Part 31

50.4K 2.7K 68
                                    

Happy reading!!!

¥¥¥

ALI POV

setelah kejadian beberapa bulan lalu dimana Nandya yang ngaku ngaku hamil anak gue, besoknya dia udah gak kuliah lagi di kampus. Seminggu setelah itu, Prilly juga off dari kegiatan kampus. Untungnya, masa Prilly off adalah masa dimana para mahasiswa dan mahasiswi lagi buat skripsi. Udah 3 bulan ini mana sama mama mertua tinggal di rumah gue. Katanya, "kami kesini itu buat jagain Prilly, jaga jaga kalau kamu ada urusan diluar rumah. Prilly ini lagi labil laiknya karena hamil tua, jadi harus ada yang jaga. Kalau kamu keluar atau kerjakan ada kita buat nemenin Prilly biar gak boring dirumah sendirian." Begitulah mereka, mama mama rempong emang.

Hari ini gue lagi ada dirumah, lebih tepatnya di dalam kamar tamu yang ada i lantai bawah dengan ditemani oleh Prilly yang udah hamil 9 bulan. Ya, 2 bulan lalu gue sama Prilly pindah ke kamar tamu. Soalnya kata dr. Sasya Prilly gak boleh capek capek dan gak boleh naik turun tangga.

"Li lucu ya?" Ucap Prilly yang nunjuk salah satu gambar box bayi dalam majalah yang gue pegang sambil rebahan di paha Prilly. Sedangkan Prilly, dia duduk sambil sandaran di kepala ranjang.

"Kok pink? Kita kan belum tau jenis kelaminnya Prill." Tanya gue. Karena box bayi yang ditunjuk sama Prilly tadi warnanya pink.

Ya, gue sama Prilly emang belom tau apa jenis kelamin anak kita. Soalnya, setiap pemeriksaan Prilly gak mau ditunjukin jenis kelamin anak kita. Katanya biar jadi rahasia aja. Makanya gue sama Prilly gak beli perlengkapan banyak banyak. Cuma beli baju, celana, kaus kaki, sama selimut. Itu pun dengan warna yang bisa dipake cewek sama cowok.

"Iya sih, tapi aku yakin deh Li kalo anak kita ini cewek." Jawab Prilly.

"Kok gitu?"

"Kamu lihat aku deh, waktu hamil ini aku lebih perhatian sama berat badan aku, aku jadi lebih suka dandan, lebih suka pakai pakaian feminim, lebih suka merawat diri gitu. Kata mama, kita bisa tau jenis kelamin anak cuma dengan perubahan yang kita alami saat hamil. Selain itu juga aku lebih suka makan sayur sama buah. Sedangkan kalo cowokkan biasanya lebih cuek terhadap penampilan dan sukanya sama sesuatu yang jorok. Selain itu, biasanya itu lebih suka makan makanan yang berat. Makanya itu Li aku yakin kalo anak kita ini cewek."

"Kalo yang keluar cowok gimana?"

"Ya gak papa, dia bisa jadi jagoan dalam keluarga. Apalagi kalo dia nurut dan diem gak kayak kamu yang petakilan. Kalo misalnya wajahnya kaya kamu atau bahkan lebih ganteng daripada kamu dan sikapnya kaya aku, pasti banyak yang suka. Pastinya sih... Kamu bakal kalah saing sama dia. Kalo misalnya kamu sama anak kita ini seumuran apalagi kalo sikapnya kaya yang aku sebutin tadi dan aku belum nikah sama kamu, pasti aku lebih milih anak kita daripada kamu Li."

"Gitu amat nasib gue." Ucap gue.

"Aduh duh Li, bawah aku kok basah ya? Perut aku juga tambah sakit gitu Li rasanya." Ucap Prilly yang kelihatannya nahan sakit.

"Jangan bilang kalo perut kamu emang udah sakit dari tadi?" Tanya gue yang dijawab dengan anggukan kepala dari Prilly.

"Aduh... kenapa kamu gak bilang dari tadi sih kalau perut kamu udah sakit? Kita ke dokter sekarang ok?" Ucap gue yang langsung gendong Prilly tanpa nunggu jawaban dari dia.

Untung tadi gue sama Prilly habis dari supermarket dan belom ganti baju, jadi masih layaklah... Kalo dipake buat ke rumahsakit. Batin gue.

¥¥¥

"MAMA...!! MAMA...!!" Teriak Ali saat ia keluar dari kamar tamu seraya menggendong Prilly.

"Ada apa sih Li, kok teriak teriak?" Tanya mama Ali.

Ketua Senat Itu SuamikuWhere stories live. Discover now