Part 29

43.1K 2.6K 80
                                    

Sebelumnya saya mau minta maaf karena lama untuk next, karena saya harus menyelesaikan tugas tugas yang menumpuk. Untuk sementara waktu saya akan off untuk menulis dan tidak tahu sampai kapan. Ini saja saya menyempatkan waktu untuk menulis.

Untuk cerita saya yang 'my husband is captain' belum bisa saya lanjutkan, tetapi saya sudah memiliki gambaran untuk selanjutnya. Sedangkan cerita saya yang 'LNDK' akan saya revisi, karena menurut saya jika cerita itu saya lanjutkan maka tidak akan bisa mendapatkan moment yang menegangkan atau moment yang berwarna.






Happy reading!!!

¥¥¥

PRILLY POV

Gue lagi jalan sama Mila di parkiran kampus. Ya, tadi pagi gue nebeng sama Mila buat berangkat ke kampus karena Ali, Kevin, Kirun, sama Arka ada meeting pagi. Sedangkan Dahlia, dia pulang kerumah mamanya karena ada syukuran.

"Maaf mbak," ucap seseorang yang ada dibelakang gue. Otomatis gue dan Mila pun berbalik.

"Iya pak, ada apa ya?" Tanya gue.

"Mbak kenal yang namanya Ali?" Ucap bapak itu malah balik nanya.

"Kenal, ada apa ya pak?"

"Boleh saya tahu, Ali nya dimana?"

"Kebetulan Ali tidak bisa masuk kuliah hari ini karena ia harus bekerja. Tadi pagi ia bilang sama saya."

"Mbak ini siapanya Ali?"

"Saya keluarganya, kenapa?"

"Syukur lah mbak ini keluarga Ali. Saya kesini cuma mau minta pertanggungjawaban dari Ali. Soalnya dia sudah membuat anak saya hamil."

Hamil? Ali keluar kamar aja jarang jarang, apa lagi buat hamilin anak orang! Orang duit sama kunci gue yang bawa. Batin gue.

"Maaf ya pak, tapi nama anak bapak itu siapa?" Tanya Mila yang nahan emosinya. Ya, sejak hamil ini Mila jadi sering lost control.

"Namanya Nandya, dia juga mahasiswi disini. Dia bilang...." Jelas bapak itu tapi gue potong. Daripada jadi bahan gosip.

"Maaf pak, saya rasa hal ini tidak baik jika dibicarakan di tempat yang seperti ini. Jika bapak tidak keberatan, kita bisa bicara diruangan saya. Karena kebetulan saya punya ruangan yang bisa dibilang privasi dan tidak banyak orang yang bisa masuk ke ruangan itu." Ucap gue menawarkan dan dijawab dengan anggukan kepala dari bapak bapak yang katanya orangtua Nandya itu.

¥¥¥

Saat ini Mila, Prilly, dan orangtua Nandya sudah ada di dalam ruang khusus.

"Silahkan duduk pak, bapak tenang aja disini tidak sembarangan orang yang boleh masuk. Jadi, bapak bisa cerita tentang nasib anak bapak kepada kita tanpa ada yang bisa mendengarnya." Ucap Prilly mempersilahkan dengan sopan.

"Sesungguhnya saya kemari hanya untuk bertemu dengan Ali." Jawab bapak itu.

"Sebelumnya, apa bapak pernah bertemu dengan Ali? Di ultah kampus beberapa minggu yang lalu mungkin?" Tanya Prilly memastikan.

Ya, ultah kampus memang sudah terjadi beberapa minggu yang lalu.

"Belum. Saat itu saya tidak bisa datang karena ada meeting mendadak yang harus saya hadiri." Balas bapak itu yang notabenenya orangtua Nandya.

"Lalu?" Tanya Mila.

"Jadi seperti ini, kemarin pagi Nandya itu mual mual. Saat saya tanya keadaannya dia jawab tidak papa. Namun saat sore hari, ia menangis pada saya dan istri saya. Ia bilang kalau ia hamil anak temannya yang bernama Ali. Oleh karena itu saya kemari karena ingin bertemu dan meminta pertanggungjawaban dari Ali." Jelas bapak itu.

"Maaf sebelumnya pak, apa bapak sudah melihat sendiri hasil dari laporan medis atau apa pun yang menyatakan bahwa Nandya hamil?" Tanya Mila geram.

"Apa mbak ini menuduh anak saya berbohong?" Tanya bapak itu tersulut emosi.

"Bukan seperti itu. Maksud saya, saya tidak yakin jika Ali akan berbuat seperti itu. Setahu saya, Ali itu anaknya baik dan tidak mungkin berbuat seperti itu. Jangankan berbuat seperti itu, keluar dari rumah saja hanya untuk berkerja dan ke kampus. Karena menurutnya, untuk apa keluar rumah jika tidak ada pekerjaan penting yang harus dilakukan." Jawab Prilly.

"Atau begini saja, kita kan sama sama tidak tahu, Nandya itu memang hamil atau tidak. Bagaimana kalau nanti sore bapak dan keluarga bisa ke rumah Ali untuk bertemu dengan Ali sekaligus kita cek pada dokter kandungan kepercayaan keluarga kami." Ucap Mila memberikan usul.

"Iya, itu adalah ide yang bagus. Jadi nanti sore bapak dan keluarga bisa datang ke rumah Ali. Sebelumnya, saya mau meminta maaf karena orangtua Ali sedang tidak berada di negara ini. Melainkan di negara tetangga untuk mengurus perusahaan yang ada di sana. Tapi bapak tenang saja, di rumah Ali nanti juga akan ada kita dan yang lain. Bagaimana?" Ucap Prilly.

"Saya setuju dengan kamu. Kalau begitu nanti saya dan keluarga akan pergi ke rumah Ali. Tapi, apa saya boleh meminta alamat dan nomor telpon mbak nya?" Ucap bapak itu yang setuju dengan usulan Mila.

"Oh iya, alamat rumah Ali di perumahan AS Indah blok A no 11 dan nomor telpon saya 08XXXXXXXXX." Ucap Prilly.

"Baiklah kalau begitu. Saya mau permisi terlebih dahulu. Senang bisa berkerjasama dengan anda." Pamit bapak itu seraya memberikan tangannya untuk berjabat tangan.

"Saya juga. Lagipula ini untuk masa depan Nandya." Ucap Prilly menjabat tangan bapak itu dan di ikuti oleh Mila.

¥¥¥

Jangan lupa vote dan comment! Ok!

Ketua Senat Itu SuamikuWhere stories live. Discover now