Gerbang rumah Chinta bergeser. Terlihat Pak John sedang mendorong gerbang agar tidak menghalangi jalan mobilnya.

Darka tersenyum miring ketika gerbang terbuka sempurna dan sekarang dia dapat melihat Chinta yang telah berada disamping mobil siap akan masuk kedalamnya.

Mata Chinta membulat mendapati Darka yang sudah berada di depan gerbang rumahnya. Raut wajah Chinta berubah menjadi ketakutan ketika Darka yang sekarang sedang berjalan mendekatinya.

"Pagi!" ucap Darka menyapa Chinta seolah tidak terjadi apapun. "Mau berangkat kan, bareng sama gue aja." Lanjut Darka yang telah berada di depan Chinta.

Chinta tersenyum sekilas mendengar ajakan dari Darka. Kata-kata Darka terdengar biasa saja di telinganya. Tapi sejujurnya Chinta telah mengetahui ancaman yang diberikan Darka untuknya tadi malam. Karena pagi tadi Chinta telah mendapat pesan dari Eca.

"Enggak usah, gue diantar Pak John aja." Tolak Chinta mencoba setenang mungkin.

Mata Darka memancarkan kemarahan saat Chinta mencoba menolak ajakannya.

"Masuk kedalam mobil gue sekarang." Jelas Darka dengan suara dinginnya.

Darka menarik tangan Chinta untuk mengikuti langkahnya dan langsung memaksa Chinta untuk masuk kedalam mobilnya.

---

Mobil Darka melaju cepat menerjang jalanan kota. Suasana di dalam mobil Darka benar-benar sangat panas, AC di dalam mobil Darka seolah tidak berfungsi. Sepasang remaja yang berada didalam mobil hanya diam satu sama lain. Tidak ada diantara keduanya yang membuka pembicaraan. Kedekatan mereka beberapa minggu lalu seakan hilang. Darka yang memperlakukan Chinta dengan manis kemarin tidak terlihat lagi, karena yang terlihat sekarang hanya Darka yang dingin penuh kemarahan setiap kali berada didekat Chinta.

Chinta memberanikan diri melihat Darka yang sedang fokus mengemudi. Chinta tersenyum samar lalu kembali memalingkan wajahnya kejalanan raya.

Mobil Darka masuk kearea pakiran sekolah. Mesin mobil Darka berhenti setelah dia memastikan mobilnya terpakir dengan tepat. Chinta melepas seat belt yang sedari tadi melindungi dirinya dari kecepatan mobil yang dikemudi Darka. Dan langsung membuka pintu untuk keluar dari mobil Darka.

"Gue mau bicara sebentar." Ucap Darka menghentikan gerak tangan Chinta.

Chinta menoleh melihat Darka yang masih melihat lurus kedepan. "Gue ada urusan, bisa kita bicara nanti aja," Ucap Chinta mencari alasan. Karena dia tahu Darka akan membicarakan tentang apa.

"Enggak usah banyak alasan!" jawab Darka dingin melihat kearah Chinta.

Chinta haya diam mendengar perkataan yang keluar dari mulut Darka. Kini dia kembali duduk mencoba untuk tenang tanpa melihat kearah Darka, karena pandangannya sekarang sedang menatap lurus kearah depan. Sama halnya dengan yang dilakukan Darka.

"Semalem lo dimana?" tanya Darka memulai pembicaran.

Tebakan Chinta benar, Darka akan menanyakan kejadian semalam. Memangnya apalagi yang akan ditanyakan Darka kalau bukan tentang semalam. Tapi untuk saat ini dia tidak ingin membahas hal itu, karena percuma jika dia merespons semua pertanyaan Darka nantinya. Karena yang terlihat dari Darka hanya kemarahan sekarang.

Chinta tidak menjawab pertanyaan Darka. Dia hanya diam bahkan dia tidak berani untuk membuat tubuhnya bergerak.

"Gue tanya sekali lagi, semalem lo dimana?" tanya Darka lagi, kali ini suaranya terdengar sangat dingin. Seolah memaksa Chinta untuk menjawab pertanyaannya.

"Di rumah." Jawab Chinta singkat tanpa melihat Darka.

Darka tersenyum mendapati jawaban Chinta.

"Bagus, jadi maksud lo nyuruh gue temeni lo ke toko buku itu apa? Atau gue yang salah hari!" ucap Darka semakin dingin.

DARKA (Update kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang