Reyna muak dengan tamang manusia yag sok suci itu.

"Makasih mbak,,,,REYNA?" suara wanita itu terlihat kaget dengan keberadaan Reyna dihadapannya.

"Hanya bantuan kecil" jawab Reyna datar. Lalu Reyna kembali duduk didepan sahabatnya.

Reyna hanya bisa mengumpat didalam hati, mengapa ia dipertemukan dengan manusia-manusia itu disaat ia ingin melepas kepenatannya.

"Rey..." Diof memanggil Reyna yang sama sekali tidak peduli dengan keberadaannya.

"Reyna" kali ini suara Azira yang memanggil nama Reyna.

"Apa hah, kalian ingin mempertontonkan keluarga bahagia kalian terhadap saya? Tapi kalian tenang saja sebentar lagi saya juga bisa memperlihatkan keluarga bahagia saya." Kata Reyna yang mulai terpancing emosi.

Tiara mengusap puggung tangan Reyna yang terasa sangat dingin. " Bukan seperti itu Rey, aku Cuma ingin memperjelas semuanya." Kata Azira dengan nada yang lembut.

"Menjelaskan apa lagi hm? Menjelaskan bahwa kau sedang mengandung buah cinta kalian lagi, atau memperjelas statusmu bahwa kau sudah menjadi nyonya Kusuma?" tanya Reyna dengan ketus.

Azira tersenyum kepada Reyna,dan dia tau bahwa Reyna mengucapkan nyonya Kusuma dengan persaan yang bercampur aduk. Azira tau bahwa Reyna masih mencintai Diof.

"Bukan, Diof memintaku untuk memperjelas bahwa diantara kami tidak ada hubungan apapun." Kata Azira dengan nada lembut.

"Oh kalian bercerai, dan seorang anak memanggilnya papa, dank au mengatakan bahwa kalian tidak memiliki hubungan apapun? Ya aku tau sekarang, tapi setidaknya kalian pernah menikah." Ucap Reyna dengan tawa mengejeknya.

"tidak kami tidak pernah menikah, dan Vio bukanlah anak dari Diof." Kata Azira cepat sebelum Reyna menyela ucapannya lagi.

"Apa ada hubugannya denganku?" tanya Reyna cuek.

"Sangat. Ini sangat berhubungan denganmu. Sebelumnya aku minta maaf Karena telah menjadi parasit dalam hubungan kalian. Tapi aku mohon dengarkan aku dulu, Diof tidak bersalah dalam hal ini, semuanya salahku. Jadi aku mohon jangan membenci Diof, karna Aku tau Diof sangat mencintaimu, dan akupun tau kalian saling mencintai." Azira sudah melipat tangannya didada.

"Hanya itu?dan saya rasa itu tidak penting sama sekali. dan satu lagi saling mencintai? Dan anda meminta saya untuk kembali bersama bajingan ini? Maaf nyonya kau terlalu baik hati memberikan barang bekasmu kepadaku. Terimakasih banyak, tapi aku dapat mencari yang lebih baik dari pada barang bekasmu itu." Kata Reyna melirik sinis kearah Diof. Diof terpaku dengan segala perkataan yang dilontarkan Reyna untuknya.

Tak ada seorangpun yang berani menghalau segala kesunyian itu, tak ada yang mampu membuka suara. Sampai sebuah tangan kekar memeluk Reyna dari belakang. Tidak, itu bukan Diof melainkan Luis yang tersenyum kearah sahabat-sahabat Reyna.

"Luis, kenapa...." Belum selesai Reyna bertanya atas kekagetannya tentang keberadaan Luis. Sang pria yang ditanyai malah membekap bibir Reyna dengan bibirnya, tanpa menghiraukan banyak mata yang memandang kearahnya.

"Hello baby. I miss you." Kata Luis yang mengeratkan pelukannya, sambil menghirup wangi Reyna dibagian tengkuknya.

"Luis." Reyna menggeliat didalam pelukan Luis.

"Nanti aku ceritakan." Bisik Luis dan menggigit pelan telinga Reyna.

Diof hanya bisa diam melihat semua adegan itu. Bahkan diapun belum pernah merasakan kelembutan bibir itu, dia belum pernah mencium tengkuk itu, dan dia belum pernah memeluk Reyna seposesif itu. Dan kini didepan nya sendiri dia menyaksikan seseorang yang dicintai dipeluk dan dicium dengan mesranya.

"Ayo sayang, ada sesuatu yang perlu kita urus" kata Luis mengajak Reyna keluar.

"Hm Rey, kau tidak ingin mengenalkan dia kepada kami?" goda Tiara dengan senyum mengodanya.

Belum sempat Reyna membuka suaranya namun Luis lebih dulu memotongnya. " perkenalkan saya Luis Carnent, kekasih sekaligus calon suami Reyna." Kata Luis dengan ramah.

"calon suami? Kapan kalian akan menikah?" tanya Dita yang sedari tadi hanya menjadi penonton.

"Kalian tunggu saja undangannya." Kata Luis dan menarik Reyna keluar area kafe.

Aku tau ini semua kesalahanku, dan aku sadar sekarang bahwa senyuman itu bukan lagi untukku, pelukan itu bukan lagi milikku, dan perasaan itu tidak ditujukan lagi kepadaku. Disini aku yang terlalu bodoh, melepaskannya disaat ia benar-benar telah terjerat didalam cintaku. Aku yang terlalu tolol, aku yang terlalu udik, berpikir bahwa cinta itu masih milikku. Maaf telah menyia-nyiakan cintamu. Batin Diof dalam hati.

The Return Of First LoveOù les histoires vivent. Découvrez maintenant