Lima - Penolakan

109K 4.6K 15
                                    

Selesai dengan makanan masing-masing membuat keduanya terhanyut dalam keheningan yang masih tersisa. Selama makan pun tidak ada yang membuat percakapan. Hanya ada lirikan yang saling berselisih waktu. Keduanya sibuk dengan benang ruwet di otak masing-masing selama makan.

"jadi apa maumu?" Syifa membuka pembicaraan namun kemudian dering ponsel mengaung di ruangan, rupanya itu ponsel Dean

"sebentar" ucap Dean sambil menghadapkan telapak tangannya didepan Syifa mengisyaratkannya untuk diam. Namun setelah membaca kontaknyang ditampilkan dia berdiri dan meninggalkan ruangan, keluar.Dean berjalan menuju parkiran dan masuk kedalam mobilnya.

Syifa semakin gonduk dengan sikap seenaknya Dean barusan. Apa mau pria gila itu sebenarnya. Jika diperhatikan, dia tampak tidak ada cacat, sungguh, kecuali otaknya yang benar-benar gila. Hanya dengan kemeja putih model standar dan celana hitam slim fit, cukup membuatnya tampak memukau. Walaupun, aku yakin harga pakaiannya itu pasti tidak murah. Kalau boleh jujur, nilai fisiknya perfect dan otot yang tertutup bajunya itu, hot. Tapi nilai otaknya gila. Benar-benar kombinasi crazy dan perfect hot yang sangat kontras. Mr. CPH, Mr. Crazy Perfect Hot. Batin Syifa sambil mengekori kepergian Dean dengan tatapannya. Tanpa sadar senyumnya sedikit mengembang. Dia hendak memfokuskan matanya pada layar monitor didepannya saat matanya menatap kotak makanan yang sudah berisi sampah itu masih dimeja. Diraihnya semua sampah makanan itu dan dibawanya ketempat sampah. Lalu duduk kembali dikursinya.

Dean berjalan kembali setelah menyelesaikan panggilannya dengan membawa amplop coklat ditangan kanannya. Raut wajahnya sedikit berubah, rambutnya juga sedikit berantakan karena tadi diacaknya ketika menerima telepon yang ternyata dari Mily.

Aku akan bercerai setelah anak ini lahir jadi aku mohon tunggulah aku, aku akan kembali padamu.

Kalimat yang dikatakam Mily itu terus berseliweran dikepala Dean hingga merubah mood dan penampilannya menjadi cukup buruk.

Syifa menyadari kedatangan Dean dari sudut matanya dan mengekorkan tatapannya kembali mengikuti pergerakan Dean yang kemudian duduk disampingnya.

Ada apa dengan Mr. CPH ini, kenapa penampilannya tampak kacau setelah menerima panggilan tadi. Tunggu, kenapa aku harus peduli? Lupakan! batin Syifa sambil menutup mata dan menggeleng kepalanya kecil. Berusaha mengusir pikirannya barusan.

Dean melemparkan amplop coklat yang dibawanya keatas meja.

"tanda tangani perjanjiannya!" suruh Dean sambil menunjuk amplop tersebut dengan dagunya, menampakkan kesan angkuh.

"aku tidak mau! Lagi pula perjanjian apa yang kau maksud?" ucap Syifa tegas lalu melipat lengannya dibawah dadanya dan menyandarkan badannya kekursi. Matanya menatap Dean meminta penjelasan.

"perjanjian lisan kemarin, kau bisa membacanya terlebih dahulu, aku sudah memasukkan banyak poin yang tidak akan merugikanmu dan merugikanku. Kau bisa menambahkan poin yang kau mau didalamnya. Jika itu tidak memberatkanku, akan kuterima." jelas Dean panjang lebar masih menatap amplop coklat tersebut tanpa menyadari mata Syifa yang melebar dan hampir keluar dari sarangnya setelah mendengar penuturannya tersebut.

"tunggu, sepertinya ada keselahan disini tuan. Kita tidak pernah memiliki penjanjian lisan apapun" jelas Syifa setelah mengambil nafas dalam seolah paru-parunya baru saja diperas sehingga dia butuh banyak oksigen untuk mengembalikannya ke ukuran semula.

"sepertinya kau mulai pikun syifa" Dean menutup matanya sebentar seolah menyusun kalimat yang pas untuk membuat wanita disebelahnya mengingat kejadian kemarin. Dean membuka matanya kembali lalu menatap mata Syifa yang masih diam ditempatnya "biar aku ingatkan. Aku memintamu untuk menyewakan rahimmu dan menjadi pendonor ovum untukku tiga hari yang lalu dan kau langsung menjawab iya. Jadi, jelas perjanjian lisan kita telah disepakati. Aku ingin membahas kelengkapannya dirumahku dan meninggalkanmu untuk mandi sebentar karena badanku penuh keringan. Aku tidak nyaman karenanya, pasti kaupun juga. Tapi kau menghilang dari ruang tamuku saat aku kembali setelah mandi" Dean menjelaskan semuanya, matanya ini menatap lurus mata coklat didepannya menguncinya, membuat Syifa tak berkutik ditempatnya.

Rahim SewaanKu ✅ (Sudah terbit)Where stories live. Discover now