Persona-01

206K 12.3K 329
                                    

__

Suara langkah kaki dan perbincangan para siswa menghiasi koridor yang juga ramai. Bel tanda pulang sekolah yang berbunyi 1 menit yang lalu, sedangkan Ara masih berkutat di kelas, memandangi rentetan angka-angka yang terpampang di papan tulis.

"Yakin lo bakalan ketemu sama Della?" tanya Farah. Perempuan berambut sebahu yang selama hampir dua tahun bersekolah di SMA Negeri Unggulan Akademi dan menjadi satu-satunya siswi yang dekat dengan Ara.

Ara mengangguk. Perempuan itu berdiri dari duduknya dan segera memasukkan berbagai alat tulis yang berserakan di atas meja. Setelah itu, dia keluar kelas sambil memegang empat buku paket mata pelajaran hari ini yang selalu dia pinjam dari perpustakaan diikuti Farah yang berjalan di sampingnya.

"Dia biasanya di mana?" tanya Ara dengan pandangan yang terus tertuju ke depan, sesekali mencari-cari sosok pelajar yang bahkan belum pernah bertatap mata dengannya selama bersekolah di SMA itu.

"Nggak tahu." Farah mengembuskan napas. "Bu Zarah ngapain nyuruh lo ketemu sama Della?"

Ara mengangkat kedua bahunya. Dia berhenti di dekat majalah dinding dan mengarahkan buku-buku paket yang dipegangnya kepada Farah untuk sahabatnya itu pegang sebentar. "Nggak tahu. Kayaknya mulai sekarang gue bakalan sering ketemu sama dia," jawab Ara sambil membersihkan kertas-kertas yang ada di mading yang sudah tidak penting lagi untuk dipajang menurutnya.

"Maksudnya, kalian bakalan jadi partner? Tapi kan, bidang kalian beda."

Perkataan Farah bersamaan dengan berakhirnya aktivitas Ara yang dilakukannya pada mading. Perempuan berkacamata itu menggeleng sambil mengambil kembali buku-buku di tangan Farah. Ara tertawa pelan lalu melanjutkan jalannya. "Gue nggak ada apa-apanya dibanding Della."

"Tapi, kalian sama-sama pernah lolos olimpiade ke tingkat Nasional, 'kan?"

"Yap, maksud gue, Della emang cerdas orangnya. Dia nggak perlu belajar tiap malam buat bisa sampai ke tingkat itu. Sedangkan gue berusaha belajar mati-matian buat bisa paham satu nomor soal." Ara berhenti berjalan ketika mendapati seorang perempuan cantik berseragam putih abu-abu. Tubuh tinggi dengan rambut lurus di bawah bahu. "Selain cerdas, dia juga cantik."

Farah menghela napas panjang. Apa yang Della miliki memang menjadi idaman semua perempuan. "Tapi, lo tahu kan dia itu anak dari professor? Dan dia-"

Ara menoleh cepat ke Farah, menatap sahabatnya itu dengan penuh peringatan. "Far? Apa yang orang lain bilang, apa yang mereka gosipin, belum tentu bener di kenyataan. Kita nggak tahu apa-apa tentang hidupnya dia."

Farah berdecak pelan. "Sori. Oh iya, lo duluan aja ke Della. Entar gue nyusul."

"Nggak apa-apa, nih?" tanya Ara. Dan setelah Farah mengangguk, Ara kembali menoleh dan segera menghampiri Della yang saat ini berdiri di koridor yang berada dekat dengan ruang Tata Usaha, terlihat seperti sedang menunggu seseorang. Dan saat Ara berhenti di depan perempuan bermata cokelat itu, Della tersenyum semringah karena merasa yakin bahwa yang mendatanginya adalah orang yang dia tunggu sejak tadi.

"Hei." Della mengulurkan tangannya. "Lo yang namanya Paramita, 'kan?"

Ara mengangguk sambil tersenyum. Tangannya refleks terangkat, menjabat tangan Della yang lebih dulu mengarah kepadanya. "Iya. Paramita Estiningtyas. Panggil aja Ara."

"Gue Della. Fradella Agnesia," balas Della kemudian menarik tangannya dari Ara. "Kayaknya agak ribet deh kalau berdiri. Kita duduk di tangga itu, mau?"

Ara mengikuti arah telunjuk Della kemudian dia mengangguk, canggung. "Oh iya, nggak apa-apa."

PersonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang