Pergi

1K 47 4
                                    

Malam ini aku post, karena kebetulan besok libur. Jadi aku nge post cerita pas ada waktu senggang dan hari libur. Dan yang paling penting.... saat lagi pengen ngetik....wkk

Dua hari telah berlalu, setelah insiden gagalnya ikatan sakral yang akan membelit dua insan manusia itu.

Reyna duduk terdiam, di samping brankar rumah sakit. Setelah kejadian itu, Ayu sempat pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Ibu mana yang tidak sedih melihat putrinya disakiti seorang lelaki secara terang-terangan.

Reyna termenung, matanya masih fokus melihat kondisi ibunya. Namun fikirannya terus berkelana entah kemana.

Dan setelah menenangkan pikirannya selama dua hari ini, bibir Reyna melengkung ke atas. Bukan senyuman tulus melainkan senyuman sinis yang terukir di wajah cantiknya.

Tidak masalah, Reyna sudah mebulatkan tekatnya. Baiklah ini untuk terakhir kalinya, dia akan menampakkan wajah munafiknya di hadapan Diof.

"Kak, lagi mikirin apa?" Suara Ayu, memecahkan lamunan Reyna. Ayu menggenggam erat tangan putri sulungnya, seakan memberikan kekuatan.

"Mom, udah bangun? Reyna cuma lagi mikir bakal kerja di LA" Reyna mengusap punggung tangan ibunya.

"Sekarang mommy pengen kamu jujur, apa masalah antara kamu dengan Diof?" Rasa penasaran itu sudah tak dapat di tahan lagi oleh Ayu.

Tak ada yang perlu di rahasiakan lagi. Semuanya sudah jelas, maka mengalirlah semua kisah antara Reyna dan Diof. Mulai dari awal pertemuan mereka, setelah bertahun-tahun tidak pernah bertemu. Rencana licik Reyna sampai saat dimana rasa cinta itu mulai tumbuh, rasa cinta yang sudah dari mereka kecil namun terus di tepis oleh Reyna. Dia terus meyakinkan dirinya bahwa itu bukanlah cinta. Namun tak ada yang tau, bahwa rasa itu semakin membuncah, dan dia benar-benar jatuh cinta. Tapi sudah terlambat. Pada malam itu kisah cintanya sudah berakhir.

Dan pada hari dimana Diof meninggalkannya dengan beribu kesakitan. Semuanya benar-benar telah selesai. Reyna sudah menutup rapat-rapat kisah cintanya. Lembaran lembaran kenangan yang pernah ia lewati bersama, sudah dibuangnya jauh-jauh.

Setetes air mata meluncur di pipi mulus Reyna. Disusul dengan bulir lainya yang ingin segera keluar. Namun Reyna menghapusnya kasar. Cukup sudah cukup ia menangis. Ini adalah terakhir kalinya dia akan menangis. Mulai hari ini, semua air matanya sudah kering. Reyna tak akan menangisi lagi kisah cintanya dengan Diof.

Cukup dua puluh empat tahun ini, ia menjadikan Diof sebagai satu-satunya lelaki yang mampu membuatnya jatuh cinta. Tak akan ada Diof-Diof lain lagi yang akan bersarang di hatinya.

Ayu cukup kaget dengan penuturan putrinya. Namun ia hanya mampu memberikan dukungan agar putrinya dapat bangkit dari keterpurukan ini.
Ryan mendengar semua cerita yang keluar dari bibir putrinya. Ryan berdiri di depan pintu kamar perawatan istrinya. Dia berjanji tidak akan memaafkan orang yang telah menyakiti putrinya.

"Mom, rasa ini hanya sebuah kesalah pahaman." Ucap Ayu setelah mendengar semua kisah cinta putrinya.

"Ya, ini hanya kesalah pahaman yang berujung menyakitkan." Reyna tersenyum pada ibunya.

"Mom, yakin kamu pasti mendapatkan lelaki yang lebih baik dari Diof". Ayu menenangkan putrinya.

Laki-laki baik? Tak akan Reyna izinkan lagi, seorang laki-laki memasuki hatinya.

Reyna hanya membalas ucapan ibunya dengan tersenyum.

"Hm mom, Rey pergi dulu ya?" Kata Reyna setelah dirinya cukup tenang.

"Kemana?" Ryan muncul dari balik pintu ruang perawatan.

"Ketemu anak-anak" jawab Reyna, segera berdiri dari kursi yang ada di samping brankar. Hanya ini satu-satunya cara agar dia bisa bertemu Diof. Berbohong pada daddynya.

"Jangan pernah temui laki-laki itu lagi." Kata Ryan memperingati Reyna.

"Rey cuma ketemu Tiara kok Dad." Bohong Reyna.

"Pergilah." Ucap Ryan percaya pada putrinya.

.....

Reyna duduk menunggu seseorang di sebuah restoran.
Sudah lewat lima menit dari waktu kesepakatan, namun orang itu belum muncul juga.

Sepasang insan keluar dari dalam mobil mewahnya. Sang wanita mengapit mesra lengan sang pria. Kedua orang itu adalah Diof dan Azira.

"Buat apa lagi lo nyuruh Diof buat ketemu elo." Tampa basa-basi Azira langsung menodong Reyna dengan pertanyaan yang tidak berguna.

"Silahkan duduk dulu nyonya Kusuma, tidak baik kita bicara saat saya duduk dan anda yang sedang hamil berdiri." Kata Reyna formal.

"Cepat aja, ngak usah basa-basi, gue tau niat elo, lo pengen Diof kembali sama elo kan?" Azira menggeser kursi dan duduk di hadapan Reyna.

"Maaf nyonya, jangan sembarangan menuduh. Saya bukanlah wanita murahan yang akan tega merebut calon suami orang. Apalagi dia akan menjadi seorang ayah. Saya wanita baik-baik, dan saya wanita berpendidikan, sehingga saya tau dimana seharusnya saya menempatkan diri." Ada nada sindiran dalam kalimatnya. Kemudian Reyna melanjutkan kata-katanya. "Lagi pula saya seorang wanita karir yang cantik, saya kaya raya, dan tubuh saya sangat indah. Sangat mudah bagi saya mencari seorang suami yang lebih baik dari calon ayah anak anda." Jawab Reyna sinis, sambil melirik kearah Diof.

Ada rasa tidak terima saat Reyna, mengucapkan akan mendapatkan laki-laki yang lebih baik dari dirinya.- Diof.

"Cepat katakan tujuanmu." Azira sudah muak dengan Reyna.

"Ternyata ke hamil memang membuat anda semakin sinis dan tampak lebih mengerikan." Reyna melirik perut Azira.

"Baiklah, saya hanya ingin mengatakan pada suami anda, oh bukan tapi akan segera menjadi suami anda. Dia adalah laki-laki pengecut yang pernah saya temui." Ada jeda dalam kalimat Reyna. "Saya tidak habis pikir, ternyata ada seorang lelaki yang mencampuri urusan pribadi dengan melibatkan keluarga. Hanya karna cinta monyet anak SMA."

"Hanya itu?" Tanya Diof yang dari tadi hanya diam.

"Bukan hanya itu, tapi saya ingin mengucapkan selamat karna sebentar lagi kalian akan menjadi orang tua. Saya minta maaf karna hampir saja mencelakai keturunan Kusuma. Tapi saya kasihan melihat anak yang tidak bersalah itu, harus hadir tampa ikatan dari kedua orang tua, dan sekali lagi saya merasa iba dengan calon anak kalian karena memiliki ayah pengecut seperti anda." Kata Reyna sedingin mungkin.

"Dan mungkin ini adalah kali terakhir saya akan menampakkan wajah yang kalian katakan munafik ini, di depan anda berdua. Terimakasih atas waktu anda. Dan sekali lagi saya ingatkan, untuk anda tua Diof, jangan pernah menyakiti keluarga saya lagi." Reyna beranjak meninggalkan Diof dan Azira di meja restoran itu.

"Pergi sana, kami juga ngak mau kali liat wanita munafik seperti elo." Teriak Azira.

"Setidaknya saya bukan wanita murahan atau pun seorang jalang. Saya masih menjaga kesucian saya untuk suami saya." Reyna menghadap ke Azira dan tersenyum mengejek, sebelum ia benar-benar hilang dari hadapan mereka.

Azira hanya mengumpat, mendengar kata-kata Reyna yang terus saja menyindirnya.

.

.
Makasih....😘😚😗

See you......!

The Return Of First LoveWhere stories live. Discover now