Tenten mempercepat langkahnya, pikirannya kian berkecamuk, "Sakura!" Dia berteriak cukup keras untuk didengar. Sakura merasa dipanggil, membalikkan badan-nya dan berhadapan dengan gadis berambut coklat yang menatap penuh menggebu-gebu.

"Apa kau menyusup tadi malam?" Tenten menatapnya nyalang, nafasnya memburu.

Sakura diam membiarkan pertanyaan mengambang di udara, dia kemudian menyunggingkan senyum kecil yang mengejek, menatap gadis itu datar, "selamat pagi Tenten-san. Kau terluka? Apa itu parah?"

Tenten bukan gadis yang penyabar. Emosinya memuncak melihat senyum mengejek itu dan nada sarkas dalam pertanyaan Sakura. Dia mencengkram bahu gadis itu, memaksanya berdiri. "Jangan main-main denganku! Katakan sejujurnya, apa kau Haruno?"

"Atau apa dia sebenarnya Haruno?"

"Apa kau The Head Sakura?"

"Jawab Aku!" Tenten memekik saat gadis yang dia sosorkan pertanyaan tidak menanggapinya. Hanya diam, iris emerald menatapnya datar, dan wajah dihadapannya menunjukkan ekspresi tidak berminat.

"Apa kau menganggapku remeh? Apa kau bisu?" Tenten menaikkan volume suaranya di depan gadis itu. Tatapannya menajam, kemudian ia menyentakkan tangannya dari bahu Sakura, kemudian dengan kesal mengusap wajahnya.

"Aku menemukan sesuatu yang menarik di kamarmu tadi malam, sebuah hasil test DNA dan buku coklat usang yang cukup menarik. Sayang belum sempat kubaca, seorang bajingan menyerang kami tadi malam, kurasa itu memuat sesuatu yang penting," Tenten menyeringai kesal ke arahnya.

Sakura tidak menatapnya. Dia menatap lurus, mengacuhkan eksistensi Tenten yang sedang mengamuk di hadapannya. Dia tidak peduli apapun yang dikatakan gadis itu, dia benar-benar menulikan dirinya.

"Katakan padaku, apa kau menyusup dan menyerang kami? Kenapa kau kembali ke tempat ini kalau begitu! Di mana file yang kau ambil dariku! Bicara padaku!" Tenten berteriak nyaris putus asa. Dia benar-benar kehabisan ide bagaimana membuat gadis itu menjawabnya.

"Tenten."

Suara berat memanggilnya dari belakang. Tenten menoleh dan mendapati tatapan dingin mengarah kepadanya, membuatnya melangkah mundur dari gadis itu dan membungkukkan bada.

"Sasuke-sama," ujarnya hormat.

Sasuke tidak menjawab, dia berjalan mendekat dan kini berada di sebelah perempuan berambut merah muda itu yang mengacuhkan kedatangannya. Sasuke menatapnya diam, kemudian Sakura meliriknya sekilas sebelum mengulas seringai samar. Sasuke tidak bicara, dia hanya menarik tangan gadis itu dan menyeretnya pergi dari taman.

"Apa itu tadi," Tenten mengamati Sakura yang tidak berontak ketika cengkraman kuat itu menyeretnya menjauh. Dia menoleh pada Neji yang menghampirinya.

Neji menghela nafas, "ada banyak hal yang harus dia jelaskan," ucapnya dengan nada rendah. Dia kemudian menatap perban di lengan gadis itu, tatapannya berubah, "kau baik?"

"Ini tidak akan membunuhku," Tenten memutar matanya, "aku baik-baik saja."

OoO

"Jelaskan padaku dan berhenti bermain-main. Aku tidak punya waktu mendengar omong kosong dari mulutmu!" Sasuke menaikkan suaranya, menggelegar di dalam ruang interogasi yang berisikan dirinya, Sakura, Naruto, Kakashi, dan kertas yang berserak di atas meja.

"Aku tidak tahu apapun," dia mengulang kalimat yang sama dengan ekspresi kosong. Tidak mempedulikan Sasuke yang mengamuk di sebelahnya.

Sasuke melayangkan tangan dengan keras. Dia menatap penuh kebencian wajah yang menunduk karena tamparan itu. Pipinya terlihat membiru.

Sweet RevengeWhere stories live. Discover now