Chapter 11 - Dating

6.9K 430 27
                                    

Meski belum memenuhi target tapi tetep aku posting....

***

REYNA POV

"Ayo kita pergi kencan?" katanya sambil menatapku yang membuatku benar-benar kaget.

"Kencan?"

"Ya, berkencanlah denganku!!"

Aku masih diam mencerna kata-katanya.

"Apa kamu nggak mau turun?" tanyanya membuyarkan lamunanku.

"Hmm...."

"Udah sampai rumahmu, apa kamu mau turun di rumahku saja?"

"Ehh... aku turun." Aku cepat-cepat keluar dari mobil menuju rumah.

"Rey!"

Aku menoleh ke arahnya. "Apa?"

"Sini!" katanya yang masih di dalam mobil.

"Kenapa?" Aku lantas menghampirinya di dekat jendela mobilnya.

Dan tanpa bisa diduga, dia mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil dan mengecup pipiku dengan cepat yang membuatku benar-benar kaget.

"Good night sayang, nice dream," katanya lalu menjalankan mobil.

"Ziooooo....." teriakku geram dan semakin geram saat mendengar tawanya di mobil yang sudah menjauh.

Bahkan saat dia menghubungiku beberapa kali, aku tidak mengangkatnya. Biar saja, siapa suruh main ngecup pipi orang seenak jidat?

___∞∞∞___

ZIOVAN POV

Pagi-pagi aku sudah di rumahnya sambil membawa mawar merah yang sangat cantik, yang kuharapkan bisa menghilangkan rasa marahnya padaku.

Aku menuju kamarnya. Kata mom, putrinya itu masih belum bangun. Saat aku coba membuka pintu kamarnya, ternyata terkunci.

Tidak biasanya dia mengunci kamarnya seperti ini. Apa ini salah satu usahanya agar aku tidak bisa masuk seperti yang sudah-sudah?

Lalu kuputuskan untuk menghubunginya. Kenapa tidak langsung mengetuk pintu saja dan malah menghubunginya? Jawabannya aku hanya iseng, siapa tahu kali ini diangkat.

Aku mendengar bunyi ponselnya dari dalam, tapi dia tidak juga mengangkatnya. Ahh... gadis ini, aku tahu dengan suara keras seperti itu, dia sudah bangun tapi kenapa nggak diangkat juga?

___∞∞∞___

REYNA POV

Aku terbangun karena bunyi ponsel. Setelah kulihat siapa yang menghubungiku pagi-pagi begini, ternyata masih orang yang sama. Ya, siapa lagi kalo bukan Ziovan. Aku masih mengabaikan telpon darinya.

Tokkk tokkk.....

"Siapa?"

Tokkkk tokkk....

Ishh siapa sih yang pagi-pagi udah iseng, pasti kak Jason.

"Apa sih kak? Masih pagi nih," kataku sambil membuka pintu. Tapi yang kulihat bukannya kak Jason tapi malah makhluk yang menyebalkan itu.

"Ngapain?" kataku ketus.

"Apa aku nggak boleh masuk?"

"Nggak. Kalo mau ngomong di sini. Kalo nggak, pergi sana!" Aku akan menutup pintu tapi ditahan olehnya.

"Kenapa? Kenapa nggak angkat telponnya?"

"Lagi sibuk," jawabku ketus dan akan menutup pintu tapi lagi-lagi dia tahan.

"Maaf," katanya sambil memberiku mawar merah yang sangat cantik.

"Udah kan? Sekarang pulang sana!" kataku pura-pura masih marah.

___∞∞∞___

ZIOVAN POV

"Udah kan? Sekarang pulang sana!" katanya setelah menerima bunga itu.

"Ehh... kok gitu, jadi nggak dimaafin nih?"

"Emm... gimana ya? Abis bunganya salah sih."

"Bunga? Kamu mau bunga yang seperti kemarin?"

Kenapa nggak kepikiran sih, dia sangat suka bunga mawar yang merah muda, tapi kenapa aku malah beli yang merah tadi?

"Nggak tahulah," katanya sambil masuk kamar.

"Oke, nanti aku beli yang seperti kemarin," bujukku.

"Pergi!!!"

"Pergi? Pergi kemana? Beli bunga?" tanyaku bingung.

"Pergi dari kamarku! Katanya mau pergi kencan, aku mau siap-siap," katanya yang membuatku tersenyum senang.

"Oke, aku pergi. Dandan yang cantik, sayang!"

"Bawel...." katanya ketus lalu menutup pintu tepat di depanku.

***
"Kita mau kemana?" tanyaku saat di mobil

"Lahh... emang siapa yang ngajak coba?"

"Oke, ke taman hiburan gimana?"

"Oke," katanya singkat.

Dan di sinilah kami, di salah satu taman hiburan yang terkenal di kota ini. Aku tidak melepaskan tangannya sejak kami turun dari mobil yang membuatnya sampai memprotesku.

"Bisa nggak, nggak usah pegangan tangan. Kita bukannya mau nyebrang,"

Bukannya melepaskannya, aku malah menggenggam tangannya semakin erat sambil tersenyum.

"Denger nggak sih?" Kesalnya menatapku dengan sebal.

Tapi tak kupedulikan tatapan sebalnya. Karena biar saja, toh aku hanya ingin menunjukkan bahwa dia hanyalah milikku pada para pria yang sejak tadi melihatnya.

"Peraturan pertama dalam berkencan adalah berpegangan tangan," kataku sambil menatapnya.

"Terserah," gumam Reyna dengan kekesalan penuh di wajahnya.

"Mau naik bianglala?" Tapi semua berubah 180 derajat saat aku menawarinya untuk naik bianglala, dia terlihat bersemangat bahkan sampai menarik tanganku menuju ke tempat bianglala. "Ayo!"

Bukankah tadi dia sedang kesal tapi kenapa saat mendengar itu kekesalannya hilang? Gadisku ini memang tak terduga.

***
Minggu, 26 Maret 2017

Ditunggu 10 vote dan 5 commentnya nanti bakal aku lanjut.
Jangan bosen-bosen nunggu kelanjutannya dan jangan jadi silent reader terus guys!!

My Destiny With You [Completed] TERSEDIA DI GOOGLE PLAYSTORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang