Extra part

48K 2.3K 42
                                    

Happy reading!!!

¥¥¥

Hari minggu adalah hari terenak untuk bermalas malasan bagi anak berusia 18 tahun. Tetapi pantang untuk Julian, pagi pagi sekali ia sudah bangun hanya untuk sekedar berlari kecil mengelilingi halaman belakang rumah hingga beberapa putaran.
Senggaknya udah ada keringat yang nyarang ditubuh gue. Batin Julian.

"Mom, Julian ke atas dulu ya? Gerah, mau mandi." Pamit Julian pada Prilly yang sedang asik membuat sarapan untuk keluarga kecilnya.

"Ya udah gih, tapi jangan lama lama ya? Kamu ingat kan kalau nanti tante Mila, tante Dahlia, sama tante Tania mau datang?" Ucap Prilly mengingatkan anaknya.

"Inget kok mom." Ucap Julian lalu berjalan ke kamarnya.

Selepas perginya Julian, Ali turun dengan tergesa gesa seraya membawa beberapa berkas di tangannya.

"Mau kemana Li?" Tanya Prilly bingung dengan dandanan Ali yang bisa dibilang acak acakan.

"Mau ke kantor bentar Prill, aku lupa kalo ada meeting hari ini. Untung si Kevin telfon aku." Ucap Ali terburu buru memasang dasinya.

"Kamu mau meeting apa mau jadi karyawan yang gak patuh peraturan?"

"Maksud kamu?"

"Emang ada bos dandanan kaya gini? Jas diselenpangin di pundak, dasi miring, kerah kemeja berdiri, rambut acak acakan, lengan kemeja ditekuk asal, heh?" Omel Prilly seraya membenahi dandanan Ali dengan lihainya.

"Buktinya ada. Aku." Ucap Ali percaya diri.

"Gini kan keren... oh ya Li, aku minta izin ya? Nanti aku mau keluar sama Mila sama yang lain." Ucap Prilly selepas membenahi dandanan Ali.

"Iya, asal jangan lupa waktu aja." Ucap Ali mengingatkan.

"Iya... Ya udah sana!" Ucap Prilly seraya mengantarkan Ali menuju garasi.

¥¥¥

Saat ini Prilly dan yang lainnya sedang berada di salah satu mall. Disana sudah ada Mila, Aqila, Danis (anak Kevin dan Mila yang kedua yang masih berusia 8 bulan), Dahlia, Putra (anak Dahlia dan Kirun yang kedua), Tania, Anya (anak Arka dan Tania), Prilly, dan Julian.

"Kak, bunda sama yang lain ke toko yang disebelah sana ya? Kamu kalau sudah selesai cari barang yang kamu mau, kamu kesana aja." Ucap Mila pada Aqila.

"Oh ya, bawa Danis juga ya? Kalau ikut bunda pasti dia rewel. Soalnya disana lagi ada diskon mungkin, kok kayaknya full gitu." Tambah Mila.

"Tante sama tante Dahlia titip Hanya sama Putra ya? Kasihan kalau mereka ikut kami berdesak desakan disana." Ucap Tania pada Aqila.

"Boleh kok tante, Aqila malah suka sama anak anak." Jawab Aqila.

"Mom, Ian keliling sendiri ya? Ian malas buat ikut begituan." Pamit Julian.

"Kamu bantuin Aqila aja, kasihan dia urus anak kecil sambil cari barang yang dia ingin." Bujuk Prilly agar Julian mau membantu Aqila untuk menjaga Anya, Putra, dan Danis.

"Iya, Kak Ian sama Qila aja. Bantuin Qila... Ya? Mau ya...?" Rayu Aqila mengan memperlihatkan puppy eyes nya.

"Ogah." Jawab Julian santai.

"Ihh... Kak Ian! Gak boleh enggak, harus mau!"

"Kalo gue gak mau emangnya kenapa?"

"Kalo kak Ian gak mau, Qila bakal cium kak Ian."

"Gak bisa gitu."

"Bisa, harus bisa." Ucap Aqila kekeh. Tanpa mereka sadari, para orang tua mereka sudah meninggalkan mereka bersama dengan 3 anak yang jauh lebih muda dari mereka.

"Kak, ayo jalan jalan. Anya sama Putra pusing denger kalian berantem." Ucap Anya memelas seraya menggerak gerakkan tangan Julian, membuat julian tidak tega dan menganggukkan kepala.

"Yee... kita jalan jalan...!" Ucap Anya girang.

¥¥¥

Di perjalanan, Julian terus saja berjalan dengan menggandeng tangan Anya dan Putra serta membawa tas Danis yang ia tanggalkan di pundak tanpa menghiraukan Aqila yang berjalan disampingnyanya sambil menggendong Danis. Banyak sekali pengunjung mall yang memandang kagum pada Julian.

Masih muda, ganteng, mau gue jadi ibu tiri buat tiga anaknya

Beruntung ya cewek itu, suaminya ganteng banget!

Walaupun dia udah punya anak 3 sama wanita itu, mau deh gue jadi istri mudanya.

Kalo aja gue yang jadi tuh cewek, pasti tangan cowok itu gak gue lepasin.

Dan masih banyak lagi ucapan ucapan yang didengar oleh Keyla. Sesungguhnya Julian juga mendengar hal yang sama, tapi ia diam saja. Toh tidak ada gunanya bagi Julian.

"Kak, ambilin susunya Danis dong. Didalam tas, samping kiri." Ucap Aqila saat ia merasa bahwa sang adik kelaparan, karena terus merengek tak bisa diam.

"Nih." Ucap Julian memberikan botol susu milik Danis.

"Kita duduk dulu ya kak, kasian anak anak."

"Tuh, disana ada tempat duduk. Duduk disana aja." Ucap Julian seraya menunjuk tempat duduk kosong tak jauh dari tempat mereka berdiri dengan dagunya.

Meraka duduk berasa di bangku kosong nan panjang itu. Mereka terlihat seperti sepasang suami istri muda yang sangat serasi dengan tiga anak. Sampai sampai ada ibu ibu yang menghampiri mereka.

"Maaf nak, apa ini anak kalian?" Tanya ibu ibu tersebut.

"Oh, bukan... mereka bukan anak kami. Mereka anak dari teman orangtua kami." Jawab Aqila yang dijawab dengan anggukan kepala dari ibu ibu itu.

"Ini pasti anak kalian. Lucu sekali... saya doakan kalian bisa langgeng ya...? Saya permisi dulu, mau ke anak saya yang disana." Ucap ibu ibu itu lalu pergi meninggalkan mereka.

Julian yang melihat itu jadi bingung sendiri.

Orang itu gak papa? Dia tanya sendiri, dia jawab sendiri. Habis itu langsung pergi lagi, maunya apa coba? Batin Julian.Saat sudah merasa kenyang, Danis kembali tertidur dan mereka kembali melanjutkan perjalanannya untuk berkeliling.

¥¥¥

Inilah extra part dari cerita ini. Jika ada ide lagi, saya akan mempostingnya lagi. Terimakasih....

Ketua Senat Itu SuamikuNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ