Dua - Gila?!

133K 5.8K 108
                                    

Setelah meninggalkan Syifa di ruang tamu, Dean bergegas kekamarnya untuk mandi.

"Sis, buatin tamunya minum." suruhnya pada asisten rumah tangga yang berpapasan dengannya di depan kamar

"ofkors sir" jawab Siswati, dengan bahasa inggris berlogat jawa kental. (ket : of course ala Siswati)

Dean Bagus Setiaji McGrace, seorang anak tunggal dari keluarga McGrace pemilik perusahaan Blue Line. Telah menduduki posisi direktur utama dengan segala jatuh bangun yang tak terhitung.

Dengar nak, perusahaan itu akan kuwariskan padamu ketika kau sudah memberiku cucu. Sebagai calon penerusnya. Aku tidak akan melimpahkan perusahaan itu sebelum itu terjadi. Karena aku tidak ingin perusahaan itu mati karena tidak memiliki penerus.
Kalimat ayahnya itu selalu terngiang dikepala Dean hingga saat ini.

Masalah perusahan memang selalu menjadi urusan yang paling tidak dipermudah oleh ayahnya. Tak ada belas kasih sedikitpun. Bahkan selama ini dia berjuang dan berusaha sendiri hingga diposisi sekarang.

Dean memang sangat ingin menjadi pemilik perusahaan ayahnya. Sejak kecil hal itu merupakan cita-citanya. Mungkin karena sejak kecil kakeknya selalu membanggakan bagaimana proses sebuah perusahaan itu menbantu orang lain. Terutama memberi lapangan pekerjaan bagi orang lain. Sejak dalam kandungan ibunya pun, ayahnya selalu mengajaknya bercerita tentang bagaimana perusahaan itu sesuatu yang bukan hanya bernilai status sosial atas tetapi juga status sosial rendah. Itulah yang menjadikannya bercita-cita untuk menjadi direktur utama dan pemilik perusahaan ayahnya itu.

Usahanya membuahkan hasil. Setelah 8 tahun dari pertama kali dia bekerja mulai dari karyawan biasa hingga kini duduk diposisi direktur utama. Namun sekali lagi jalannya tidak mudah.
Kala permintaan ayahnya terucap, sesungguhnya dia tidak ambil pusing. Karena pertunangannya dengan Mily selama 5 tahun terakhir sudah siap dibawa kejenjang pernikahan. Hingga dua bulan lalu, semuanya hancur dengan pengakuan penghiatan.

"aku hamil" ucap Mily di depan meja kerja Dean
Dean tersenyum menatap seolah mimpinya untuk mewarisi perusahaan akan menjadi nyata. Setelah pertunangannya resmi, Dean dan Mily memang tinggal bersama diapartemen Dean. Hubungan mereka sudah selayaknya suami istri. Jadi jika Mily hamil itu adalah hal yang sangat wajar dan bahkan sangat dinantikan oleh Dean.

"tapi dia bukan anakmu" kalimat lanjutan yang terucap dari bibir tipis Mily membuat senyum Dean memudar, matanya menatap lurus kemata Mily, seolah mencari kebohongan dan berharap itu lelucon

"dia anak Austin" sambung Mily, yang disambut gebrakan meja oleh Dean yang sontak telah bangkit dari kursinya dengan emosi yang tergambar jelas diwajahnya

"Austin? Sahabatmu?" tanya Dean tajam yang dijawab anggukan Mily sambil menunduk

Tangan Dean mengepal menahan emosinya "yyaaaaaassss shiitt" ucapnya mengacak rambut belakangnya

"itu kecelakan, saat itu aku mabuk bersama Austin, dan aku... kami ber--" ucapan Mily yang terbata-bata lekas terpotong, karena Dean menghampirinya dan menariknya menuju pintu keluar

"sayang dengarkan penjelasanku, aku mohon" rengek Mily dengan air mata mengalir, namun tak digubris sedikitpun oleh Dean yang tetap menyeretnya keluar

"pergilah, mintalah pertanggung jawabannya. Dan kita.." ucap Dean terpotong setelah tiba diluar apartemennya, matanya seolah memcari kata yang pas di dalam mata Mily yang berkaca-kaca "cukup sampai disini" lanjutnya langsung menutup pintu keras

Dari balik pintu dia memdengar Mily masih menangis, menjelaskan dan memohon. Tapi rasa marah sudah menguasinya. Dia berjalan kekamarnya. Mengeluarkan koper Mily dan mengepak asal pakaian dan barang Mily. Dia membuka pintu dan meletakkan koper itu keluar.

Sekilas dilihatnya Mily masih terduduk disana dan menangis. Tapi rasa sayangnya sudah pupus dengan penghianatan. Hatinya beku. Tak seperti dulu yang selalu mampu mengabulkan permintaan Mily, apapun dan kapanpun.

"sisa barangmu akan kukirimkan besok" ucap Dean datar dan kembali menutup pintunya.

Kejadian itu sontak menjadi buah bibir dikantor. Dean sangat kacau. Sempat Mily berusaha menemuinya dikantor tetapi diusirnya. Dia lebih banyak membentak dan tidak mau tahu. Terkadang diam tanpa suara dan lebih banyak melamun setiap kali rapat. Minuman adalah temannya. Dia lebih sering lembur hanya untuk menghindari bayangan Mily disetiap sudut rumahnya.

Dean hancur. Butuh satu bulan untuk menetralkan kembali kesadarannya. Dean tahu bahwa penghianatannya memang menyakitkan, tapi dia tidak ingin menghancurkan perusahaan dan hidupnya demi itu. Dia bertekat untuk segera menjadikan perusahaan sebagai miliknya secara utuh. Tapi kepercayaannya terhadap wanita belum pulih.

Selama satu bulan terakhir dia banyak dipaksa ibunya untuk menjalani kencan buta dengan berbagai macam wanita, anak dari kenalan ibunya. Tapi dia tidak tertarik dengan salah satu diantaranya. Semuanya tampak seperti wanita jalang yang hanya mengincar sex dan hartanya. Tak ada yang seperti Mily, tapi Mily pun penghianat. Dia tidak ingin dikhianati lagi. Dia terlalu takut untuk merasakan penghianatan lagi. Hingga hari itu.

Hari dimana ia sedang berada jauh dari hiruk pikuk Singapura, melarikan diri ke Indonesia. Meskipun tidak seutuhnya melarikan diri, karena memang ada urusan pekerjaan yang harus ia lakukan. Dia tinggal dirumahnya di Indoneaia di kota kelahiran ibunya, Semarang.

Kalau kalian bertanya tentang namanya yang memang campur aduk antara indo-jawa-barat, maka ini jawabannya. Ibu dean, Siti Rusmiati, seorang WNI yang menikah dengan Abraham Miller, berdarah Jerman yang berkebangsaan dan menetap di Singapura. Setelah menikah mereka memutuskan untuk tinggal di Singapura. Oleh karena itu, Dean mampu dan fasih dalam Bahasa, English, dan bahasa Jerman.

Hari itu Dean sedang jogging disore hari, sepulang dari kantornya. Ketika melihat Syifa ide itu muncul. Ide untuk menyewa rahim dan meminta donor ovum. Namun tanpa sadar ternyata kaki dan mulutnya sudah bergerak lebih dulu, melakukan semua tugasnya secara nyata. Dan ketika mendengar jawaban 'ya' dirinya seolah melihat secerca harapan. Harapan yang akan menjadi nyata kemudian.

**

Dean keluar dari kamar mandi dan bergegas menuju ruang tamunya secepat mungkin. Namun dia tertegun setibanya disana. Wanita itu tidak ada. Hanya ada gelas minuman setengah isi diatas meja. Pandangannya berkeliling mencari apakah wanita itu sedang berkeliling

"siswati, kamu lihat tamu saya tadi kemana?" teriaknya
"no sir, tadi diruang depan sir" jawab siswati yang muncul dari dapur
"aahhh sshhiiiit! kemana wanita itu?" keluh Dean sambil mengacak rambutnya.
Dia berjalan kedepan berharap menemukan wanita itu, dicarinya keluar rumah dan keluar komplek hingga ke taman tempat dia bertemu tadi. Nihil.

"shhiitt ! Dia pasti berpikir aku gila!" ucap Dean kesal.

**

"Dia pasti gila, dia hanya bercanda. Jaman memang sudah modern. Tapi, sewa rahim dan donor ovum? Aku rasa itu tidak masuk akal." gerutu Syifa sepanjang perjalanan pulang di atas motornya.

**

Rahim SewaanKu ✅ (Sudah terbit)Onde histórias criam vida. Descubra agora