Masih Tetap Sama

955 41 3
                                    

Reyna melangkahkan kaki keluar dari area parkir rumah sakit tempatnya bekerja. Ya, seperti inilah rutinitas yang Reyna jalani sudah lebih dari dua tahun belakangan.

Menjadi seorang dokter spesialis anak membuat Reyna menyukai tingkah polos dan konyol dari anak-anak. Kegiatannya yang padat harus diselingi dengan kuliah yang menyita banyak waktu. Dan sekarang Reyna sepertinya harus mengubur keinginannya untuk mengabdikan menjadi seorang dokter lebih lama lagi.

Bisnis, adalah mata kuliah yang harus Reyna selesaikan tahun ini juga. Menggantikan sang ayah sebagai seorang pemegang saham adalah tanggung jawab Reyna selaku putri pertama keturunan Dinata.

Sudah hampir tiga tahun berlalu, Reyna masih sama, Reyna masih seorang gadis cantik dan anggun. Bahkan sekarang Reyna lebih kelihatan dewasa dengan seragam putih ciri khas seorang dokter.

Tak ada yang terlalu berubah, hanya saja Reyna lebih menutup dirinya pada semua lelaki yang berusaha mendekatinya.

Tatapan tajam yang diberikan Reyna sudah menciutkan nyali para pria yang berusaha dekat dengannya.

Hanya satu pria yang tidak pernah menjumpai kokohnya dinding kebekuan Reyna.

Dia adalah Luis, entah bagai mana caranyanya, sehingga dia tak pernah menjumpai dinding kokoh itu.

Dan ya karna tiga tahun akan segera berlalu, maka tampuk perusahaan akan berada di tangannya. Tidak sedikit kemungkinan bahwa Reyna akan bertemu dengan...., ya kalian pasti sudah tau.

Bukan berarti Reyna masih mengharapkan pria itu. Hanya saja kebekuan hati seorang Reyna Andara sudah tidak dapat dicairkan lagi. Hanya ada rasa benci yang menutupi hati yang sudah beku itu. Bukan benci karna pembatalan pernikahan. Namun benci karena lelaki itu sudah menyakiti keluarganya.

Deringan ponsel menghentikan lamunan Reyna yang sedang mengemudikan mobil menuju ke apartemennya.

"Assalamualaikum dad." Reyna melambatkan laju mobil yang sedang dikendarainya.

"Waalaikumsalam kak,"

"Ada apa dad, tumben malam-malam begini daddy telfon Reyna. Biasanya juga Reyna yang harus bangun malam buat ngomong sama daddy." Reyna menyindir kebiasaan daddynya.

"Emang salah daddy nelfon anak daddy?" Tanya Ryan yang di belahan bumi sana.

"Ya engak salah sih. Tapi ini pasti daddy pengen maksa Reyna pulang lagi kan?" Todong Reyna kepada daddynya.

"Iya sih, pulang ya kak, udah tiga tahun lo kak, kamu ngak pulang, gak kangen sama daddy?"

"Belum tiga tahun daddy, satu bulan lagi baru tiga tahun. Ya kangen lah."

"Kalau kamu kangen ya pulang kak, kamu punya rumah disini. Pokoknya daddy ngak mau tau, bulan depan kamu harus ada di rumah." Ryan mematikan sambungan teleponnya.

Huh, Reyna menghirup udara dan membuangnya kasar. Lagi-lagi, ayahnya memintanya agar segera pulang. Entah apa yang akan direncanakan lagi oleh sang ayah.

Reyna menghempaskan badanya di atas sova apartemen.
Sebulan lagi, bukan kah itu waktu yang sangat sebentar? Dan waktu sebulan itu merupakan waktu yang sangat di benci Reyna. Valentin day? Birthday? Hari macam apa itu? Namun bukan tentang valentin, ataupun ulang tahunnya. Reyna membenci kejadian yang terjadi pada hari keramat itu.

Tidak, bukan karena Reyna belum melupakan Diof, atau masih mencintai pria itu. Hanya saja Reyna membenci seseorang yang telah menyakiti keluarganya.

Dan waktu satu bulan rasanya akan berlalu dengan cepat. Reyna hanya tidak ingin seorang pecundang seperti Diof menampakkan wajahnya di hadapan Reyna.

Pintu apartemen terbuka. Menampakkan sosok gagah, dengan setelan jas kerja kebesrannya. Luis tersenyum kearah Reyna yang sedang meneguk minumannya.

"Hay, Rey!" Luis mendekat kearah Reyna dan mendaratkan bokongnya disampong Reyna.

"Oh, hai Luis. Bagaimana harimu?" Tanya Reyna yang sudah mengalihkan pandangannya kearah Luis.

"Sangat buruk. Kau tau rasanya seperti dineraka, saat aku tidak bertemu denganmu." Luis merangkul bahu Reyna.

"Dasar tukang gombal." Reyna memukul tangan Luis yang bertengger dibahunya. "Hm, Luis mungkin beberapa hari lagi aku kembali ke Indonesia." Cicit Reyna pada Luis yang sedang meneguk minumannya.

"Aku tau." Kata Luis santai.

"Kau tau? Siapa yang memberitaumu?" Tanya Reyna.

"Aku rasa kau tidak bodoh Rey. Untuk apa ada ponsel jika tidak dipakai sebaik-baiknya. Tentu saja ayahmu yang memberitauku." Jawab Luis enteng.

"Kau terlalu meremehkan ku Luis. Aku tidak bodoh. Buktinya aku sudah menamatkan studyku kurang dari tiga tahun. Kau tau kurang dari tiga tahun." Reyna mengulang kata-katanya, sambil menunjukkan angka tiga dengan jarinya.

"Ya, kau memang pintar, namun tidak terlalu pintar dari diriku." Ucap Luis menyombongkan diri.

Reyna hanya dapat mendecak kesal pada Luis. Tak ada lagi pembicaraan yang mereka ucapkan. Hening, Reyna dan Luis sama-sama terdiam.

"Hm Rey , kemaren aku menghubungi ayahmu. Aku ingin bertunangan denganmu." Luis benar-benar nekat mengatakannya pada Reyna.

"Apa-"

"Bukan begitu, aku hanya ingin kau menjadi teman hidupku. Aku tau waktu tiga tahun adalah waktu yang sangat singkat untuk bisa menghapus sebuah perasaan. Bahkan aku rasa sebuah perasaan sangat sulit untuk berubah." Jeda beberapa detik. " Tapi aku sadar kedekatan kita selama ini, semakin membuatku menyukaimu. Aku ingin menjadikanmu satu-satunya wanita yang akan menemani hidupku." Luis berkata dengan sungguh-sungguh. "Aku juga tidak peduli bahwa orang-orang menganggapku sebagai pelarianmu. Yang aku tau aku bersungguh-sungguh mencintaimu."

Reyna hanya diam memandangi Luis yang sudah membungkuk, Luis mengeluarkan sebuah kotak berisikan cincin yang bermahkotakan berlian.

"Reyna Andara Dinata, will you be mine??"

Reyna hanya diam tak berkutip. Dan seharusbya memang begini, Reyna tidak bisa terus memikirkan Diof. Munafik jika Reyna mengatakan dia sangat membenci Diof. Namun Reyna paling membenci hatinya yang seakan-akan masih mengharapkan pria pecundang itu.

Sudah saat nya Reyna membuka kembali hatinya. Dan saat ini, seorang pria dengan gagahnya membungkuk didepannya memegang sebuah cincin bertahtahkan berlian.

Mungkin dengan mencobanya kembali, Reyna dapat mengubah perasaannya kepada Luis. Reyna ingin membalas perasaan yang sama kepada Luis.

Luis masih membungkuk, berharap Reyna akan menerimanya. "Kurang romantis ya Rey? Tapi saat ulang tahunmu akan aku buat-"

"Yes i will" belum selesai Luis mengatakannya. Reyna sudah mengambil cincin yang ada di hadapannya.

"Kenapa kau yang memakainya sendiri?" Luis kesal karena Reyna yang memasukkan cincin kedalam tangannya sendiri.

"Karena aku ingin" jawab Reyna acuh.

Reyna beranjak meninggalkan Luis yang melompat-lompat kegirangan.

Semakin gaje ya.

Tim Reyna & Diof, mana suaranya??

Tim Reyna & Luis mana suaranya????

Thaks

Bye....

The Return Of First LoveWhere stories live. Discover now