Awal yang Baru

981 31 1
                                    

Hai..

Cerita ini saya percepat, mungkin hanya sampai part 20-an.

Cekidot!!!

Semilir angin pagi di penghujung musim semi,Tokyo, Jepang. Mengibaskan rambut hitam bergelombang milik seorang gadis yang tengah duduk di bangku taman membaca manga yang ada di tangannya. Rambut indah itu terbawa angin menutupi wajah cantiknya.

Bibir merah muda itu terus bergerak-gerak, tangan putih mulus dengan kuku berwarna merah sesekali menyibak rambut yang ada diwajahnya ke belakang telinga.

Ditengah kesibukannya membaca, pria tampan menghampirinya dan duduk disebelahnya.

"Hello baby" sapa pria itu sambil merangkul pundak sang gadis mesra.

"Hai Luis, sedang apa di sini?" Tanya sang gadis menalihkan pandangannya ke arah pria tersebut.

"Tidak ada, hanya sekedar ingin bertemu calon istri." Jawab pria itu dengan bahasa ingris yang kental.

"Calon istri? Dimana?" Sang gadis mengedarkan pandangannya ke segala penjuru taman, mencari sosok yang dimaksud sang pria.

"Kau tidak menemukannya?"

"Tidak, dimana calon istrimu?"

"Calon istriku sedang berada disampingku." Jawab pria itu dan tersenyum manis.

"Tidak ada orang disampingmu selain....'aku', apa maksudmu aku?" Sang gadis menunjuk ke arah dirinya dengan perasaan kaget.

"Ya kamu, apakah kau mau menjadi pacarku?" Tanya sang pria sambil mengeluarkan seikat tulip dari belakangnya.

"Menjadi pacarmu?" Tanya sang gadis mengangkat sebelah alisnya.

"Ya, sudah hampir tahun ke empat kita kuliah, dan apakah kau masih memikirkan lelaki itu?" Tanya sang pria kepada sang gadis.

"Hm, entahlah Luis aku tidak mengerti dengan perasaanku." Jawab sang gadis kepada sang pria.

"Cobalah untuk melupakannya, dan bukalah hatimu untuk ku."

"Akan aku coba Luis."

"Itu lebih baik." Sang pria mengusap lembut kepala sang gadis dan membawanya bersandar ke dada bidangnya.

"Rey apa kau akan kembali ke Indonesia bersama orang tua mu setelah kita wisuda? Atau kau bekerja di sini?" Sang pria mengecup rambut sang gadis yang bersandar di dadanya.

"Aku rasa memang begitu. Aku ingin bekerja di negaraku." Sang gadis melingkarkan tangannya ke pinggang sang pria.

"Jadi apa kita tidak bisa bertemu lagi?" Tanya sang pria.

"Siapa bilang kita tidak bisa bertemu. Kau bisa mengunjungiku dan aku bisa mengunjungimu di LA." Jawab sang gadis sambil mengeratkan pelukannya.

"Baiklah aku akan membeli rumah di samping rumahmu."

"Jangan gila Luis."

"Aku akan melakukannya."

Luis Carnent, pemuda tampan berdarah Amerika- Jepang. Pewaris dari Carnent group, salah satu perusahaan besar hampir di semua belahan dunia.

Pemuda tampan yang jatuh cinta pada pesona seorang Reyna Andara Dinata. Hampir setiap hari Luis mengatakan bahwa dia mencintai Reyna. Namun Reyna tak pernah membalas perasaannya.

"Lebih baik seperti ini Luis, aku menginginkanmu menjadi kakak ku, bukan kekasih ku, maaf." Itu adalah kata-kata Reyna, yang sudah hafal di luar kepala oleh Luis.

Luis dan Reyna sudah bersahabat sejak pertama mereka bertemu.

Reyna yang memang hebat karate melihat seorang pemuda yang kewalahan menghadapi penjahat di jalan.

Pemuda yang diketahui anak orang kaya,dan akan dirampok ditolong oleh gadis cantik.

Hm, lucu memang. Kalau biasanya seorang gadis yang mengalami perampokan dan datang seorang pria menyelamatkan, maka berbeda dengan Reyna dan Luis. Gadis lah yang menyelamatkan sang pria.

"Oh iya, kurang dari seminggu ini kita akan wisuda. Jadi apa calon mertuaku akan datang Rey?" Luis mengajukan pertanyaan untuk menggoda Reyna.

"Ya, mommy dan daddy pasti akan datang. Tapi jangan panggil mereka dengan calon mertuamu Luis." Jawab Reyna dengan perasaan kesal.

"Apa kau akan memperkenalkanku kepada mereka?"

"Tentu saja, apa ada alasan agar aku tidak mengenalkanmu? Aku rasa tidak, dan aku tau siapa dirimu. Kau pasti akan menemui mereka duluan dari pada aku." Ucap Reyna setengah kesal kepada Luis.

"Ya, itu benar. Ngomong-ngomong kau akan memperkenalkanku sebagai apa?"

"Kau ingin aku mengatakanmu sebagai siapa?" Goda Reyna kepada Luis.

"Aku rasa lebih cocok sebagai calon suamimu saja."

"Jangan bermimpi."

Matahari semakin meninggi. Dan Reyna masih nyaman dalam dekapan Luis. Gadis 24 tahun itu terus menggesekkan hidungnya ke dalam dada Luis.

"Rey berhenti menggodaku." Kesal Luis yang merasa terganggu dengan tingkah Reyna.

"Aku tidak mengatakan apapun. Lalu dari sisi mananya aku menggodamu?" Kata Reyna dengan nada polos yang dibuat-buat.

"Kau ingin aku menelanjangimu disini, sekarang ini!?" Tanya Luis yang mulai kesal.

"Aku tidak menyangka kalau paman Veer dan bibi Himeko mempunyai anak semesum dirimu." Reyna semakin membenamkan kepalanya.

"Aku tidak mesum, kau yang memancing kemesumanku Rey."

"Kalau kau tidak mesum, lalu kenapa kau ingin menelanjangiku?"

"Terserah kau saja."

"Aku ingin kerumah mu, aku ingin belajar memasak bersama bibi Himeko."

"Kau ingin belajar memasak untuk ku dan calon anak-anak kita?"

"Kenapa kau mulai lagi Luis!."

"Hm, baiklah tapi tidak hari ini. Mereka baru saja pergi ke LA, mereka dengan teganya meninggalkan aku sendirian." Luis berkata dengan dramatis.

"Jangan berdrama di depanku." Ketus Reyna kepada Luis.

"Aku tidak sedang berdrama ibu dokter." Sunggut Luis kepada Reyna.

"Terserah."

Reyna melepas pelukan tangannya di pinggang Luis dan berdiri hendaj meninggalkan pria tersebut.

"Mau kemana?" Luis menarik tangan Reyna agar kembali duduk di sisinya.

"Mencari seorang pria yang lebih waras darimu dan bisa aku ajak berkencan." Reyna menjawab dengan entengnya, dan menikmati wajah merah Luis.

"Aku akan meremukkan tulang pria yang kau ajak berkencan itu." Wajah Luis semakin memerah setelah mendengar Reyna akan berkencan.

"Kau meremukkan tulang orang yang akan berkencan denganku? Maka kau hadapi aku." Reyna mengangkat alis matanya. "Melawan perampok saja kau kalah, untung ada aku, kalau tidak mungkin kau sudah menyatu dengan tanah." Reyna mengolok-olok Luis, mengingat kejadian yang hampir 4 tahun silam.

"Jika bukan karna tanganku yang patah, aku pasti menang melawan mereka." Luis melakukan pembelaan diri.

"Alasan." Reyna berjalan pergi meninggalkan Luis yang sedang asik membela dirinya.

Reyna terenyum mendengar teriakan Luis yang memintanya untuk kembali. Umpatan-umpatan pun keluar dari mulut Luis saat Reyna dengan sengaja menonjok bahu sebelah kanannya.

Keberadaan Luis mampu menutup sedikit kesedihannya terhadap masa lalunya. Mencoba melupakan Diof? Bagaimanapun usahanya namun tetap tidak bisa.

Jika dibandingkan antara Luis dan Diof, mungkin Luis lebih sempurna. Namun hati Reyna masih sama, hanya untuk Diof seorang.

-----

Thank's

Typo berserakan

Ig:nhurul_1

The Return Of First LoveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora