Mencoba Bangkit

921 38 0
                                    

Alurnya di percepat ya....!

Abaika typo!!!

.

.

.

.

.

'It's over'

Kata-kata itu terus terngiang didalam benak Reyna. Langit malam dan Reyna pun seakan berlomba-lomba untuk membuktikan siapa yang paling sedih diantara mereka. Air matanya tak dapat terbendung lagi, hanya ada kata maaf dan penyesalan yang terus terucap dari bibirnya.

Dengan langkah lunglai, Reyna yang masih berdiam di tengah guyuran hujan beranjak pergi. Mawar pemberian Diof pun masih ada di dalam genggamannya.

Reyna menggenggam mawar dengan begitu erat, sehingga duri tajamnyapun mulai menusuk kulit lembutnya. Goresan kecil di tangannya semakin banyak mengeluarkan darah. Tak ada rasa perih yang ia rasakan. Untuk sekarang hanya hatinyalah yang terasa sakit.

Menangis di tengah derasnya hujan, itulah yang Reyna lakukan. Berjalan lemah menuju rumahnya. Pintu gerbang segera terbuka, menampakkan satpam yang sefang berjaga.

"Astagfirullah non, kemana aja, kok non Rey ujan-ujanan." Tanya sang satpam pada Reyna.

Tampa mempedulikan ucapan sang satpam, Reyna melangkah masuk ke dalam rumahnya.

"Loh, Rey kok kamu ujan ujanan?" Ayu yang turun dari lantai atas, kaget akan keadaan putrinya.

Masih tetap sama, pandangan Reyna kosong dan masih terpaku pada kejadian yang baru saja terjadi. Reyna langsung mengunci pintu kamarnya.

Menagis sejadi-jadinya, menyesali apa yang sudah ia lakukan. Lelah karna menangis Reyna tertidur dengan posisi duduk meringkuk di lantai kamarnya. Masih memakai pakaian yang basah karna derasnya hujan. Hawa dinginnya malam tidak lagi Reyna rasakan. Reyna terus mengigaukan kata-kata maaf.

"Maaf, aku menyesal."

Sinar mentari menembus masuk kedalam kamar Reyna. Suara gedoran pintu yang terus bergema mengembalikan Reyna ke alam sadarnya.

Reyna segera membuka pintu kamarnya. Kepalanya pusing dan seakan melihat banyak benda berputar di sekitarnya.

Cklek

Brug....Reyna pingsan di di depan pintu kamarnya. Ayahnya semakin cemas dengan keadaan Reyna langsung menghubungi dokter keluarganya.

Reyna terkena demam karna tidak bisa terkena air hujan. Pertanyaan orang tuanyapun tidak dijawab sama sekali.

---

Mencoba bankit dari keterpurukannya, Reyna kembali menjadi dirinya yang dulu. Meski tetap tiak akan pernah sama lagi.

Hari terus berganti, sampailah Reyna menghadapi UN. Lulus dengan nilai terbaik itulah yang Reyna dapatkan.

"Kak, daddy udah daftarin kamu di universitasnya om Angga." Ucap Ryan yang tengah bersantai bersama keluarga kecilnya.

"Eh-e dad, setelah Rey pikir, lebih baik Rey kuliah di Jepang aja." Kata Reyna gugup kepada daddynya.

"Loh, kamu kok jadi plin-plan gini sih? Kemaren ngotot pengen kuliah di sini, sekarang kok pengen ke Jepang?"

"Rey rasa, kalau Rey kuliah di Jepang pendidikannya lebih maju dari di Indonesia,dad."

"Bukannya sama aja ya, mau kamu kuliah di Jerman, yang namanya ilmu bakalan sama aja Rey." Jawab dadynya.

"Engg, tapi Reyna pengen kuliah di Jepang aja. Nyari suasana baru, ngak kyak di sini-sini. Reyna kan pengen berkembang dad." Bujuk Reyna kepada daddynya.

"Terserah kamu." Jawab singkat Ryan.

Sebenarnya Reyna menginginkan kuliah di Jepang hanya karna menghindari Diof. Mencoba melupakan semua yang pernah mereka lewati bersama.

-----

Diov Pov

Semua ucapan itu terus terngiang di benakku. Aku hanyalah cowok bego', katro, cupu dan ya, aku adalah pria bodoh yang jatuh pada pesona seorang putri.

Lalu apa semua ini tidak ada artinya bagi Reyna?. Dua tahun, waktu yang cukup lama. Dua tahun bersama, dan tak pernakah ada sedikit perasaan nya untukku?.

Bodoh memang, aku adalah pria bodoh. Tapi untuk apa sekarang aku harus menjadi pria seperti yang dia ucapkan.

Sudahlah mungkin aku memang tidak ada artinya. Dan mulai hari ini aku akan merubah semuanya. Tak ada lagi rasa cinta, takan ada lagi rasa sayang, Diof sekarang adalah Diof yang penuh kebencian.

---

Sukarno-Hatta

Pukul 08.00 WIB. Seorang gadis dengan menyeret koper ukuran sedang, melangkah memasuki bandara.

Ada rasa sedih disaat dia akan meninggalkan orang-orang yang dikasihi. Dan sekarang untuk kepergiannyapun, dia masih berharap, seseorang yang tidak pernah ia temui beberapa hari ini, ada untuk sekedar memberi pelukan perpisahan.

"Kak, kalau disana baik-baik, jangan terjerumus hubungan bebas, mommy ngak mau kalau kamu pulang udah bawain mommy cucu."

"Iya, mom Rey ngak bakal terjerumus, do'a in aja Rey lulus dan bisa jadi dokter."

"Eh, ngomong-ngomong Diof kok ngak ada, kamu ngak kasih tau dia kalau kamu mau ke Jepang?."

Diof, huuf nama itu lagi, Reyna malah sangat berharap bahwa pemilik nama itu hadir untuk menemuinya.

Hah Reyna, jangan terlalu berharap bahwa Diof akan menemui seorang pembohong sepertimu.

"Eh, Diof udah dikasih tau sih mom, tapi katanya tugas kuliahnya numpuk, jadi ngak sempat datang." Bohong Reyna pada mommynya.

"Oh, kok tegaan banget ya? Anak momny kan bakal lama di Jepang. Lah kenapa dia ngak kesini sih?"

"Udah lah mom, ngak papa juga, ada ngak ada Diof, Reyna kan tetap pergi."

"Yaudah, cepat masuk"

"Ya, Reyna pergiya mom, dad, dan Alin jangan nakal sama mommy, assalammualaikum." Reyna berjalan memasuki ruang tunggu.

'Selamat tinggal kenangan. Maaf telah mengecewakan hati yang begitu tulus menyayangi.' Guman Reyna.

Pesawat yang di tompangi Reyna pun telah mengudara. Meninggalkan hiruk-pikuknya Jakarta menuju Tokyo. Mencoba melupakan semua kenangan yang pernah terjadi diantara Reyna dan Diof.



Kenangan tak akan pernah hilang. Karna kenanganlah yang pertama sekali mengejekmu disaat kau mengingat masa lalumu.

Big thak's

Makasih buat yg sudah setia membaca cerita gaje ini.

Ig: nhurul_12

The Return Of First LoveМесто, где живут истории. Откройте их для себя